KONTAN.CO.ID - Hidup penuh kejutan. Enggak menyangka dapat hadiah kejutan alias doorprize dalam sebuah acara, misalnya. Apalagi, hadiah kejutan itu sampai bisa mengubah jalan hidup seseorang. Sebab siapa sangka, Florentia Jeanne Sutanto dan Felicia Febry Sutanto jadi pengusaha mode sukses berkat
doorprize. Kakak beradik ini ialah pemilik usaha
fashion berbendera NoonaKu Signature, dengan omzet sekitar Rp 350 juta per bulan. Itu tahun 2016 lalu. “Tahun 2017 dan 2018 masih
on going, trennya tumbuh,” kata Florentina.
Semua berawal di 2011, ketika Flo, panggilan Florentia, mendapatkan
doorprize berupa ponsel merek BlackBerry (BB) saat menghadiri sebuah resepsi pernikahan. Ternyata, nasib baik juga menghampiri sang adik. Selang beberapa waktu kemudian, Felice, sapaan Felicia, juga memperoleh BB secara cuma-cuma dari pamannya, meski bekas pakai. “Ini yang memacu kami jualan pertama kali,” ungkap Felice. Tak langsung jadi pengusaha mode dengan melahirkan produk sendiri, mereka merintis usaha dari berjualan selubung (
casing)
handphone sebagai
reseller. Bermodal dua BB yang ketika itu tergolong barang mewah, Flo dan Felice berdagang online lewat aplikasi percakapan BlackBerry Messenger (BBM), dengan mengusung nama toko Super Berry. Cuma, niat awal mereka berjualan bukan untuk menambah uang saku, tapi membantu orangtua membiayai kuliah. Flo dan Felice masing-masing kuliah di Jurusan Akuntansi dan Arsitektur Universitas Tarumanagara, Jakarta. “Ayah kami seorang guru dan ibu adalah ibu rumahtangga,” ujar Flo. Selain
casing handphone, Flo dan Felice juga jualan dompet dan alat pemutar musik digital MP3. Tapi, keduanya tak lama jualan produk-produk itu. Soalnya, pernah dalam satu bulan tidak ada pesanan yang masuk satu pun. Hasil analisis mereka: tidak setiap hari orang ganti selubung ponsel, dompet dan MP3. Lalu, mereka pun ganti dagang baju juga sebagai reseller dengan bendera The Bazaar. Alasannya, saban hari orang tentu ganti pakaian. Pilihan Flo dan Felice enggak salah. Penjualan keduanya bagus, sangat bagus malah. Itu berkat strategi pemasaran yang mereka terapkan. Contoh, setiap jam tiga sore mereka menggelar promo dan membuat pesan siaran (
broadcast) yang menarik. “Bagaimana caranya supaya orang ingat sama toko online kami. Karena, tidak lama kemudian, jualan via BBM jadi booming,” kata Felice. Mereka bahkan pernah sukses besar saat menyelenggarakan bazar online, dengan menawarkan produk-produk paling laku (
best seller) dengan harga diskon. Hanya dalam tempo tiga hari, keduanya bisa menjual 7.000 potong pakaian. Tiga komitmen Seiring berjalannya waktu, Flo dan Felice melihat peluang untuk bisa memproduksi pakaian sendiri.
Pertama, pesanan yang masuk ke toko daring mereka sangat banyak. Dalam sehari, order yang datang bisa mencapai 80–100 potong.
Kedua, produsen tidak bisa memenuhi produk yang up to date sesuai permintaan Flo dan Felice. Ketiga, produk yang mereka pesan dari produsen tak sesuai ekspektasi. “Kami putuskan untuk bikin produksi sendiri tahun 2012,” ujar Flo yang kelahiran 27 November 1989. Tentu, Flo dan Felice tidak semata ingin menjadi produsen pakaian. Setelah berbulan-bulan berperan sebagai reseller yang menghubungkan produsen dan pembeli, mereka menemukan tiga tipe produsen.
Pertama, produsen yang menjawab ala kadarnya saat ada reseller yang bertanya lebih dalam mengenai produk.
Kedua, produsen tipu-tipu. Jualan dengan memasang foto produk yang bagus tapi begitu sampai ke tangan reseller kualitas barang sangat jelek.
