Mendorong potensi UKM melalui mal online



Pemerintah Daerah (Pemda) Banyuwangi terus berbenah. Setelah menggarap sektor wisata supaya mampu mengundang lebih banyak wisatawan, kini giliran mendorong sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk berkembang.

Kesempatan pengusaha UKM memang terbuka luas. Maklum, pasar di negeri ini sangat besar. Apalagi, banyak pula konsumen di luar negeri yang tertarik dengan beragam produk kerajinan dan UKM Indonesia.

Oleh karena itu, untuk menjangkau pasar yang lebih luas untuk produk-produk UKM lokal, Pemda Banyuwangi meluncurkan situs Banyuwangimall.com. Marketplace ini resmi membuka gerainya April 2016 lalu.


Sampai sekarang sudah ada sekitar 300 pengusaha yang menjadi anggota, serta tercatat 543 item produk yang dijual. Kebanyakan jenis barangnya adalah makanan, batik, kerajinan dan lainnya.

Alief Radhaman Kartiono, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Banyuwangi mengatakan, pada awalnya  tidak mudah menggiring para pengusaha UKM untuk bergabung. Tak putus asa, pemda pun terus melakukan edukasi pentingnya penggunaan teknologi dalam usaha pemasaran.

Baru setahun beroperasi, ternyata para pelaku usaha sudah merasakan efeknya. Tidak sedikit produk mereka yang dikirimkan ke luar kota bahkan ke luar negeri. Jenis yang paling digemari pembeli internasional adalah kerajinan bambu seperti bumerang.

Mastuki, pemilik usaha kopi Kemiren Jaran Goyang, mengaku akun jualan online tersebut cukup membantunya dalam pemasaran produk. " Jadi, konsumen yang lokasinya jauh bisa  mencari produk saya bisa membuka situs tersebut. enggak susah gitu," katanya pada KONTAN, Rabu(2/8).

Bila dibandingkan dengan penjualan di marketplace lainnya dan penjualan offline, total pemesanan melalui Banyuwangimall.com kurang signifikan. Dia hanya pernah beberapa kali mengirimkan produk ke Thailand dan Denmark. Lainnya hanya pemesanan dalam negeri. Sayangnya, dia enggan menyebutkan total penjualan melalui media ini.  

Asal tahu saja, dia mulai menjadi anggota sekitar setahun lalu. Awalnya, dia diminta Dinas Koperasi dan Usaha Kecil untuk bergabung. Sekadar info, Mastuki membesut usaha ini sejak Oktober 2013.

Sebulan, total produksinya mencapai sekitar 220 kg kopi. Terdiri dari 150 kg kopi robusta dan 70 kg kopi arabika. Untuk harganya dipatok Rp 25.000 (250 gram) untuk robusta dan Rp 30.000 (125 gram) untuk arabica.  

Berbeda dengan Nita Senduk pemilik merek kopi GMC yang mengaku belum menjadi anggota. Alasannya, dia tidak mengetahui cara bergabung dalam situs belanja online tersebut. Meski begitu, dia sudah menjajal situs belanja online lainnya untuk mendorong penjualan produk.

Harapannya, pemerintah serius menggarap situs ini demi mendongkrak kunjungan. Jika pengunjung naik, transaksi bertambah.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.