Menelisik prospek SUN usai rapat FOMC



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi domestik bergerak stagnan cenderung melemah di tengah pelaku pasar menunggu hasil keputusan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) di akhir bulan ini.

Sejak yield Surat Utang Negara (SUN) tenor acuan 10 tahun sentuh level terendah di 7,01% pada Selasa (16/7), yield SUN bergerak naik ke 7,17% per Jumat (26/7). Naiknya yield menunjukkan harga SUN mengalami penurunan.

Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, pasar obligasi bergerak cenderung melemah karena pelaku pasar sedang menanti hasil keputusan FOMC mengenai arah kebijakan moneter The Fed.


Baca Juga: Kresna Sekuritas proyeksi The Fed pangkas suku bunga, ini nasib saham properti

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto menambahkan sepekan lalu pasar SUN tertekan dengan yield yang beranjak naik karena volume transaksi juga menurun.

"Sepekan lalu asing tidak banyak masuk dan cenderung masih wait and see menunggu hasil FOMC sehingga volume transaksi turun dan yield jadi naik," kata Ramdhan, Jumat (28/7). 

Sikap wait and see ini masih akan berlanjut sampai FOMC mengeluarkan keputusannya di akhir bulan ini.

Ramdhan memproyeksikan jika hasil FOMC menetapkan The Fed untuk menurunkan suku bunga acuannya, maka yield SUN bisa kembali turun dan harga SUN naik.

Baca Juga: Hasil data ekonomi AS akan menyokong pergerakan rupiah pada Senin besok

Namun, meski penguatan harga SUN terbuka lebar, pelaku pasar harus tetap berhati-hati pada faktor eksternal lain yang kini mayoritas menggerakkan pasar SUN dibanding dengan faktor dalam negeri.

"Ketidakstabilan pasar global, masalah geopolitik masih membuat pasar obligasi bergerak volatile," kata Ramdhan.

Terlepas dari hasil keputusan FOMC, Ramdhan menilai pasar obligasi domestik masih dianggap menarik oleh investor asing karena menawarkan imbal hasil yang kompetitif.

Baca Juga: Penantian investor terhadap FOMC akan pengaruhi arah rupiah

Editor: Yudho Winarto