Mendag Buka Opsi Subsidi Jagung untuk Meredam Kenaikan Harga Pakan dan Telur



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, salah satu penyebab naiknya harga telur ialah kenaikan harga jagung yang merupakan bahan baku pakan.

Oleh karenanya, pemerintah kemungkinan akan membuka opsi pemberian subsidi jagung untuk pakan guna menekan harga telur. 

Namun, jagung yang disubsidi haruslah yang berasal dari produksi lokal. 


Rencana pemberian subsidi bagi pakan tersebut saat ini masih dikaji oleh pemerintah.

Baca Juga: Harga Sejumlah Bahan Pangan Naik, Begini Strategi Badan Pangan Nasional

"Kita lagi diskusikan soal jagung, dulu kalau sampai harganya mahal kan disubsidi pemerintah Rp 1.500. Cuma sekarang kalau andaikata kita putuskan, belum. Ini lagi dibahas. Tapi yang disubsidi dari petani lokal jangan sampai yang impor disubsidi," kata Zulkifli ditemui di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (22/5).

Ia menjelaskan, apabila harga jagung untuk pakan ternak menyentuh Rp 6.500 per kilogram, maka pemerintah kemungkinan bakal memilih opsi melakukan subsidi Rp 1.500 per kilogram. 

Ia menyebut, subsidi dapat dilakukan misalnya untuk biaya transportasinya.

"Kita akan coba nanti Rp 1.500 disubsidi, apakah untuk transport-nya atau untuk apanya," imbuhnya.

Selain harga pakan yang naik, Zulkifli mengatakan harga telur saat ini juga dipengaruhi karena banyak peternak yang tutup karena harga telur sebelumnya sangat murah. Selain itu terjadi juga peremajaan ayam.

"Bahkan mau lebaran aja Rp 25.000 - Rp 26.000 karena dia harganya jualnya Rp 28.000. Oleh karena itu sebagian induk-induknya diremajakan, itu kan perlu waktu," jelasnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka produksi telur harus ditingkatkan. Zulkifli meyakini produksi telur tak lama lagi akan mulai stabil.

"Oleh karena itu harus diambil langkah-langkah pertama, tentu produksinya harus dinaikkan, sebentar lagi juga mulai stabil," ujarnya.

Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional Maino Dwi Hartono menjelaskan, persoalan harga telur yang melebihi harga acuan pembelian atau penjualan tak lepas dari faktor harga pakan yang tinggi.

Maino menyebut, di sisi hulu terjadi kenaikan biaya produksi yang luar biasa. Pertama disebabkan karena pakan. Dimana per Senin (22/5) harga jagung di peternak Rp 5.800 sampai Rp 6.000 per kilogram.

Padahal harga acuan jagung untuk pakan ialah Rp 5.000. 

Baca Juga: Jaga Keseimbangan Harga Telur Ayam, Ini Upaya yang Dilakukan Badan Pangan Nasional

Kedua dari harga konsentrat atau bahan pokok pakan juga alami kenaikan dalam beberapa minggu terakhir.

"Informasi teman peternak mengalami kenaikan cukup tinggi, sehingga bea pokok produksi naik tinggi. Sehingga berdampak bea pokok produksi peternak dan ujungnya sampai di konsumen alami kenaikan," kata Maino.

Ia mengungkapkan, saat ini ongkos produksi telur per kilogram sekitar Rp 24.000 hingga Rp 25.000 yang disebabkan komponen pakan yang naik. 

Selanjutnya, di hilir terdapat biaya distribusi, bongkar muat, packing dan lainnya. Maka harta telur di tingkat konsumen saat ini diatas Rp 30.000. 

Adapun saat ini harga rata-rata telur secara nasional ialah Rp 31.000 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi