Mendambakan wajar harga daging sapi (1)



Kementrian Perdagangan (Kemdag) telah membuka kran impor sapi siap potong sebanyak 24.750 ekor. Sapi-sapi asal peternak di Australia tersebut telah berdatangan mulai tanggal 29 Juli 2013 dan pengapalan terakhir tanggal 23 Agustus ini. .

Menurut Bachrul Chairi, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian perdagangan, per 7 Agustus 2013, sudah tiba di tanah air sapi sebanyak 8.990 ekor. Dari jumlah itu, sebanyak 2.590 ekor telah dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH) di wilayah Jabodetabek dan dagingnya yang tentu saja masih dalam kondisi segar telah didistribusikan ke beberapa pasar di Jabodetabek dan Jawa Barat.

Dengan tambahan pasokan sebanyak itu, seharusnya harga daging sapi secara perlahan turun. Namun, kenyataan di lapangan berbeda. Harga daging sapi tetap meroket.


Toh Marantina, seorang ibu di Bekasi, seperti juga ibu-ibu yang lain masih terus mengeluh. Betapa tidak. Pada tanggal 7 Agustus 2013, harga daging sapi di pasar Kebalen, Bekasi Utara malah tembus Rp 150.000 per kg. Hal yang sama juga dialami oleh Upik, warga Cilandak. Ia membeli harga daging sapi di pasar Blok A, Cipete seharga Rp 130.000 per kg.

Walaupun masih pusing, mereka sedikit terhibur. Soalnya, setelah lebaran, harga daging sapi di pasar mulai melandai. Per tanggal 11 Agusutus 2013, harga daging sapi di beberapa pasar seperti Pasar Grogol, Pasar Kebayoran Lama, dan Pasar Klender harga turun menjadi Rp 100.000 per kg. Kendati demikian, harga tersebut belum sesuai dengan target pemerintah yakni Rp 75.000 hingga Rp 80.000 per kg.

Menurut Srie Agustina, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementrian Perdagangan (Kemdag), dibandingkan dengan pasar tradisional, harga daging sapi di ritel modern lebih murah. Makanya, ia menyarankan supaya masyarakat membeli daging sapi di ritel modern. " “Di Giant Jakarta, harga daging sapi saat ini sebesar Rp 99.990 per kg, sedangkan di Hypermart Jakarta Rp 92.450 per kg," katanya.

Sarman Simanjorang, Ketua Komite Daging Sapi (KDS) Jakarta Raya menilai pemerintah terlambat mengantisipasi kebutuhan daging sapi makanya harga daging masih tinggi. Seharusnya, tambahan impor dilakukan secara sekaligus, sehingga pasar diguyur dengan stok daging sapi dalam jumlah besar. "Dengan begitu harga bisa turun," kata Sarman.

Suswono, Menteri Pertanian pun berpandangan, dengan jumlah stok yang ada saat ini seharusnya harga daging sapi bisa turun. Namun, dengan fakta harga daging yang masih tinggi, menurut Suswono, kondisi ini membuktikan ada beberapa pihak yang mencari rente dengan tambahan impor sapi siap potong. Sayang ia tidak mau lebih jelas. Hanya ia bilang, Kemdag tentunya akan menindak mereka yang menyalahi etika bisnis.

Memang, upaya pemerintah dalam menurunkan harga daging sapi seharusnya tak berhenti dari menentukan jumlah kuota impor sapi siap potong. Seharusnya pemerintah juga mengontrol harga supaya tidak ada yang bermain di sektor tersebut. Misalnya, Kementrian Perdagangan mengawasi harga di tingkat feedloter, harga di RPH hingga di pasar. Importir pun seharus transparan berapa harga jual dan beli untuk tiap kilogram bobot sapi hidup.

Seperti yang terjadi dengan 3.000 ton daging beku impor milik Perum Bulog. Perum Bulog menentukan berapa harga beli oleh distributor dan berapa harga jual di pasar. Dengan penentuan harga beli tersebut, konsumen mendapatkan harga wajar. Sayang, sepertinya daging beku milik Bulog disabotase di pasar, sehingga tidak mampu menurunkan harga daging di pasar. n(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fitri Arifenie