Menengok produksi tempe di Kemayoran (1)



JAKARTA. Tempe merupakan makanan khas Indonesia. Kudapan yang terbuat dari kedelai ini banyak diolah jadi berbagai menu makanan. Dari camilan, lauk pauk, hingga bahan campuran menu sayur.

Wajar, jika tempe banyak diproduksi di berbagai daerah Indonesia. Salah satunya di Kampung Irian, Kelurahan Serdang, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat.

Di sentra ini, ada puluhan perajin yang memproduksi tempe di rumahnya masing-masing yang berada di gang sempit.

Kusnoto, salah seorang perajin tempe bilang, sentra ini berdiri setelah terjadinya peristiwa kerusuhan tahun 1998. Terbentuknya sentra ini juga tidak lepas dari beberapa sentra produksi tempe yang sudah lebih dulu ada di kawasan Kemayoran, seperti di Utan Panjang.

“Kalau dilihat jadi peluang juga buat warga untuk usaha ini. Cukup membantu perekonomian warga juga,” kata Kusnoto.

Hampir semua perajin tempe di daerah ini bukan warga asli Jakarta. Kebanyakan mereka berasal dari beberapa daerah di Jawa Tengah. Kusnoto bilang, usaha produksi tempe ini cukup menguntungkan. Hampir setiap hari, dia menjual tempe yang telah diolah ke Pasar Serdang atau ke pedagang gorengan di Kampung Irian.

Harga yang dibanderol tergantung ukuran tempe yang dipesan, sekitar Rp 5.000, Rp 6.000 dan Rp 10.000 per papan. Dengan dibantu satu pegawai, dalam sehari Kusnoto bisa memproduksi 300 potong tempe. Dari produksi sebanyak itu, pendapatan yang diperoleh sekitar Rp 300.000 per hari atau sekitar Rp 9 juta per bulan.

Berawal dari sentra produksi tempe, belakangan banyak juga warga sekitar yang membuka usaha gorengan tempe. Salah satunya adalah Wahyu. Ia sudah menekuni usaha ini sejak tahun 2000-an.

Berawal dari kepindahannya di Cirebon ke Jakarta untuk mencari usaha, Wahyu langsung menuju Kampung Irian karena memiliki saudara di daerah ini. Begitu tiba di tempat ini langsung ditawari menjadi pedagang tempe gerobakan. “Karena yang jual tempe juga banyak, dari situ saya mencoba untuk ikutan. Hasil usaha juga cukup untuk perekonomian,” sebutnya.

Dia sendiri tidak memproduksi tempe. Usahanya fokus menjajakan tempe goreng di kawasan dekat JIEXPO Kemayoran. Harga jual gorengannya dibanderol mulai Rp 500 sampai Rp 1.000 per potong.

Selain tempe goreng, dia juga menjual gorengan lain, seperti tahu, bakwan, dan singkong. Namun demikian, tempe tetap menjadi menu gorengan utama.

Lantaran produksi tempe tidak jauh dari rumahnya, Wahyu bisa memasok satu kwintal tempe setiap hari untuk digoreng. Dari usaha menjajakan gorengan ini, dalam sehari Wahyu bisa mengantongi omzet Rp 250.000 sampai Rp 300.000. Omzet tersebut terbilang lumayan.                          

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri