Mendorong Industri Pertahanan Nasional Rengkuh Pasar Global



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam kunjungannya ke Kabupaten Malang yakni ke PT Pindad, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, bahwa ada peningkatan permintaan terhadap alat utama sistem senjata (alutsista) buatan Indonesia. 

Tak hanya PT Pindad, sebelumnya Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyebut bahwa, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) juga mengalami peningkatan permintaan dari sejumlah negara, utamanya pada pesawat  CN 235. 

Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menyampaikan, guna meningkatkan kapasitas dan kompetensi ekspor alutsista ke mancanegara dapat ditempuh melalui 2 strategi keunggulan. Di antaranya ialah, strategi keunggulan komparatif dan strategi keunggulan kompetitif.


Ia menjelaskan, strategi keunggulan komparatif mengutamakan kapasitas produk-produk yang mampu bersaing dengan kualitas yang sama sementara harga bisa lebih murah. 

Baca Juga: Jokowi Sebut Pabrik PT Pindad akan Dipindahkan dari Bandung ke Subang

"Contohnya munisi ringan untuk peluru kaliber 5,56 mm atau 7,62 mm yang dipakai militer seluruh dunia," kata Nuning sapaan akrabnya kepada Kontan.co.id, Selasa (25/7).

Maka, PT. Pindad kata Nuning harus memiliki kompetensi SDM yang dapat bekerja dengan teknologi pabrik yang lebih autonomus.

Menurutnya produk PT Pindad tergolong lebih murah dibandingkan dengan buatan produsen lain. Namun Nuning menegaskan bahwa, kualitas dari produk PT Pindad terbukti tinggi. 

"Militer seluruh dunia harus banyak membeli produk PT. Pindad karena lebih murah dan kualitas tinggi terbukti dari seringnya digunakan TNI AD menjadi juara AASAM (Australian Army Skill at Arms Meet) dan AARM (The ASEAN Armies Rifle Meet)," imbuhnya. 

Sedangkan untuk strategi keunggulan kompetitif, industri pertahanan Indonesia harus mengutamakan kapasitas produk-produk yang memang hanya diproduksi oleh pabrik Alutsista di Indonesia. Nuning memberi contoh seperti Helikopter NBell versi Naval/Maritime buatan PTDI yang dirancang khusus beroperasi di atas geladak kapal-kapal perang.

"PTDI harus memiliki kompetensi SDM yang mampu senantiasa kreatif dan inovatif merancang platform yang tepat untuk helikopter yang tahan korosi," ujarnya. 

Sementara itu, Anggota Komisi I DPR RI, Dave Akbarshah Fikarno Laksono mengatakan, pengembangan industri pertahanan tanah air sudah seharusnya didukung. Dimana pemerintah menurutnya harus memiliki konsep dan arah yang jelas mengenai pengembangan industri pertahanan nasional. 

"Sejauh ini pemerintah telah membuat rancangan kerja jangka pendek-menengah dan panjang. Dan semua itu meningkatkan performa dari industri pertahanan kita," kata Dave. 

Dave mengatakan, kemajuan industri ini penting dalam menancap kemandirian industri pertahanan dan kedaulatan bangsa. Menurutnya majunya industri pertahanan akan berdampak pula pada Product Domestic Bruto (PDB) Indonesia. 

Baca Juga: Permintaan Ekspor Produk Pertahanan Buatan PT Pindad Meningkat

"Agar industri pertahanan dapat memberikan dampak kepada PDB kita. Export barang-barang ke negara sahabat, wajib kita tingkatkan," ujarnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada kunjungannya ke PT Pindad kemarin (24/7) menjelaskan bahwa saat ini dunia sedang mengalami kekurangan peluru. Hal tersebut terlihat dalam setiap kunjungannya ke negara lain, ketersediaan peluru selalu menjadi topik yang dibahas antar pemimpin negara.

"Di setiap kunjungan saya ke negara lain, mereka selalu menanyakan mengenai yang berkaitan dengan barang ini, peluru. Dan sekarang dunia memang kekurangan peluru," kata Jokowi.

Oleh karena itu, Ia minta jajarannya untuk mencari mitra kerja dan menjalin kerja sama dengan pihak lain agar pengembangan PT Pindad (Persero) dapat berjalan dengan lebih cepat. 

Ia menjelaskan, produksi PT Pindad saat ini mengalami peningkatan setelah mendapatkan suntikan modal dari pemerintah sebesar Rp700 miliar melalui skema penyertaan modal negara (PMN). Di mana sebelum PT Pindad disuntik PMN produksi peluru mencapai 275 juta peluru. 

"Setelah kita beri PMN sebesar Rp700 miliar, produksinya meningkat 415 juta peluru hampir 2 kali lipat karena memiliki line tambahan dari PMN yang telah kita berikan," ucapnya.

Baca Juga: Belanja Barang Kemenhan Jadi yang Terbesar, Tembus Rp 21,5 Triliun pada Semester I

Berkaca pada hal tersebut, Ia menegaskan bahwa industri pertahanan Indonesia memiliki peluang yang baik di masa mendatang dan harus terus dikembangkan. 

"Saya hanya ingin menggarisbawahi bahwa industri pertahanan di negara kita memang memiliki prospek yang baik dan harus dikembangkan, baik yang berkaitan dengan peluru, baik yang berkaitan dengan kendaraan, baik yang berkaitan dengan senjata, semuanya karena permintaannya banyak," ujarnya.

Selain itu, pemerintah juga rencananya akan memindahkan pabrik PT Pindad (Persero) yang ada di Bandung ke kawasan industri di Subang secara bertahap. Hal tersebut turut dilakukan pemerintah dalam rangka pengembangan PT Pindad (Persero). 

"Sehingga betul-betul memiliki sebuah lahan yang luas untuk pengembangan Pindad karena memiliki prospek yang sangat baik," kata Jokowi.

Selain PT Pindad yang mengalami peningkatan permintaan ekspor, sebelumnya Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menyampaikan bahwa, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) juga ada peningkatan permintaan CN 235 dari sejumlah negara. Prabowo mengatakan saat ini ada sekitar 100 permintaan pesawat CN 235. 

"Karena permintaan CN 235 di banyak negara cukup tinggi, cukup baik. Perhitungan kita kurang lebih ada permintaan 100 pesawat CN 235 dari Afrika, Amerika LAtin dan sebagainya," ungkap Prabowo.

Baca Juga: Permintaan Ekspor Alutsista Naik Tajam, Jokowi Akan Tinjau Produksi PT Pindad

Oleh karenanya, Prabowo menegaskan pemerintah terus mendorong perkembangan industri pertahanan Indonesia agar lebih efisien, produktif serta inovatif. Saat ini PT Di sendiri sudah dapat memproduksi 8 unit pesawat CN 235 dalam satu tahun.

Hal tersebut usai adanya revitalisasi, serta reformulasi prosedur kerja yang kemudian PT DI dapat meningkatkan produksi pesawat dari yang sebelumnya setahun 2 hingga 3 pesawat menjadi 8 unit.

"Laporan PT DI, mampu 8, dari yang tadinya 2-3 setahun, sekarang mampu 8 CN 235 setahun. Ini sangat bagus," kata Prabowo. 

Menurutnya, hal tersebut sangat positif di tengah permintaan akan pesawat CN 235 dari sejumlah negara cukup tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .