KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2018 tersisa kurang dari dua bulan lagi. Menjelang akhir tahun, investor biasanya mulai memilih saham-saham yang akan tampak bagus pada laporan portofolio akhir tahun, alias
window dressing. Saham-saham dengan kinerja keuangan yang ciamik hingga akhir kuartal ketiga bisa menjadi pilihan investor. Ini dilakukan dengan harapan, kinerja tiga bulan terakhir tahun ini akan lebih baik atau setidaknya sama dengan sembilan bulan sebelumnya. Analis Panin Sekuritas William Hartanto menganjurkan investor untuk melakukan akumulasi beli di pertengahan November ini. Hal tersebut, sejalan dengan momentum selesainya rilis laporan kinerja keuangan di kuartal III 2018 dan pertumbuhan ekonomi positif yang disertai masuknya investor asing ke bursa Tanah Air.
"Bisa akumulasi beli sekarang. Ditambah lagi, sudah banyak saham yang menguat karena akumulasi asing," kata William kepada Kontan, Kamis (8/11). Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai banyaknya sentimen positif yang bakal mendominasi perdagangan hingga awal 2019, dapat dimanfaatkan investor untuk melakukan akumulasi beli. "Meskipun market masih berfluktuasi, kami masih rekomendasikan investor untuk akumulasi beli," kata Hans kepada Kontan, Kamis (8/11). Hans mengatakan, akumulasi beli dapat dilakukan saat harga saham mulai berada di level rendah. Di sisi lain, kecenderungan
window dressing baru akan terjadi pada pekan kedua ataupun ketiga di Desember. "Kalau sekarang, market asing masuk ke bursa kita dulu.
Window dressing bisanya baru terjadi ketika akhir tahun," jelasnya. Analis sekaligus Presiden Direktur Astronacci International Sekuritas Gema Goeyardi mengatakan, selesainya musim laporan keuangan kuartal III 2018, tidak membuat investor bisa langsung melakukan
window dressing. Secara teknikal,
window dressing baru bisa dilakukan pada pekan kedua di Desember 2018. "Ini karena, pertengahan November hingga pekan pertama Desember, terjadi siklus
mercury retrograde yang akan membuat saham menjadi kurang bagus pergerakannya," kata Gema kepada Kontan.co.id, Kamis (8/11). Meskipun begitu,
capital inflow asing yang masuk dalam sepekan terakhir dan laporan kinerja emiten yang cenderung positif di kuartal III 2018, memberikan ruang bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi beli. Apalagi, pertumbuhan ekonomi juga masih membukukan kinerja positif. "IHSG juga diyakini tetap
bullish sampai awal 2019 dengan potensi
resistance 6.300," jelasnya. Menurut Hans, hingga awal 2019 sektor perbankan dan konsumsi masih menarik untuk dilirik pelaku pasar. Adapun sahan rekomendasi Investa Saran Mandiri adalah
BBNI,
BMRI,
INDF dan
ICBP. "IHSG kelihatannya masih akan konsolidasi
bullish di kisaran 6.200 hingga 6.300," ungkapnya. Di mana sentimen seperti data defisit transaksi berjalan (CAD) dan potensi kenaikan suku bunga AS masih berpeluang menyebabkan bursa Tanah Air berfluktuasi. William memperkirakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir 2018 akan berada di kisaran 6.300, sedangkan di tahun depan bisa mencapai 6.500. Melihat potensi tersebut, beberapa sektor yang menarik untuk dilirik saat ini adalah properti, perbankan dan
consumer good atau barang konsumsi. "Sekarang bisa jadi momentum window dressing, di mana biasanya itu terjadi pada pekan kedua, sebulan sebelum kuartalan," ungkapnya. Adapun saham yang direkomendasikan William hingga awal 2019 yakni
ASRI dengan target Rp 340,
BSDE dengan target Rp 1.500,
SMRA dengan target Rp 800,
BBRI dengan target Rp 3.500,
BMRI dengan target Rp 10.000,
UNVR dengan target Rp 50.000 dan
KLBF dengan target Rp 1.600.
"Sedangkan sektor yang perlu dihindari, saya kira mining (pertambangan), terutama terkait harga minyak yang terus turun," kata William. Menurut Gema, sektor yang menarik dilirik investor dari sekarang adalah perbankan dan konsumsi. Dengan proyeksi IHSG akhir 2018 bakal berada di kisaran 6.150-6.200, investor bisa
buy on weakness pada beberapa saham rekomendasi Astronacci International. "Boleh
buy on weakness dari sekarang di saham
BBNI target Rp 8.800,
BBRI Rp 3.800,
CPIN di Rp 6.200. Adapun sektor yang perlu dihindari yakni konstruksi, karena masih
bearish untuk
long term dan belum ada sentimen yang cukup kuat," kata Gema. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati