Mendag: Gejala krisis global tidak berpengaruh terhadap target ekspor RI



JAKARTA. Tanda-tanda krisis global yang meluas tidak membuat Kementerian Perdagangan mengoreksi target nilai ekspor Indonesia. Kementerian itu tetap mematok pencapaian ekspor sebesar US$ 200 miliar hingga akhir tahun. Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu menuturkan pemerintah tetap optimis meraih target ekspor tersebut. Pasalnya lonjakan harga saham dan fluktuasi kurs mata uang baru baru ini masih terbilang positif dibanding negara lain. Kalaupun kurs rupiah mengalami pelemahan, menurutnya, akibat portofolio investor yang memindahkan dananya ke lokasi yang lebih aman."Fundamental ekonomi Indonesia masih baik. Kita hanya perlu waspada dan antisipatif saja," ungkapnya, Senin (26/9). Marie melanjutkan lagipula, krisis finansial itu melanda hampir semua negara di seluruh dunia, sehingga perlambatan transaksi perdagangan tidak hanya dialami Indonesia saja. Indonesia, jelasnya, hanya perlu menyiapkan langkah daya tahan terhadap ketidakpastian ekonomi dunia yang meningkat. Marie menuturkan, sekalipun ada revisi pertumbuhan ekonomi, memang akan ada tren perlambatan. Namun ia memastikan perlambatan ekonomi tersebut itu tidak akan terjadi terlalu tajam. "Daya tahan kita dari segi situasi fiskal dan devisa masih beri peluang (tumbuh positif) dari sumber dalam negeri," tuturnya. Marie dia mengakui, bahwa ada prediksi penurunan pertumbuhan ekonomi dunia dari 4,4% menjadi 4% pada 2011 dan koreksi target 2012 dari 4,5% menjadi 4% itu bakal berpengaruh terhadap harga komoditi dan tingkat permintaan. Hanya, lanjut Marie, hal tersebut tidak akan berdampak pada turunnya target ekspor.

Apalagi target pemerintah mematok target ekspor 2011 sebesar 14,1% dan impor 17,3% tarnyata hingga semester I 2011, Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan ekspor sebesar 20% dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Bahkan, nilai ekspor yang terbukukan selama semester I 2011 pun naik 36% menjadi US$ 98 miliar. Dengan demikian, kata Marie, ekspor Indonesia sudah berhasil tumbuh di atas target. Untuk mengantisipasi perlambatan, industri dalam negeri hanya perlu memperkuat pasar domestik, diversifikasi pasar dan produk, serta meningkatkan daya saing. Apalagi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 70% ditopang konsumsi masyarakat, belanja pemerintah, dan investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test