Ketiga, produsen yang benar-benar punya produk namun harganya mahal. “Dari tiga poin itu, kami berdua punya komitmen, jika nanti Tuhan memberikan kami kesempatan untuk bisa menjual barang sendiri, foto produk tidak boleh tipu-tipu, harus asli. Lalu, harganya jangan terlalu tinggi tapi kualitas tetap harus dijaga dan servis luar biasa,” ucap Felice yang lahir 6 Februari 1991. Kenapa fokus ke pakaian? Selain merupakan passion, lewat NoonaKu yang berarti anak perempuannya Tuhan, mereka ingin mendobrak industri mode Indonesia. Soalnya, keduanya kepingin menjangkau semua kalangan, baik bawah, menengah, maupun atas, dengan membuat produk berkualitas dengan harga terjangkau. Produk-produk
made in Flo dan Felice mayoritas harganya di bawah Rp 100.000 per potong. “Kenapa, sih, harus maruk. Kenapa enggak turunin profit aja, toh, bisa main di kuantitas,” jelas Felice. Baik Flo maupun Felice lupa modal awal untuk memulai bisnis pembuatan pakaian. Yang jelas, jutaan rupiah yang mereka ambil dari tabungan hasil keuntungan jadi
reseller. Begitu memutuskan jadi produsen pakaian, keduanya langsung membentuk tim. Mereka merekrut enam orang untuk bagian produksi (jahit dan obras),
finishing dan pengemasan. Flo sendiri yang sudah lulus kuliah ketika itu fokus di bagian pemasaran dan pembukuan, sedang Felice yang masih proses skripsi di produksi. “Karena kami, kan, anak kemarin sore, ya, jadi betul-betul hati-hati banget. Saat memilih tim produksi, kami tidak main-main, benar-benar dari rekomendasi orang-orang yang kami percaya,” beber Felice. Di bulan-bulan awal bisnis berjalan, mereka masih masih aman, dengan membuat produk
basic needs. Ambil contoh, rok dan kemeja polos tanpa motif. Jadi, bermain di warna. Untuk pemilihan bahan, mereka selalu kembalikan ke diri masing-masing. Keduanya mencoba dulu, nyaman tidak kalau dipakai. Kalau nyaman, maka mereka pilih sebagai bahan. “Intinya, meski murah tetap nyaman dan berkualitas. Dan, jangan takut mencoba bahan, tapi tetap jangan kalap mencoba semuanya,” tegas Felice. Bangun butik Pada 2014, NoonaKu masuk ke
marketplace, setelah ada ajakan berkongsi dari Groupon Indonesia dan Singapura. “Kerjasama ini membantu kami ekspor,” kata Felice. Kini, NoonaKu juga berkibar di
marketplace, seperti Tokopedia dan Bukalapak. Bahkan, mereka jadi bintang iklan marketplace yang didirikan William Tanuwijaya itu bertajuk
Seller Story Tokopedia–Semangat Kartini Masa Kini. Sudah barang tentu, Flo dan Felice menggandeng
reseller. Saat ini, mereka punya lebih dari 50
reseller, baik perseorangan maupun badan usaha. Sebab, keduanya punya visi: mendorong generasi muda untuk berwirausaha. “Kami mengizinkan baju kami dengan minimal pemesanan hanya dua lusin diganti dengan label mereka. Kami tidak takut tersaingi karena moto kami adalah bless to be blessing, kami percaya, kok, rezeki sudah ada yang mengatur,” ujar Flo yang sempat bekerja di Ernst and Young. Dan, yang namanya bisnis, jelas tidak melulu berjalan mulus. Meski nilai tidak gede-gede amat, mereka pernah kena praktik curang dari pembeli. Misalnya, kirim bukti transfer dengan nilai yang agak kabur. Tertulis Rp 580.000 padahal dana sebenarnya yang ditranfer hanya Rp 500.000. “Setelah kejadian itu, kami benar-benar teliti. Hanya yang transferannya masuk ke rekening saja yang kami proses,” ucap Flo. Lalu, pernah salah produksi gara-gara salah bahan. Untuk menekan kerugian, produk salah produksi ini mereka jual dengan harga miring. “Yang penting cashflow (arus kas) tetap lancar,” imbuh Flo. Setelah bertahun-tahun di saluran
online, tahun lalu mereka masuk juga ke jalur
offline dengan membuka butik. “Karena banyak pelanggan yang datang ambil pesanan, terus bilang ke kami untuk bikin butik supaya dia bisa coba, ya, sudah kami buka butik,” terang Flo yang berencana buka cabang di sejumlah kota di tanah air. Saat ini, sebulan mereka memproduksi belasan ribu potong pakaian, dengan jumlah karyawan sebanyak 20 orang. Yang paling laku adalah kemeja, jaket bomber, dan rok.
Dalam waktu dekat, Flo dan Felice akan meluncurkan website Noonaku. Ini akan jadi toko online mereka yang terlengkap sekaligus situs resmi perusahaan. Usaha mereka sudah berstatus perseroan terbatas (PT) sejak 2015 lalu. “Menurut kami, punya website penting banget. Karena, kami punya mimpi, usaha NoonaKu semakin besar dengan membangun grup bisnis. Jadi, nanti ada bisnis makanan juga,” ungkap Flo. Buat mereka, bisnis bukan roda tapi perjalanan menuju puncak dengan bukit dan lembah yang harus dilewati. Alhasil, mimpi mereka bukan tidak mungkin jadi kenyataan. Sebab, hidup juga penuh kejutan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan