GIANYAR. Berlibur ke pulau dewata, jangan lupa mampir ke kawasan Jalan Raya Mas, Ubud, Gianyar. Di sini, pelancong bisa membeli aneka kerajinan dari limbah kaca sebagai buah tangan ataupun dipakai sendiri. Konsumen juga memiliki banyak pilihan pernak-pernik hasil daur ulang limbah kaca. Anda akan menemukan setidaknya sepuluh toko berjajar menjajakan produk daur ulang kaca ini. Beberapa produk yang mereka pajang diantaranya gelas, piring, aneka wadah makanan, vas bunga, lampu dan pajangan. "Produksi kami di sini semua menggunakan kaca daur ulang," ujar Gede Sudarso, pemilik usaha Focus Design. Gede yang termasuk perintis usaha kerajinan kaca di kawasan Ubud memulai usahanya dengan cara mengumpulkan kaca-kaca yang tidak terpakai dari pengepul kaca bekas. Kaca bekas ini lantas dilebur lagi dan didaur ulang menjadi berbagai produk cantik sekaligus berguna. "Sentra ini dimulai tujuh tahun lalu, kami dulu yang pertama-tama," terang Gede.Sebelum terjun ke bisnis kerajinan limbah kaca, Gede dan sang kakak bekerja di perusahaan orang Jepang yang juga memproduksi kerajinan kaca. Dari situ, ia dan kakaknya itu mengembangkan usaha sendiri.Perajin limbah kaca lainnya, Ketut Sudyana mengaku terjun ke bisnis sejak tahun 2006. Kini, ia memiliki dua buah toko, yakni Duta Bali Glass dan Nyoman's Glass. Bentuknya yang cantik, membuat kerajinan limbah kaca banyak diminati, baik oleh perorangan, maupun usaha spa, hingga hotel. Pembeli tak hanya datang dari lokal tetapi juga luar negeri. Di pasar lokal, Ketut mengirim hasil kerajinan limbah kacanya ke sejumlah kota, antara lain ke Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan , Semarang, Banjarmasin, hingga Balikpapan.Sementara untuk pasar di luar negeri, ia kerap mengirim produk ke Australia, Amerika, Prancis, Rusia, Jepang, dan Mesir. Saban bulan, Ketut mengirim satu hingga dua kali untuk pasar ekspor. Sekali pengiriman, sekitar satu kontainer 20 feet hingga 40 feet.Ketut memproduksi 60 hingga 80 buah produk per hari atau sekitar 1.800 sampai 2.400 buah per bulan. Menurut Ketut, peminat hasil kerajinan limbah kaca ini banyak berasal dari luar negeri. Makanya, sekitar 70% hasil produksinya untuk ekspor. "Lokal sebanyak 20% dan sisanya 10% lainnya untuk industri perhotelan," jelas Ketut. Seirama dengan Ketut, Gede juga banyak mengirimkan produknya ke beberapa negara seperti Australia dan Belanda. Focus Design memproduksi sekitar 1.000 buah per bulan. Ketut menjual gelas limbah kaca mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 80.000 per buah. Kemudian, aneka wadah makanan, harga paling murah dipatok sebesar Rp 15.000. Sedangkan yang paling mahal dibanderol Rp 300.000. Sementara vas dijual dari harga Rp 70.000 sampai Rp 1 juta. Lalu, dekorasi dan pajangan mulai dari Rp 350.000 hingga Rp 3 juta. (Bersambung) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mendulang dollar dari limbah kaca (1)
GIANYAR. Berlibur ke pulau dewata, jangan lupa mampir ke kawasan Jalan Raya Mas, Ubud, Gianyar. Di sini, pelancong bisa membeli aneka kerajinan dari limbah kaca sebagai buah tangan ataupun dipakai sendiri. Konsumen juga memiliki banyak pilihan pernak-pernik hasil daur ulang limbah kaca. Anda akan menemukan setidaknya sepuluh toko berjajar menjajakan produk daur ulang kaca ini. Beberapa produk yang mereka pajang diantaranya gelas, piring, aneka wadah makanan, vas bunga, lampu dan pajangan. "Produksi kami di sini semua menggunakan kaca daur ulang," ujar Gede Sudarso, pemilik usaha Focus Design. Gede yang termasuk perintis usaha kerajinan kaca di kawasan Ubud memulai usahanya dengan cara mengumpulkan kaca-kaca yang tidak terpakai dari pengepul kaca bekas. Kaca bekas ini lantas dilebur lagi dan didaur ulang menjadi berbagai produk cantik sekaligus berguna. "Sentra ini dimulai tujuh tahun lalu, kami dulu yang pertama-tama," terang Gede.Sebelum terjun ke bisnis kerajinan limbah kaca, Gede dan sang kakak bekerja di perusahaan orang Jepang yang juga memproduksi kerajinan kaca. Dari situ, ia dan kakaknya itu mengembangkan usaha sendiri.Perajin limbah kaca lainnya, Ketut Sudyana mengaku terjun ke bisnis sejak tahun 2006. Kini, ia memiliki dua buah toko, yakni Duta Bali Glass dan Nyoman's Glass. Bentuknya yang cantik, membuat kerajinan limbah kaca banyak diminati, baik oleh perorangan, maupun usaha spa, hingga hotel. Pembeli tak hanya datang dari lokal tetapi juga luar negeri. Di pasar lokal, Ketut mengirim hasil kerajinan limbah kacanya ke sejumlah kota, antara lain ke Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan , Semarang, Banjarmasin, hingga Balikpapan.Sementara untuk pasar di luar negeri, ia kerap mengirim produk ke Australia, Amerika, Prancis, Rusia, Jepang, dan Mesir. Saban bulan, Ketut mengirim satu hingga dua kali untuk pasar ekspor. Sekali pengiriman, sekitar satu kontainer 20 feet hingga 40 feet.Ketut memproduksi 60 hingga 80 buah produk per hari atau sekitar 1.800 sampai 2.400 buah per bulan. Menurut Ketut, peminat hasil kerajinan limbah kaca ini banyak berasal dari luar negeri. Makanya, sekitar 70% hasil produksinya untuk ekspor. "Lokal sebanyak 20% dan sisanya 10% lainnya untuk industri perhotelan," jelas Ketut. Seirama dengan Ketut, Gede juga banyak mengirimkan produknya ke beberapa negara seperti Australia dan Belanda. Focus Design memproduksi sekitar 1.000 buah per bulan. Ketut menjual gelas limbah kaca mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 80.000 per buah. Kemudian, aneka wadah makanan, harga paling murah dipatok sebesar Rp 15.000. Sedangkan yang paling mahal dibanderol Rp 300.000. Sementara vas dijual dari harga Rp 70.000 sampai Rp 1 juta. Lalu, dekorasi dan pajangan mulai dari Rp 350.000 hingga Rp 3 juta. (Bersambung) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News