JAKARTA. Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengaku tengah mencermati kondisi politik di Thailand dan pengaruhnya kepada kegiatan perdagangan kedua negara. Lutfi khawatir, dengan pemberlakuan darurat politik di Thailand, hal itu akan mengganggu tata niaga kedua komoditas tersebut dan komoditas lainnya. "Saya memperhatikan hal itu secara saksama. Thailand memiliki beberapa produk yang ada tata niaganya, seperti tata niaga beras dan tata niaga gula," kata Lutfi di Jakarta, Rabu (21/5). Lutfi mengaku dirinya takut barang-barang dari Thailand akan masuk secara ilegal akibat kondisi politik yang mengakibatkan rusaknya tata niaga. "Kami sangat takut kalau barangnya ke mana-mana, sedangkan kita saat ini sedang menghadapi musim panen untuk beras dan musim giling untuk gula. Jadi, kita harus jaga sama-sama supaya tidak ada rembesan yang tidak bertanggung jawab sehingga mengakibatkan kehancuran petani nasional," ujar Lutfi. Namun, Lutfi menyatakan hingga saat ini hubungan dagang antara kedua negara masih berjalan dengan baik. Sebenarnya, kondisi di Thailand dipandangnya juga masih cenderung baik. "Yang saya takutkan tata niaganya. Jadi, beras itu kan dibiayai oleh Bank Thailand. Dalam tata niaganya dibeli oleh negara. Kemudian, ekspor dan konsumsi dalam negeri ada tata niaganya. Ini ada permasalahannya, tata niaganya," ujar dia. Angkatan Bersenjata Thailand menegaskan bahwa pemberlakuan darurat militer di negara itu dimulai Selasa pekan ini (20/5/2014). Namun, hal itu tidak berarti militer merebut kekuasaan. Sejak pengumuman darurat, militer langsung menguasai kantor resmi perdana menteri. Selain komoditas beras, Lutfi mengaku terdapat beberapa komoditas yang menjadi primadona kegiatan perdagangan Indonesia dan Thailand. "Sekarang yang menjadi primadona adalah ikan, produk ikan, udang, dan otomotif," ujar dia. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mendag khawatr krisis Thailand rusak tata niaga
JAKARTA. Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengaku tengah mencermati kondisi politik di Thailand dan pengaruhnya kepada kegiatan perdagangan kedua negara. Lutfi khawatir, dengan pemberlakuan darurat politik di Thailand, hal itu akan mengganggu tata niaga kedua komoditas tersebut dan komoditas lainnya. "Saya memperhatikan hal itu secara saksama. Thailand memiliki beberapa produk yang ada tata niaganya, seperti tata niaga beras dan tata niaga gula," kata Lutfi di Jakarta, Rabu (21/5). Lutfi mengaku dirinya takut barang-barang dari Thailand akan masuk secara ilegal akibat kondisi politik yang mengakibatkan rusaknya tata niaga. "Kami sangat takut kalau barangnya ke mana-mana, sedangkan kita saat ini sedang menghadapi musim panen untuk beras dan musim giling untuk gula. Jadi, kita harus jaga sama-sama supaya tidak ada rembesan yang tidak bertanggung jawab sehingga mengakibatkan kehancuran petani nasional," ujar Lutfi. Namun, Lutfi menyatakan hingga saat ini hubungan dagang antara kedua negara masih berjalan dengan baik. Sebenarnya, kondisi di Thailand dipandangnya juga masih cenderung baik. "Yang saya takutkan tata niaganya. Jadi, beras itu kan dibiayai oleh Bank Thailand. Dalam tata niaganya dibeli oleh negara. Kemudian, ekspor dan konsumsi dalam negeri ada tata niaganya. Ini ada permasalahannya, tata niaganya," ujar dia. Angkatan Bersenjata Thailand menegaskan bahwa pemberlakuan darurat militer di negara itu dimulai Selasa pekan ini (20/5/2014). Namun, hal itu tidak berarti militer merebut kekuasaan. Sejak pengumuman darurat, militer langsung menguasai kantor resmi perdana menteri. Selain komoditas beras, Lutfi mengaku terdapat beberapa komoditas yang menjadi primadona kegiatan perdagangan Indonesia dan Thailand. "Sekarang yang menjadi primadona adalah ikan, produk ikan, udang, dan otomotif," ujar dia. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News