Sisa guyuran hujan lebat membuat tanah menuju lokasi penambangan intan di Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan cukup berlumpur. Wilayah ini sudah begitu tersohor sebagai salah satu pusat pendulangan batu mulia. Konon, aktivitas eksploitasi intan di daerah ini sudah ada sejak zaman kolonial. Banyak cerita penemuan intan yang membuat gempar warga Kampung Cempaka. Salah satunya pada tahun 1965 ketika ditemukan sebuah intan seberat 166,75 karat tepatnya di Sungai Tiung. Intan ini kemudian diberi nama Trisakti oleh presiden pertama RI, Soekarno. Namun kini, ukuran batu mulia yang masih bisa ditemukan umumnya hanya berukuran kecil. Seiring berjalannya waktu, kawasan pendulangan intan Cempaka ini lantas dicanangkan sebagai daerah tujuan wisata sejak tahun 1990-an. Oleh sebab itu, hampir setiap hari ada pengunjung yang datang, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Mendulang intan di Kampung Cempaka (1)
Sisa guyuran hujan lebat membuat tanah menuju lokasi penambangan intan di Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan cukup berlumpur. Wilayah ini sudah begitu tersohor sebagai salah satu pusat pendulangan batu mulia. Konon, aktivitas eksploitasi intan di daerah ini sudah ada sejak zaman kolonial. Banyak cerita penemuan intan yang membuat gempar warga Kampung Cempaka. Salah satunya pada tahun 1965 ketika ditemukan sebuah intan seberat 166,75 karat tepatnya di Sungai Tiung. Intan ini kemudian diberi nama Trisakti oleh presiden pertama RI, Soekarno. Namun kini, ukuran batu mulia yang masih bisa ditemukan umumnya hanya berukuran kecil. Seiring berjalannya waktu, kawasan pendulangan intan Cempaka ini lantas dicanangkan sebagai daerah tujuan wisata sejak tahun 1990-an. Oleh sebab itu, hampir setiap hari ada pengunjung yang datang, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.