Mendag: Impor bukan sesuatu yang tabu



JAKARTA. Harga-harga bahan pangan yang terasa melonjak di beberapa bulan terakhir ini membuat Kementerian Perdagangan serius mengawasi perkembangannya. Tapi Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menilai stabilisasi harga bergantung pada sejumlah faktor, salah satu yang penting adalah ketersediaan suplai. Lutfi menilai suplai bahan pangan pokok masih cukup, terlebih secara umum tren musim hujan mulai berkurang. Kendala yang sempat terjadi di berbagai daerah seperti letusan Gunung Kelud atau banjir di Jalur Pantura dapat teratasi karena ada suplai dari tempat lain. Lutfi mencontohkan, secara nasional kebutuhan cabai tidak bermasalah meski Gunung Kelud meletus karena suplai terjaga. Demikian pula dengan pasokan beras di Pasar Cipinang. "Beras yang masuk bukan dari Jawa yang mendominasi, tapi dari Sulawesi Selatan," ujar Lutfi usai rapat kerja Kementerian Perdagangan di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (12/3). Hal itu disebabkan ada permasalahan di jalur Pulau Jawa, seperti banjir. Soal suplai, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyebut rakyat selalu punya tiga tuntutan. Pertama, masyarakat ingin barang selalu ada, kapan pun, di mana pun. Kedua, rakyat ingin harga barang harus terjangkau. Ketiga, barang harus produksi dalam negeri. "Kalau yang satu dan dua saja dipenuhi tapi barangnya impor, kita dimarahi oleh rakyat," ujar Hatta. Namun, jika dipaksakan barang diproduksi dalam negeri tapi harganya tidak terjangkau, rakyat juga marah pada pemerintah. Meski demikian, Mendag menegaskan sebisa mungkin rakyat tidak akan dibebankan atas turunnya suplai suatu komoditas. Tapi, rakyat harus menerima jika memang pemerintah harus mengandalkan produksi dari luar negeri. "Kalau misalnya produksi memang kurang, impor bukan sesuatu yang tabu," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Djumyati P.