ES DAWET memang khas Banjarnegara, Jawa Tengah. Tapi, bukan berarti minuman segar dengan campuran cendol, santan, dan gula itu, tak bisa berkembang di daerah lain. Nun jauh di Sumatera Utara, Hafiz Khairul Rigal, penduduk asli Medan ini menjadikan minuman ini sebagai bisnisnya. Orang Medan itu bahkan agresif menawarkan kemitraan es dawet di wilayahnya. Hafiz memilih nama usaha Es Dawet Cah mBanjar untuk usaha dawet yang ia tekuni sejak 2007. Ia mengaku ia memang harus menyontek resep kawannya, orang Banjarnegara. Namun ia memodifikasi resep tersebut dengan campuran nangka, cincau, ketan hitam atau tape, walaupun tetap menggunakan bahan gula merah asli dari Banjar. Sedangkan tepung beras, daun suji (pandan) serta santannya bisa dia dapat di Medan. Sukses dengan 25 gerobak di Medan, Hafiz mulai menawarkan kemitraan. Cara dagang yang ia gulirkan sejak september 2008 menghasilkan 74 mitra baru di wilayah Medan dan Banda Aceh. Tertarik menjadi mitra? Hafiz mensyaratkan calon mitra menyiapkan biaya Rp 6 juta. Mitra mendapat satu gerobak komplit dengan semua perlengkapan penjualan, seragam, dan training penyajian es dawet. Hitungan Hafiz, dalam sehari mitra bisa meraup omzet Rp 300.000, dengan perkiraan penjualan 100 gelas sehari. Harga segelas berkisar Rp 3.000 hingga Rp 7.000 segelas, tergantung jenisnya. Dengan omzet itu, dipotong bahan baku, gaji tenaga penjual, dan royalty fee 2% dari omzet, maka keuntungan bersih mitra minimal Rp 2.250.000 perbulan. Kalau pendapatan segitu kurang nendang, Anda bisa memilih menjadi agen besar. "Keagenan ini lebih tepat untuk luar Medan," sebutnya. Calon agen harus menyiapkan investasi awal Rp 35 juta. Dengan jumlah itu, agen akan mendapat tiga gerobak di awal beserta peralatan memasak dawet. Selanjutnya, agen bisa merekrut mitra maksimal hingga 20 gerobak. Agen berhak memakai nama Cah mBanjar selama 3 tahun. Setiap bulan, mitra harus menyetor royalty fee 1,5%dari omzet per gerobak ke manajemen pusat. Selain dari penjualan sendiri, agen besar ini bisa meraup 10% dari penjualan bahan es dawet kepada para mitra di bawahnya. Selain itu, agen mendapat bagian 0,5% dari royalty fee mitra, dan komisi Rp 1 juta untuk setiap mitra yang berhasil direkrut. Alween, salah satu mitra Cah mBanjar di Medan, mengaku bisa menjual sekitar 100 gelas es dawet dalam sehari. "Pasarnya memang bagus tapi harus pandai memilih tempat yang ramai dan punya potensi pembelinya," sebut Alween yang juga seorang mahasiswi Universitas Sumatera Utara yang membuka gerai di dekat perpustakaan kampusnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Meneguk Laba dari Bisnis Es Dawet
ES DAWET memang khas Banjarnegara, Jawa Tengah. Tapi, bukan berarti minuman segar dengan campuran cendol, santan, dan gula itu, tak bisa berkembang di daerah lain. Nun jauh di Sumatera Utara, Hafiz Khairul Rigal, penduduk asli Medan ini menjadikan minuman ini sebagai bisnisnya. Orang Medan itu bahkan agresif menawarkan kemitraan es dawet di wilayahnya. Hafiz memilih nama usaha Es Dawet Cah mBanjar untuk usaha dawet yang ia tekuni sejak 2007. Ia mengaku ia memang harus menyontek resep kawannya, orang Banjarnegara. Namun ia memodifikasi resep tersebut dengan campuran nangka, cincau, ketan hitam atau tape, walaupun tetap menggunakan bahan gula merah asli dari Banjar. Sedangkan tepung beras, daun suji (pandan) serta santannya bisa dia dapat di Medan. Sukses dengan 25 gerobak di Medan, Hafiz mulai menawarkan kemitraan. Cara dagang yang ia gulirkan sejak september 2008 menghasilkan 74 mitra baru di wilayah Medan dan Banda Aceh. Tertarik menjadi mitra? Hafiz mensyaratkan calon mitra menyiapkan biaya Rp 6 juta. Mitra mendapat satu gerobak komplit dengan semua perlengkapan penjualan, seragam, dan training penyajian es dawet. Hitungan Hafiz, dalam sehari mitra bisa meraup omzet Rp 300.000, dengan perkiraan penjualan 100 gelas sehari. Harga segelas berkisar Rp 3.000 hingga Rp 7.000 segelas, tergantung jenisnya. Dengan omzet itu, dipotong bahan baku, gaji tenaga penjual, dan royalty fee 2% dari omzet, maka keuntungan bersih mitra minimal Rp 2.250.000 perbulan. Kalau pendapatan segitu kurang nendang, Anda bisa memilih menjadi agen besar. "Keagenan ini lebih tepat untuk luar Medan," sebutnya. Calon agen harus menyiapkan investasi awal Rp 35 juta. Dengan jumlah itu, agen akan mendapat tiga gerobak di awal beserta peralatan memasak dawet. Selanjutnya, agen bisa merekrut mitra maksimal hingga 20 gerobak. Agen berhak memakai nama Cah mBanjar selama 3 tahun. Setiap bulan, mitra harus menyetor royalty fee 1,5%dari omzet per gerobak ke manajemen pusat. Selain dari penjualan sendiri, agen besar ini bisa meraup 10% dari penjualan bahan es dawet kepada para mitra di bawahnya. Selain itu, agen mendapat bagian 0,5% dari royalty fee mitra, dan komisi Rp 1 juta untuk setiap mitra yang berhasil direkrut. Alween, salah satu mitra Cah mBanjar di Medan, mengaku bisa menjual sekitar 100 gelas es dawet dalam sehari. "Pasarnya memang bagus tapi harus pandai memilih tempat yang ramai dan punya potensi pembelinya," sebut Alween yang juga seorang mahasiswi Universitas Sumatera Utara yang membuka gerai di dekat perpustakaan kampusnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News