Gara-gara
sneakers yang baru dibeli via
online enggak pas dengan ukuran kakinya, Ben Kasyafani terpaksa menjual kembali sepatu itu. Enggak disangka, ada yang berani menawar dengan harga hingga tiga kali lipat dari harga toko. Pembawa acara dan aktor ini pun dengan senang hati melepas
sneakers-nya itu. Harga
sneakers milik Ben naik berkali-kali lipat lantaran sepatu itu diproduksi terbatas alias
limited edition. “Sudah lima kali saya jual sepatu yang baru dibeli secara
online dan ukurannya enggak pas sama saya, kemudian ditawar dengan harga tinggi,” ujarnya.
Ben memang suka sama sepatu olahraga bergaya kasual dan ringan yang bisa dipakai sehari-hari alias
sneakers. Koleksinya lumayan banyak, lebih dari 60 pasang. Dan, belum lama ini dia membeli sepatu basket Nike Air Jordan 1 yang juga
limited edition. Mendapatkannya pun enggak gampang, dengan cara diundi. Sebab, peminatnya banyak. Maklum, Air Jordan 1 punya nilai historis. Sepatu berkelir hitam putih ini merupakan retro dari sepatu basket yang pertama kali dipakai Michael Jordan, salah satu legenda basket Amerika Serikat. “Kalau saya jual lagi, harganya bisa naik tiga sampai empat kali lipat,” kata Ben. Tapi, pria kelahiran Jakarta, 4 Juli 1983, ini bertekad tidak bakal menjual sepatu itu. Di Indonesia sendiri
sneakers head, sebutan untuk pecinta
sneakers, sangat banyak. Tak heran, hampir setiap bulan ada ajang untuk mempertemukan para pecinta
sneakers di tanah air. Yang terbaru, event Jakarta Sneaker Day yang digelar pada 27–28 Januari 2017 lalu. Oh, iya,
sneakers merupakan salah satu slang untuk menyebut sepatu olahraga. Julukan lainnya:
plimsolls,
trainers,
kicks,
takkies, dan
keds.
Plimsolls ialah sebutan perdana untuk sepatu olahraga yang mulai berkembang di negeri Uwak Sam semenjak 1800-an silam. Tergantung kuantitas Dan, kenaikan harga
sneakers sampai empat kali lipat dari harga toko belum ada apa-apanya. Tengok saja, koleksi Nike Dunk Pigeon milik Yherry Eko Saputro. Sepatu
skateboard yang hanya diproduksi 300 pasang di dunia ini dia lepas dengan harga Rp 26 juta. Padahal, harga aslinya hanya Rp 2,3 juta. Itu berarti, harganya naik sebelas kali lipat lebih. Tapi, kenaikan itu masih belum seberapa, lo. Menurut Remon Nessa, kolektor
sneakers, mengungkapkan, ada pecinta
sneakers Indonesia yang memiliki Nike Air Yeezy Red October 2. Mau tahu nilainya sekarang di pasaran? Sekitar Rp 70 juta hingga Rp 80 juta. Padahal, harga awal sepatu yang meluncur 2013 lalu ini cuma Rp 3,5 juta. “Ini edisi terakhir kolaborasi Nike dan Kanye West (penyanyi rap asal AS),” ujarnya. Info saja, Kanye West berkongsi dengan Adidas yang terjalin sejak 2015. Pada November 2016 lalu, produsen sepatu asal Jerman itu merilis Adidas Yeezy Boost 350 V2, hasil kolaborasi dengan Kanye West. Sepatu ini diklaim paling populer sepanjang 2016. Tapi sejatinya, Remon bilang, tidak ada harga patokan
sneakers di pasar sekunder. Harganya tergantung dari kuantitas
sneakers. Maksudnya, produksinya terbatas. Makanya, “Beli hari ini, besok harganya bisa naik,” kata kolektor puluhan
sneakers yang juga manajer artis Iwa K dan Netral ini. Selain
limited edition, Yherry menambahkan, yang juga menentukan harga
sneakers di pasar sekunder adalah nilai historis dari sepatu itu. Sekalipun produksinya massal, kalau memiliki nilai sejarah, harganya bisa melambung tinggi. Contoh, Nike Air Jordan kepunyaan Yherry yang dibuat tahun 1994. Sepatu basket ini bukan
limited edition. Tapi, lantaran sudah jarang dan punya nilai historis, sekarang harga sepatu itu naik berpuluh-puluh kali lipat. Dulu, Yherry membeli sepatu itu seharga Rp 397.000 ribu, kini nilainya di atas Rp 10 juta. “Ada yang mau tapi tidak saya jual,” ungkap pemilik toko sepatu My Shoes ini. Penentu harga
sneakers di pasar sekunder lainnya, Yherry menuturkan, sepatu hasil kolaborasi dengan artis atau atlet terkenal atawa dunia. Misalnya, itu tadi, Adidas Yeezy, kerjasama Adidas dan Kanye West, lalu Nike Air Jordan, kongsi Nike dengan Michael Jordan. Untuk memburu
sneakers bernilai jual tinggi jelas tidak gampang. Maklum, produksinya terbatas. Ambil contoh Adidas Yeezy Boost 350 V2. Untuk mendapatkannya, gerai-gerai Adidas yang ditunjuk melego sepatu seharga Rp 3 jutaan ini melakukan undian terlebih dahulu untuk menentukan siapa yang berhak membeli. Sementara jika ingin berburu
sneakers yang sudah tidak dijual di toko resmi, Yherry memberi saran, sebaiknya beli langsung ke penjualnya, jangan via
online. “Berisiko, bisa dapat barang palsu,” tegasnya. Kecuali, si penjual
online tersebut sudah punya nama di kalangan pecinta
sneakers. Untuk itu, sebelum membeli, Anda bisa bertanya dulu kepada komunitas atau melalui forum diskusi pecinta
sneakers. Biar lebih aman, Anda bisa membeli
sneakers di acara-acara resmi yang mempertemukan para pecinta sepatu olahraga ini, seperti Jakarta Sneaker Day. “Penjual di acara ini harus menandatangani surat pernyataan bermaterai. Kalau menjual sepatu palsu, mereka bisa dituntut,” beber Yherry. Untuk mengenali
sneakers yang asli, Yherry punya tip. Buat sepatu yang terbilang masih baru, paling gampang dengan mencium bau lem dan bahannya.
Sneakers original, baunya tidak tajam. Kemudian, dengan melihat boksnya. Kotak kemasan
sneakers asli warnanya lebih gelap.
Amati juga jahitan di bagian bawah sepatu. Jahitan pada
sneakers yang asli, jaraknya pendek-pendek. Lalu, untuk
sneakers yang sudah lama, cara paling mudah dengan melihat label ukuran di bagian dalam sepatu. Yang asli, hurufnya tidak memudar. Peluang investasi menarik juga ada pada
sneakers Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan