Kepedulian terhadap lingkungan bisa berbuah manis dan mendatangkan laba. Rasa peduli itu bisa berupa mengolah kertas kantong semen bekas menjadi kerajinan berupa aneka tas, dompet, tikar, dan sarung ponsel. Pekerjaan yang membutuhkan ketelatenan ini mampu mendatangkan omzet dari Rp 8 juta hingga Rp 12 juta per bulan.Seseorang bisa mewujudkan kepedulian pada lingkungan dengan beraneka ragam cara. Sebut saja upaya penanaman pohon hingga mendaur ulang peralatan dan perkakas yang tidak terpakai. Perilaku peduli lingkungan itu pun bisa mendatangkan laba yang menggiurkan. Contohnya, Marcelina yang mengolah kertas kantong semen bekas yang tidak terpakai menjadi aneka tas, dompet, dan tikar. Perempuan asal Bandung, Jawa Barat, ini telah melakukan pengolahan kertas semen sejak 10 tahun lalu. Marcelina menyulap kertas-kertas semen itu menjadi aneka tas dan dompet. Buah ketekunan Marcelina mengolah kertas semen itu adalah mampu mendulang omzet Rp 12 juta per bulan.Awalnya, Marcelina mengolah kertas semen karena prihatin melihat sampah. Tak jauh dari tempat tinggalnya, ada toko bahan bangunan yang setiap hari membuang kertas bekas semen. Bermula dari perasaan risi melihat sampah, dia memungut dan membawa pulang kertas semen itu.Setelah mencari informasi, Marcelina bersama suami mengolah kertas itu menjadi kerajinan. Seiring perjalanan waktu, warga dan para pecinta lingkungan mulai mengenal karya Marcelina. Mereka ramai-ramai memesan tas kertas semen. Lanta-ran pesanan kian banyak, dia membuka toko yang diberi nama Cahaya Ilahi. "Kami juga menerima pesanan dari Sumatra," kata Marcelina. Marcelina menjual produknya untuk semua kalangan. Harganya terjangkau, mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 500.000 per item. Setiap hari, dia menjual 100 item. Biasanya, permintaan naik 20%, saat musim liburan atau menjelang hari raya.Jumlah pesanan yang semakin banyak, bahan baku dari toko bangunan tetangga tidak cukup. Untuk mendapat bahan baku, Marcelina membeli kertas semen sepanjang 30 meter dari pemulung seharga Rp 1.000. Dari situ, Marcelina dan lima karyawan memproduksi 20 buah tas belanja ukuran sedang. Caranya, dia memotong kertas terlebih dahulu dan memilin hingga membentuk tali ukuran 1 sentimeter (cm), 2 cm, hingga 3 cm. Setelah itu, Marcelina merendam bahan di dalam air yang berisi campuran bahan daun jambu, kulit kayu mahoni, daun mahoni, dan lain lain-lain. Setelah perendaman usai, kertas menjadi berwarna, bertekstur lembut, dan tidak kaku. Pemakaian pewarna alami sangat penting karena pewarna kimia bisa membuat kertas menjadi hancur. "Saya sampai sekarang masih menggunakan pewarna alami," kata Marcelina.Lina tidak sendirian mengolah kertas semen. Ada juga Andriyani, perajin tas kertas semen di Jakarta Utara. Andriyani sudah memiliki aneka tas, termasuk tas sekolah, dompet, tikar, hingga sarung ponsel. Andriyani mengaku mematok harga yang bersahabat untuk produknya, antara Rp 10.000 hingga Rp 200.000. "Kebanyakan konsumen saya adalah kaum muda," kata Yani. Saat ini, Yani bisa menghasilkan omzet Rp 8 juta per bulan. Produk yang paling banyak digemari adalah dompet yang berbanderol Rp 50.000. Selain simpel, dompet berbahan kertas semen juga terkesan unik dan menarik. Tak jauh berbeda dengan Marcelina, Andriyani juga memakai pewarna alami untuk memberikan sentuhan warna dan menghadirkan tekstur pada produknya.Kedua produsen ini mengaku permintaan produk daur ulang terus meningkat sejak lima tahun belakangan. "Sekarang kami harus mempercantik desain dan kemasan agar pasar makin ramai," kata Marcelina.Keduanya juga mengandalkan penjualan melalui pamaeran kerajinan sebagai strategi pemasaranproduk. Di pameran, keduanya mendaur kertas semen tak terpakai menjadi aliran fulus ke kocek mereka. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mendaur kertas semen bekas menjadi laba
