Mendulang laba dari limbah kulit kayu kelapa



Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah terkenal sebagai salah satu daerah penghasil kayu kelapa terbesar di Indonesia. Kayu kelapa ini banyak dimanfaatkan sebagai material bahan bangunan, mebel dan alat-alat rumah tangga lainnya.

Umumnya, kayu kelapa  hanya dimanfaatkan bagian batang tengahnya saja. Untuk menghasilkan kayu, kulit luar batang kelapa dibuang dan tidak dimanfaatkan.

Di Purwerejo, sebenarnya kulit batang kelapa itu banyak dijadikan bahan bakar pembuatan batu bata. Bahkan, banyak juga yang tidak terpakai dan dibuang begitu saja. Nah, melihat banyaknya limbah kulit kayu kelapa ini, Ari Yudiyanta terdorong untuk mengolahnya menjadi barang bernilai tinggi.


Ia memulai usaha pemanfaatan limbah kulit kayu kelapa pada akhir tahun 2011. Di bawah bendera Glugu Wood Art, awalnya kulit kayu kelapa diolahnya menjadi satu set kursi.

Kursi bikinannya itu lalu dipasarkan  lewat sejumlah pameran. Dari situ ia lalu menerima order pembuatan kursi. "Dengan modal Rp 500.000, kursi bikinan saya laku Rp 5,5 juta," ujar Ari.

Pria kelahiran 1982 ini pun terdorong untuk terus memanfaatkan dan mengolah limbah kulit kayu kelapa. Nah, sekarang produknya terus berkembang setelah Ari memproduksi furnitur dan kerajinan lainnya.

Totalnya, Ari memproduksi 400 item produk furnitur dan kerajinan, seperti kursi, meja, dipan, lemari, figurasi, kitchen set, cermin, parket lantai, asbak, lampu hias dan sebagainya. Aneka furnitur dan kerajinan itu dibanderol mulai harga Rp 15.000 hingga jutaan rupiah per unit.

Menurut Ari, kendala utama usaha ini ada pada pengeringan kulit kayu kelapa. Karena faktor cuaca, ia kerap mengalami kesulitan. Namun, hal ini sudah bukan masalah lagi sejak ia membangun ruangan pemanas yang dilengkapi dengan beberapa tungku api.

Serat-serat kayu kelapa yang tidak terpakai dijadikan sebagai bahan bakar tungku dan menghasilkan panas yang cukup tinggi. Lalu potongan-potongan kulit kelapa dimasukkan ke ruangan tersebut untuk pengeringan.

Setelah kering, kulit kayu kelapa diamplas  lalu dibentuk menjadi produk yang diinginkan. Dibantu oleh tujuh karyawan, Ari mampu mengantongi omzet Rp 30 juta - Rp 150 juta per bulan. Mayoritas konsumennya di Jakarta. "Tapi saya pernah dapat pesanan parket lantai dari Amerika dan Belgia," ujar Ari.                      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri