Mendikbudristek Ajak Masyarakat Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi



KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Saat ini, berbagai museum dan cagar budaya di tanah air tengah direvitalisasi. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim pun mengajak masyarakat untuk ikut menyaksikan dan terlibat dalam proses revitalisasi museum dan cagar budaya ini. Bahkan, dia meminta agar masyarakat menjadikannya sebagai tujuan wisata edukasi.

“Jadikan museum dan cagar budaya sebagai tujuan wisata edukasi dan bawa serta anak-anak kita untuk mengenal jati diri bangsa dan akar budayanya,” ujar Nadiem dalam acara Peluncuran Indonesian Heritage Agency, Kamis (16/5).

Menurutnya, masyarakat harus menguatkan gotong royong yang menempatkan kebudayaan sebagai elemen penting dalam pendidikan.


Meski begitu, Nadiem mengaku akan sulit bagi orang tua untuk membawa anak-anak ke museum dan cagar budaya apabila pengalaman yang didapatkannya tak menyangkan. “Kalau ini tidak menyenangkan tidak ada gunanya karena tidak akan menginspirasi generasi berikutnya,” kata Nadiem.

Karenanya, proses transformasi melalui reimajinasi museum dan cagar budaya pun dilakukan. Langkah ini dilakukan supaya museum dan cagar budaya bisa menjadi ruang belajar yang terbuka dan inklusif dan mendukung perwujudan pembelajar sepanjang hayat.

Baca Juga: Ada IHA, Nadiem: Harapan Miliki Museum & Cagar Budaya Kelas Internasional Bukan Mimpi

Nadiem menambahkan, museum dan cagar budaya harus menjadi ruang publik, yang artinya bukan hanya tempat benda-benda bersejarah, tetapi ruang yang mengedepankan praktek-praktek pembelajaran kebudayaan yang inklusif dan kolaboratif.

Dia bilang, sebagai sebuah ruang yang inklusif, museum dan cagar budaya harus dapat menjadi tempat bagi seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya pada orang-orang yang tertarik pada topik-topik yang berhubungan dengan sejarah.

Adapun, Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, menjelaskan bahwa konsep reimajinasi museum dan cagar budaya ini menyangkut 3 hal. Tiga tersebut antara lain reprograming (pemrograman ulang), redesigning (perancangan ulang), dan reinvigorating (memperkuat tata kelola).

Dengan reprograming, koleksi museum atau cagar budaya harus bisa berbicara dan memberi inspirasi kepada publik.

“Selama ini fokus kita yang bekerja di bidang permusueman memasitkan kemanan, keselamatan dan keterawatannya lebih dulu. Melakukan konservasi dan seterusnya. Sekarang waktunya kita juga untuk bagaimana mengkomunikasikan dan semua koleksi museum kita secara efektif dan bagaimana memperkenalkan kekayaan cagar budaya secara efektif pada publik,” kata Hilmar.

Redesigning adalah bagaimana merancang ulang agar museum dan cagar budaya tak lagi menampilkan kesan masa lalu yang jauh, yang kurang akrab dengan generasi saat ini. Dengan redesigning ini diharapkan anak-anak merasa relevan dengan apa yang ditampilkan di museum dan cagar budaya.

Reinvigorating artinya memperkuat tata kelola kelembagaaannya, yang mana memerlukan perubahan. “Tidak mungkin kita mengelola kekayaan budaya kita dengan cara lama untuk mendapatkan hasil yang baru, kalau mau mendapatkan hasil yang baru kita harus mau membayangkan oraganisasi yang sepadan dengan kekayaan budaya itu,” ujar Hilmar.

Adapun, pengelolaan museum dan cagar budaya saat ini sudah dilakukan oleh Indonesian Heritage Agency (IHA). IHA merupakan Badan Layanan Umum (BLU) yang bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan 34 cagar budaya nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Lidya Yuniartha