Kepedulian terhadap lingkungan bisa berbuah manis dan mendatangkan laba. Rasa peduli itu bisa berupa mengolah kertas kantong semen bekas menjadi kerajinan berupa aneka tas, dompet, tikar, dan sarung ponsel. Pekerjaan yang membutuhkan ketelatenan ini mampu mendatangkan omzet dari Rp 8 juta hingga Rp 12 juta per bulan.Seseorang bisa mewujudkan kepedulian pada lingkungan dengan beraneka ragam cara. Sebut saja upaya penanaman pohon hingga mendaur ulang peralatan dan perkakas yang tidak terpakai. Perilaku peduli lingkungan itu pun bisa mendatangkan laba yang menggiurkan. Contohnya, Marcelina yang mengolah kertas kantong semen bekas yang tidak terpakai menjadi aneka tas, dompet, dan tikar. Perempuan asal Bandung, Jawa Barat, ini telah melakukan pengolahan kertas semen sejak 10 tahun lalu. Marcelina menyulap kertas-kertas semen itu menjadi aneka tas dan dompet. Buah ketekunan Marcelina mengolah kertas semen itu adalah mampu mendulang omzet Rp 12 juta per bulan.Awalnya, Marcelina mengolah kertas semen karena prihatin melihat sampah. Tak jauh dari tempat tinggalnya, ada toko bahan bangunan yang setiap hari membuang kertas bekas semen. Bermula dari perasaan risi melihat sampah, dia memungut dan membawa pulang kertas semen itu.Setelah mencari informasi, Marcelina bersama suami mengolah kertas itu menjadi kerajinan. Seiring perjalanan waktu, warga dan para pecinta lingkungan mulai mengenal karya Marcelina. Mereka ramai-ramai memesan tas kertas semen. Lanta-ran pesanan kian banyak, dia membuka toko yang diberi nama Cahaya Ilahi. "Kami juga menerima pesanan dari Sumatra," kata Marcelina. Marcelina menjual produknya untuk semua kalangan. Harganya terjangkau, mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 500.000 per item. Setiap hari, dia menjual 100 item. Biasanya, permintaan naik 20%, saat musim liburan atau menjelang hari raya.Jumlah pesanan yang semakin banyak, bahan baku dari toko bangunan tetangga tidak cukup. Untuk mendapat bahan baku, Marcelina membeli kertas semen sepanjang 30 meter dari pemulung seharga Rp 1.000. Dari situ, Marcelina dan lima karyawan memproduksi 20 buah tas belanja ukuran sedang. Caranya, dia memotong kertas terlebih dahulu dan memilin hingga membentuk tali ukuran 1 sentimeter (cm), 2 cm, hingga 3 cm. Setelah itu, Marcelina merendam bahan di dalam air yang berisi campuran bahan daun jambu, kulit kayu mahoni, daun mahoni, dan lain lain-lain. Setelah perendaman usai, kertas menjadi berwarna, bertekstur lembut, dan tidak kaku. Pemakaian pewarna alami sangat penting karena pewarna kimia bisa membuat kertas menjadi hancur. "Saya sampai sekarang masih menggunakan pewarna alami," kata Marcelina.Lina tidak sendirian mengolah kertas semen. Ada juga Andriyani, perajin tas kertas semen di Jakarta Utara. Andriyani sudah memiliki aneka tas, termasuk tas sekolah, dompet, tikar, hingga sarung ponsel. Andriyani mengaku mematok harga yang bersahabat untuk produknya, antara Rp 10.000 hingga Rp 200.000. "Kebanyakan konsumen saya adalah kaum muda," kata Yani. Saat ini, Yani bisa menghasilkan omzet Rp 8 juta per bulan. Produk yang paling banyak digemari adalah dompet yang berbanderol Rp 50.000. Selain simpel, dompet berbahan kertas semen juga terkesan unik dan menarik. Tak jauh berbeda dengan Marcelina, Andriyani juga memakai pewarna alami untuk memberikan sentuhan warna dan menghadirkan tekstur pada produknya.Kedua produsen ini mengaku permintaan produk daur ulang terus meningkat sejak lima tahun belakangan. "Sekarang kami harus mempercantik desain dan kemasan agar pasar makin ramai," kata Marcelina.Keduanya juga mengandalkan penjualan melalui pamaeran kerajinan sebagai strategi pemasaranproduk. Di pameran, keduanya mendaur kertas semen tak terpakai menjadi aliran fulus ke kocek mereka. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News