KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga saham emiten konstruksi belakangan menarik perhatian. Hal ini lantaran adanya sentimen penghentian sementara (moratorium) proyek-proyek jalan layang (
elevated) yang sedang dikerjakan. Aksi jual saham sempat terjadi pada emiten karya tersebut. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) misalnya, selama empat hari ke belakang belum sedikit pun saham ditutup naik. Setidaknya selama tiga hari, saham ini turun dan satu hari masih dalam level tetap. Pada Jumat (23/2), saham WSKT berada di level Rp 2.850 atau turun 8,36% dari level pada Senin (19/2) pada Rp 3.110, satu hari sebelum kecelakaan terjadi. Usai kecelakaan konstruksi layang yang terjadi di Selasa, lantas menyeret saham emiten karya lainnya. Saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) pada hari itu turun 1,99%. Kemudian, PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) bergeming dan saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) juga merosot 0,81% hari itu. Beberapa saham, sampai dengan Jumat (23/2) juga masih merah.
Kebijakan moratorium ini dinilai hanya sentimen sementara. Lagi pula, emiten menegaskan tidak akan gangguan arus kas. Emiten lain juga optimistis, bila proyek yang dihentikan hanya sebagian kecil saja. Sebagian pelaku pasar menilai, penurunan yang terjadi ini bisa menjadi kesempatan untuk akumulasi beli. Bagaimana pergerakannya kini? Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan, untuk saham WSKT dan ADHI dalam
weekly chart masih dalam tren
bullish. Dia menyarankan untuk
hold kedua saham itu. WSKT saat ini, memiliki
support Rp 2.680 dan
resistance Rp 3.130. Sedangkan ADHI dengan
support Rp 2.300 dan
resistance Rp 2.600. “WSKT secara umum trennya masih naik. Apalagi pergerakan harga melampaui garis dari
bearish channel,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Minggu (25/2). Dia menyatakan, fundamental emiten tersebut sesuai bila untuk jangka panjang, sehingga masih cukup prospektif. Apabila sudah menunjukkan tren fase konsolidasi, disarankan bisa mulai akumulasi beli. Moratorium pemerintah juga sifatnya temporer. Sedangkan pembangunan infrastruktur merupakan prioritas utama pemerintah. “Kami masih menantikan hasil kinerja laporan keuangan kuartal IV-2017. Proyeksi positif,” lanjut Nafan. Sementara itu, Nafan masih merekomendasikan akumulasi saham PTPP dan WIKA. Berdasarkan perspektif teknikal
weekly chart, pergerakan PTPP sudah menembus garis
bearish channel. Sehingga berpotensi membentuk pola
uptrend dalam jangka panjang. Selain itu, juga nampak pola
three inside up candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi
bullish contiunuation. Pada WIKA, dari perspektif teknikal
weekly chart terlihat pergerakan
downtrend dan mulai terbatas. Sebab, harga sudah berada pada garis MA 20. Dengan demikian, diharapkan agar fase akumulasi sudah terbentuk
uptrend ke depannya. Nafan merekomendasikan akumulasi beli PTPP dengan target harga jangka pendek pada level Rp 3.320 serta target harga jangka panjang pada level Rp 3.670. Untuk WIKA, dia merekomendasikan
buy on weakness pada area MA 20 atau garis fibonacci 61,8% pada level Rp 1.850. Dengan target harga jangka pendek maupun jangka menengah pada level Rp 2.070 dan Rp 2.360. “Adapun level Rp 2.650 merupakan target harga jangka panjang,” kata dia.
Bertoni Rio,
Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyatakan, sekitar tiga hari ke depan, pelaku pasar akan fokus pada rilis laporan keuangan 2017. Diprediksi pemerintah juga akan membayar proyek infrastruktur ke emiten. Diperkirakan pada pekan depan, sektor ini sudah mulai
rebound. “Sebaiknya beli dalam sepekan depan,” kata Bertoni kepada Kontan.co.id, Minggu (25/2). Secara harian, dia merekomendasikan
buy on weakness saham infrastruktur. Sektor ini pun ideal untuk jangka menengah dan panjang. Sebab, dalam lima tahun ke depan, sektor ini pun diprediksi masih terus bertumbuh, seiring dengan pembangunan infrastruktur dari hulu ke hilir. Dalam hitungan Bertoni, saat ini ADHI memiliki
support Rp 2.320 dan
resistance Rp 2.550, PTPP dengan
support Rp 3.090 dan
resistance Rp 3.300, WSKT dengan
support Rp 2.790 dan
resistance Rp 3.300, WIKA dengan
support Rp 1.900 dan
resistance Rp 2.100. “PTPP punya potensi
upside paling baik sekitar 10%,” ujar Bertoni. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati