Mendung menyelimuti data ekonomi Jepang



TOKYO. Jepang mencatat defisit neraca transaksi berjalan terbesar sejak tahun 1985. Berdasarkan data Kementrian Keuangan setempat, current account deficit (CAD) per Januari melebar ke rekor ¥ 1,5 triliun atau sekitar US$ 15 miliar. Salah satu penyebabnya adalah makin besarnya selisih perdagangan. Ekspor Januari Jepang mengalami kenaikan 16,7% dibanding bulan yang sama tahun lalu. Namun, tidak bisa mengimbangi pesatnya pertumbuhan ekspor yang tumbuh sampai 30,3% year on year.

Negara dengan perekonomian terbesar ketiga dunia ini mencatat defisit neraca perdagangan tumbuh 71% di bulan Januari dan menyentuh rekor ¥ 2,79 triliun. 

Tak hanya itu, pemerintah Jepang merevisi proyeksi ekonominya. Pemerintah mengumumkan pertumbuhan ekonomi di Oktober-Desember diperkirakan tumbuh 0,2% dibanding kuartal sebelumnya, lebih rendah dibanding perkiraan sebelumnya yaitu 0,3%.Pertumbuhan domestik bruto setahun di kuartal IV alhasil direvisi menjadi 0,7% dari sebelumnya 1%. Penyebabnya, anggaran belanja domestik yang tak sesumringah perkiraan sebelumnya. Anggaran belaja modal diperkirakan hanya tumbuh 0,8% dibanding perkiraan sebelumnya 1,3%. Sedangkan belanja ritel hanya naik 0,4%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 0,5%. Kabar ini mengecewakan analis yang memperkirakan aktivitas belanja masyarakat akan tinggi sebelum pemerintah menaikkan pajak April nanti. Perdana Menteri Shinzo Abe akan menaikkan pajak menjadi 8% dari 5% untuk mengurangi beban utang. Bank sentral Jepang, atau BOJ diperkirakan tidak akan banyak mengubah kebijakan untuk mengejar target inflasi 2%.


Editor: Sanny Cicilia