Menelisik Korelasi Antara Pemilu 2024 dan Dinamika Harga Bitcoin



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah Indonesia melaksanakan pemilihan umum (Pemilu) 2024, terdapat pertanyaan besar yang muncul di kalangan investor dalam negeri: Apakah Bitcoin (BTC) akan menjadi aset yang lebih menarik pasca-pemilu, dan apakah peminatnya akan bertambah?

Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur menjelaskan, pasar kripto memang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor politik regulasi, dari tingkat global hingga domestik, dan tidak lupa sentimen kuat makroekonomi. Meskipun Indonesia memiliki lebih dari 18 juta investor kripto, momen kontestasi Pemilu 2024 tidak menjadi pusat perhatian dalam dinamika pasar kripto global.

Namun, Fyqieh mengamati pasar saham domestik yang seringkali bergerak paralel dengan pasar kripto, lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pasca hitung cepat Pmilu 2024 menunjukkan sentimen positif yang bisa saja berimbas pada pasar kripto. Tren positif di pasar saham sering kali menjadi cerminan bagi pasar kripto, mengindikasikan potensi momentum positif bagi investor kripto domestik.


Menurutnya, setelah pelaksanaan Pemilu, fokus para pelaku pasar domestik beralih ke isu regulasi pasca-pemilu yang merupakan faktor krusial dalam mempengaruhi minat investor. Para pelaku pasar umumnya mengambil sikap yang hati-hati, menantikan kepastian terkait regulasi sebelum menetapkan keputusan investasi mereka.

Baca Juga: Indonesia Diharapkan Belajar dari Thailand Terkait Regulasi Kripto

"Adanya regulasi yang mendukung sektor kripto, seperti insentif pajak dan penetapan daftar kripto yang diakui secara legal, dapat menjadi katalisator bagi perkembangan transaksi kripto di dalam negeri," terangnya dalam keterangan resmi, Jumat (16/2).

Di sisi lain, perkembangan harga Bitcoin (BTC) hingga saat ini telah meningkatkan kepercayaan investor, menandakan dimulainya siklus bullish baru. Masuknya modal besar ke dalam BTC, terutama melalui ETF BTC spot di Amerika Serikat (AS), menegaskan minat institusional yang meningkat yang merupakan pendorong mendasar dari dinamika harga saat ini.

"Peningkatan pembelian oleh investor institusi telah mendorong harga BTC melewati US$ 52.000 untuk pertama kalinya sejak tahun 2021, menandai kenaikan bulanan sebesar 20%," paparnya.

Menariknya, data historis menunjukkan bahwa harga BTC cenderung mengalami kenaikan di sekitar Hari Valentine yang diperingati setiap tanggal 14 Februari, dengan kenaikan yang konsisten dalam empat tahun terakhir.

Data menunjukkan bahwa harga BTC telah menghasilkan kenaikan masing-masing 1,3%, 3,03%, 1,13%, dan 1,9% dalam empat Hari Valentine terakhir, sejak tahun 2020.

Harga BTC menguat 3,66% hingga mencapai puncaknya pada $52.040 dalam jangka waktu harian pada 14 Februari, memperpanjang rekor kemenangan beruntun di Hari Valentine menjadi lima tahun berturut-turut.

Selain itu, momen halving yang semakin dekat untuk meningkatkan euforia pembelian BTC, sehingga meningkatkan harga secara signifikan.

Baca Juga: Harga Bitcoin Kembali Tembus ke Level US$ 50.000, Simak Sentimennya

"Secara historis, Bitcoin telah mengalami reli besar ke level tertinggi baru dalam beberapa bulan berikutnya," jelas Fyqieh.

Halving yang akan datang akan semakin mengurangi pasokan. Jika halving berikutnya mengikuti pola yang sama, maka diharapkan pertumbuhan harga BTC yang berkelanjutan selama beberapa bulan ke depan.

Fyqieh optimis dengan keyakinannya bahwa BTC memiliki potensi untuk mencapai kisaran harga antara US$ 54.000 hingga US$ 58.000 sebelum halving.

"Jika ada momentum yang baik dari sisi makroekonomi, harga Bitcoin bisa membawanya lebih tinggi lagi," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi
TAG: