Menengok rencana Adhi Karya di tahun 2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten Konstruksi milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendapatkan cobaan berat di tahun 2017 dengan penurunan drastis harga saham. Namun, di awal tahun 2018 ini, saham-saham konstruksi sedikit-sedikit sudah mencatatkan pemulihan.

PT Adhi Karya (persero) Tbk (ADHI) salah satunya. ADHI mengatakan bahwa kemungkinan di bulan Januari ini, cashflow perusahaan akan kembali positif dengan adanya kemungkinan pembayaran dari proyek-proyek sebesar Rp 4 triliun.

Tahun ini, perusahaan menganggarkan belanja modal sebesar Rp 10 triliun untuk beberapa proyek. "Tak boleh sebut proyek mana yang diincar. Yang jelas ada pengairan, gedung, Kemudian anak perusahaan kita juga yang mengerjakan stasiun-stasiun LRT, ada proyek bendungan dan pelabuhan." kata Harris Gunawan, Direktur Keuangan ADHI, Kamis (11/1).


Beberapa proyek-proyek yang mundur di tahun lalu juga akan diselesaikan di tahun ini seperti proyek-proyek pelabuhan. Proyek terbesar ADHI saat ini yakni Light Rail Transit (LRT) juga sudah mencapai 26% pengerjaan per akhir Desember lalu.

Proyek Transit Oriented Development (TOD) juga terus dikejar oleh emiten pelat merah ini. ADHI berencana untuk melakukan akuisisi lahan dan juga kerjasama untuk proyek-proyek TOD yang ada di sekitar jalur LRT sebesar 100 hektare.

Untuk pendanaan, Harris mengaku bahwa ADHI tengah mempersiapkan berbagai opsi pendanaan. Opsi ini termasuk penerbitan obligasi dan juga pinjaman.

"Yang jelas kita masih punya opsi PUB tahap II, obligasi Rp 2 triliun dari total Rp 5 triliun, kemarin kan sudah Rp 3 triliun." tambah Harris. Namun demikian, terkait dengan kapan eksekusi PUB yang tepat, ADHI masih akan menunggu. Hal ini mengingat tahun 2018 juga merupakan tahun politik.

Untuk belanja modal, ADHI akan memakai kas internal dan juga pinjaman dari luar dalam bentuk rupiah. Harris menambahkan saat ini Debt to Equity Ratio (DER) ADHI masih ada di kisaran 1,2 kali hingga 1,3 kali, jadi masih ada ruang untuk melakukan pinjaman.

"Kami ingin direct financing jadi tidak membuat instrumen pasar modal tapi langsung mencari pendanaan dari luar yang langsung berupa pinjaman dalam bentuk rupiah," kata Harris.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia