Menebak arah IHSG pasca FOMC meeting



JAKARTA. Gubernur The Fed, Janet Yellen telah memberikan sejumlah pernyataan usai rapat Federal Open Market Committee (FOMC) Kamis dini hari. Dalam pernyataannya, Yellen memastikan kenaikan suku bunga The Fed tahun ini. Meski demikian, seberapa besar atau seberapa cepat kenaikan tersebut masih belum jelas.

Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang mengatakan, ada beberapa pernyataan The Fed yang dapat digarisbawahi. Pertama, ekonomi Amerika telah berada dalam jalur dengan perkiraan tumbuh 2% hingga akhir tahun ini. Kedua, The Fed perlu bukti lebih kuat untuk menaikkan tingkat suku bunga.

Ketiga, Yellen menginginkan angkatan kerja di Amerika Serikat (AS) meningkat, mengingat jumlah tenaga kerja saat ini masih rendah. "Persoalan saat ini pekerja part time di AS masih tinggi, sehingga Yellen menginginkan pertumbuhan ekonomi ditranslasikan ke tersedianya lapangan kerja dan kenaikan gaji yang signifikan," ujar Edwin, Kamis (18/6).


Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, ada dua kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed tahun ini terjadi satu atau dua kali. Jika kenaikan sebesar 0,75%, maka bisa dilakukan dua kali. Sedangkan untuk kenaikan 0,5% akan dilakukan satu kali.

Hans justru menilai dampak kenaikan tersebut tidak terlalu besar bagi pasar saham di dalam negeri. "Investor sudah melakukan antisipasi, terlihat dari dana asing yang sebagian besar keluar," ujarnya. Hans justru melihat sentimen IHSG yang perlu lebih dicermati adalah utang Yunani. Pasalnya hingga saat ini Yunani belum juga sepakat dengan Bank Central Eropa dan IMF terkait pembayaran utang.

Menurut Edwin, pernyataan Yellen semakin memperkuat kemungkinan naiknya suku bunga The Fed. Oleh karena itu, perlu adanya persiapan dari para pembuatan kebijakan di dalam negeri untuk mengantisipasi dampak psikologis kenaikan suku bunga The Fed. Selain kepastian waktu dan besarnya kenaikan suku bunga The Fed, yang terpenting adalah ketersediaan mata uang dollar AS di pasar. Pasalnya, jika likuiditas dollar mengering, maka rupiah akan terancam.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah harus segera mendorong pembangunan infrastruktur sehingga pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik. Edwin memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II akan berada di bawah kuartal pertama sebesar 4,7%. Di kuartal III nanti, Edwin pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi belum dapat tumbuh tinggi. "Orang kemungkinan mulai kembali aktif bekerja di bulan Agustus karena ada Idul Fitri," imbuhnya.

Hans optimistis pemerintah sudah mulai menggenjot pembangunan infrastruktur. Hal ini terlihat dari beberapa proyek yang sudah dimulai di kuartal kedua tahun ini. Di kuartal II-2015, Hans memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 4,8% - 4,9%, lalu meningkat ke angka 5,2% di kuartal III dan 5,4% di kuartal IV. Dengan demikian, rata-rata pertumbuhan ekonomi di akhir tahun ini sekitar 5%. Oleh karena itu, Hans optimistis IHSG hingga akhir tahun nanti bisa mencapai level 5.556.

Edwin memperkirakan IHSG hingga akhir kuartal II ini hanya akan menguat maksimal di level 5.100. Sedangkan sampai akhir tahun IHSG diperkirakan naik ke level 5.290.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto