KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham di sektor perindustrian mendaki di awal semester II-2023. Tampak dari gerak IDX sector industrials yang kembali melaju positif dengan penguatan 2,88% jika dihitung sejak awal tahun alias
year to date (YtD). Padahal, hingga akhir perdagangan Juni 2023 IDX
sector industrials masih ada di posisi minus 1,04%. Laju indeks saham sektor industri ini belum terhenti ketika Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) ambles 0,69% sepanjang pekan lalu. Hanya ada tiga indeks saham yang mampu menguat di minggu lalu, salah satunya IDX sector industrials yang menanjak 0,84%. Dengan bobot yang jumbo, saham dari Grup Astra menjadi penggerak
(leaders) di sektor ini. Yakni PT United Tractors Tbk (
UNTR) dan PT Astra International Tbk (
ASII).
Namun, saham dengan lonjakan harga paling tinggi diduduki PT Sumi Indo Kabel Tbk (
IKBI) yang melejit 204,76% secara YtD. Adapun, sektor industri dihuni oleh emiten dengan segmen bisnis yang beragam. Mulai dari perlengkapan bangunan, kelistrikan, mesin dan alat berat, jasa komersial, hingga perusahaan holding multi-sektor.
Baca Juga: Inilah Saham Perusahaan Onderdil Otomotif yang Prospek Bagus untuk Investasi CEO Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo mengamati, mayoritas kinerja keuangan emiten di sektor industri masih sesuai ekspektasi. Dalam periode setengah tahun 2023, bisnis emiten perindustrian ditopang oleh kondisi makro ekonomi Indonesia yang relatif kondusif. Indeks keyakinan bisnis masih tinggi meski di tengah kebijakan suku bunga ketat. Situasi ini turut tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur yang ada di fase optimistis, menyentuh level 52,5 per bulan Juni. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga masih terjaga di atas zona optimistis pada level 127,1. Kondisi ini menjadi katalis penting untuk saham-saham di segmen barang perindustrian bergerak dalam tren naik. "Kinerja keuangan yang cenderung positif di kuartal II-2023 dan diproyeksi masih berlanjut hingga akhir tahun ini dapat menjadi katalis positif untuk kelanjutan tren
bullish," kata Praska kepada Kontan.co.id, Minggu (6/8).
Baca Juga: Kinerja Cemerlang, Saham Emiten Penghuni Indeks Kompas100 Ini Bisa Dicermati Analis Saham Rakyat by Samuel Sekuritas, Billy Halomoan menambahkan, faktor pendorong performa emiten di sektor ini juga datang dari banyaknya aktivitas infrastruktur, konstruksi, dan pertambangan yang menyerap kebutuhan produk industri. Di sisi lain, ada prospek dari proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) yang dapat menjadi ladang pendapatan bagi emiten industri, termasuk penyedia alat berat dan kabel. Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto menimpali, penguatan saham-saham emiten industri juga tak lepas dari efek rotasi sektor yang terjadi di bursa. Ketika sektor komoditas melemah, saham di sektor industri menjadi salah satu pilihan. Secara bisnis, permintaan dari dalam negeri yang masih kuat menjadi penopang kinerja emiten industri. Hal ini menjadi sentimen positif bagi pergerakan sahamnya. "Tren penguatan masih bisa berlangsung, meskipun mungkin tidak di seluruh saham sektor industri," kata David.
Baca Juga: Kemenperin: Ekspor Industri Manufaktur Turun pada Juni 2023 Akibat Pengaruh Global Rekomendasi Saham
Billy memprediksi, kinerja emiten yang mendukung ekosistem kebutuhan infrastruktur, konstruksi dan pertambangan masih dapat tumbuh di sisa tahun ini. Hanya saja, pelaku pasar perlu mewaspadai potensi perlambatan karena investor biasanya cenderung
wait and see selama momentum Pemilu dan Pilpres. Pada saat yang sama, emiten yang bergerak di bisnis percetakan maupun digital printing punya prospek yang apik. Saham emiten di sektor ini pun masih bergerak positif secara YtD, seperti yang terjadi pada PT Astra Graphia Tbk (
ASGR) dan PT Berkah Prima Perkasa Tbk (
BLUE). Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro sepakat, investor perlu mencermati prospek di masing-masing segmen bisnis industri. Berbarengan dengan musim rilis laporan keuangan, penting untuk menilik kinerja bisnis dan posisi fundamental terkini. Nico mengamati 21 saham sektor industri yang punya
market caps di atas Rp 1 triliun. Dari jumlah tersebut, ada 10 saham dengan
price to earnings ratio (PER) lebih rendah dari rata-rata sektor industri, sehingga terbilang
undervalued dan masih punya ruang penguatan cukup lebar.
Baca Juga: Tangkis Isu Deindustrialisasi, Sektor Manufaktur Nasional Terus Ekspansi Namun jika ingin koleksi, perhatikan juga momentum teknikal agar bisa menunjang tren kenaikan harga sahamnya. Sebagai pilihan investasi, Nico merekomendasikan
buy saham ASII dengan target harga Rp 7.175 per saham, UNTR target harga Rp 28.500 per saham, dan PT Impack Pratama Industri Tbk (
IMPC) untuk target harga Rp 368 per saham. Saham Grup Astra juga menjadi pilihan David, dengan rekomendasi
buy untuk UNTR dan
hold bagi ASII. Sedangkan saran Praska, koleksi ASII dengan strategi
buy on weakness. Rekomendasi Praska lainnya, akumulasi saham UNTR, PT Surya Pertiwi Tbk (
SPTO), dan PT KMI Wire & Cable Tbk (
KBLI). Sementara bagi Billy ada sejumlah saham di sektor industri yang menarik dikoleksi. Meliputi saham UNTR, IKBI, ASGR, PT Hexindo Adiperkasa Tbk (
HEXA), dan PT Mitra Pack Tbk (
PTMP). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati