Bisnis jasa pembuatan
food truck semakin menjamur di Indonesia seiring maraknya usaha kuliner yang menggunakan kendaraan roda empat. Penyedia jasa pembuatan
food truck bisa meraup omzet hingga ratusan juta rupiah per bulan dengan laba bersih berkisar 20%-30%. Menjalankan sebuah usaha memang bisa dilakukan di mana saja, baik di tempat permanen seperti rumah kios, toko, hingga ruko. Tapi, bisnis juga bisa dijalankan di tempat yang non permanen, semisal mobil toko (moko) atau
food truck yang biasa dipakai untuk usaha kuliner. Nah, dalam dua tahun terakhir, menjalankan bisnis dengan menggunakan food truck semakin popular di Tanah Air. Di beberapa sudut tempat keramaian di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Pekan Baru, dan Bali, mulai bermunculan
food truck yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman.
Para pelaku usaha menggunakan kendaraan besar yang difungsikan bukan hanya untuk etalase, tapi juga tempat memasak dan bertransaksi. Dengan desain yang unik,
food truck kerap menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelanggan usaha. Tapi, tahukah Anda, di balik desain yang unik itu, ternyata ada tangan-tangan terampil yang menyediakan jasa pembuatan
food truck. Salah satu penyedia jasa desain
food truck adalah Leonard Adi Surya. Pria yang akrab disapa Leo ini merintis usaha jasa desain
food truck sejak enam bulan lalu dengan bendera usaha Exinio. Menurut Leo, menjadi penyedia jasa desain
food truck bukan pekerjaan mudah. Sebab, pekerjaan yang dilakukan bukan hanya sekadar merombak interior dan eksterior mobil. Lebih dari itu, perancang food truck harus mampu menciptakan ide-ide kreatif untuk menghasilkan desain yang unik dan memikat masyarakat. Misalnya, penyedia jasa
food truck harus menyesuaikan ukuran mobil dan tempat untuk berjualan. Lalu, memenuhi konsep rancangan
food truck yang diminta pelanggan, dan mengatur interior menjadi sebuah
food truck yang terlihat elegan. Bersama empat orang rekan kerjanya, Leo mengaku sudah banyak melayani pesanan pembuatan
food truck untuk usaha kuliner, seperti kebab dan jasa katering. Dalam sebulan, Leo bisa melayani sampai dua pesanan
food truck. Untuk jasa pembuatan
food truck, Leo membanderol tarifnya bergantung pada konsep desain yang diminta pelanggan. Biayanya berkisar Rp 40 juta-Rp 60 juta. Jika dalam sebulan Leo bisa memenuhi dua pesanan desain
food truck, omzet usahanya berkisar Rp 80 juta hingga Rp 120 juta. Laba bisnis 20%-30% Pelaku usaha lainnya yang juga mengalap berkah dari jasa modifikasi
food truck adalah Andi Luthfi, pemilik bengkel Pvolks di Bandung, Jawa Barat. Andi membuka jasa pengerjaan food truck sejak tahun 2012. "Awal saya menekuni bisnis ini memang berangkat dari hobi saya terhadap mobil klasik seperti Volkswagen (VW)," ujarnya. Andi bilang, sebagian besar mobil klasik yang disulap menjadi
food truck adalah VW klasik. Menurut Andi, VW klasik memiliki keunikan tersendiri ketika dimodifikasi menjadi
food truck. Selain lebih
eye catching, VW klasik juga lebih luas dibandingkan dengan jenis mobil lainnya dan lebih mudah dimodifikasi. "Tampilan VW yang klasik bisa jadi magnet untuk menarik minat orang datang," imbuh Andi. Dengan dibantu tujuh orang karyawan, Andi menerima maksimal empat proyek jasa
food truck dalam setahun dan tiap unit diselesaikan selama dua bulan. Andi memasang tarif jasa desain
food truck berkisar Rp 100 juta-Rp 150 juta per unit. Dari setiap proyek, Andi bisa meraup laba bersih sekitar 20% hingga 30%. Saat ini, Andi tengah mempersiapkan pengerjaan VW klasik berkonsep limo dengan dua mobil dijadikan satu
food truck. Kliennya datang dari Jakarta, Serang, Bandung, dan Makassar. Penyedia jasa
food truck lainnya adalah Saiful Akbar asal Bekasi, Jawa Barat. Saiful mendirikan bisnis ini sejak 2012 dengan bendera usaha Kenzie Karoseri yang berada di bawah naungan CV Kenzie Pratama.
Dalam dua tahun terakhir, Saiful sudah melayani jasa pembuatan
food truck untuk sejumlah merek makanan dan minuman seperti Chatime, Orirakki, Bandar Narakoba Konro Bakar, Yellow Joe, Sari Duren, Ayam Gila, dan Kopi Progo. Saiful menyatakan, modifikasi
food truck yang paling laris adalah gaya lawas atau
vintage. Desainnya mengikuti permintaan pelanggan. Ia tak pernah mengerjakan food truck dengan rancangan sendiri. Dibantu lima orang karyawannya, Saiful bisa mengerjakan sampai dua food truck per bulan dengan tarif berkisar Rp 90 juta-Rp 180 juta per unit. Pelanggannya berasal dari Jakarta, Bekasi, Bandung, dan Surabaya. Dari bisnis ini, Saiful bisa meraup omzet hingga lebih dari Rp 300 juta per bulan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Adi