Mendulang laba dari ekspansi Kalbe Farma



JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) semakin ekspansif. Di semester pertama tahun ini, KLBF telah mengambilalih satu perusahaan dan mendirikan satu perusahaan baru.

Perusahaan patungan yang baru saja dibentuk adalah PT Kalbe Milko Indonesia, yang bergerak di bisnis makanan dan minuman kesehatan. Di perusahaan ini, KLBF menguasai 51% saham dan sisanya milik PT Milko Beverage Industry.

Pada Mei lalu, KLBF mengakuisisi 100% saham PT Hale International senilai Rp 100 miliar. Hale adalah perusahaan minuman kesehatan yang mengusung merek seperti Original Love Juice dan Pomerama. Hale sudah memiliki pabrik berkapasitas produksi 30 juta liter per tahun. KLBF optimistis akuisisi ini mempercepat pertumbuhan bisnis minuman kesehatannya.


Tak berhenti sampai di situ, Kalbe Farma kini menjajaki lagi akuisisi dua perusahaan yang bergerak di bisnis minuman kesehatan konsumen dan nutrisi. KLBF membidik pertumbuhan laba setinggi 15%-17% di tahun ini.

Adolf Sutrisno, analis Andalan Artha Advisindo Sekuritas, mengatakan langkah akuisisi dan ekspansi ini semakin mengokohkan bisnis Kalbe. “Market share akan bertambah, khususnya di minuman dan makanan kesehatan,” ungkap dia. Tapi Adolf belum bisa memvaluasi KLBF terkait akuisisi tersebut.Dalam mendukung ekspansinya, KLBF juga tak kesulitan pendanaan. Nilai kas perseroan di kuartal pertama tahun mencapai Rp 2,2 triliun.

Analis Sinarmas Sekuritas, Jansen Kustianto, dalam risetnya menyebutkan, pangsa pasar KLBF saat ini sudah besar dengan produk konsumen yang cukup kuat. Didukung aksi akuisisi, dia melihat kinerja KLBF masih akan tumbuh dalam jangka panjang. Jansen mengestimasi penjualan KLBF di tahun ini naik 18,5% year-on-year (yoy) menjadi Rp 12,9 triliun. Adapun laba bersihnya diprediksi naik 15% yoy menjadi Rp 1,7 triliun.

Meski kinerjanya diproyeksikan menanjak, KLBF tetap harus mencermati pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung melemah terhadap dollar AS. Maklumlah, industri farmasi saat ini menggunakan bahan baku impor sebesar 85% hingga 90%. Namun Jansen cukup yakin fluktuasi nilai tukar tidak akan terlalu berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

KLBF juga harus mewaspadai kenaikan biaya bahan baku. Sebab, di saat yang sama, pemerintah membatasi kenaikan harga jual obat generik. “Sost material naik, harga obat mereka tidak dinaikkan, ini bisa menekan margin dari divisi obat Kalbe,” ungkap Jansen.

Peta persaingan di bisnis obat generik saat ini memang cukup sengit. Di kelas obat generik, Adolf berpendapat posisi PT Indofarma Tbk cukup kuat dengan segmentasi pasar masyarakat menengah ke bawah.

Adolf merekomendasikan buy KLBF dengan target Rp 4.600 per saham, yang mencerminkan price to earning ratio (PER) 20,1 kali. Jansen juga memasang buy dengan target Rp 4.050 per saham.

Sedangkan Akhmad Nurcahyadi, analis BNI Securities, merekomendasikan hold KLBF dengan target Rp 3.650 per saham. Harga KLBF, Kamis (5/7), tak beranjak dari posisi Rp 3.800 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro