Menengok trik dan strategi pariwisata di negara la



Jakarta. Annastasia Puspaningtyas, karyawati di perusahaan event organizer di Jakarta, mengerti betul betapa kreatifnya pengelola pariwisata di luar negeri. Perempuan yang akrab disapa Anna ini dikenal hobi melancong di Indonesia maupun luar negeri. Baru-baru ini Anna pulang melancong dari Eropa. “Saya backpacker ke Eropa selama enam bulan,” tutur perempuan yang hobi melancong ke berbagai negara sejak tiga tahun lalu.Setiap kawasan memang memiliki keunggulan yang digali oleh pengelola wisata. Catatan Anna, di kawasan Asia, ratarata pengelola wisatanya menonjolkan wisata alam. Sedang di Eropa, objek wisata yang laris terjual adalah kekayaan kebudayaan, bangunan kuno serta sejarah. Sedang negeri di Timur Tengah menonjolkan objek kemewahan buatan, seperti gedung tertinggi Burj Khalifa (setinggi 828 meter) di Abu Dhabi, ibukota Uni Emirat Arab.Namun laku atau tidaknya objek wisata itu sangat bergantung pada kreativitas dan kecerdikan pemerintah untuk mengelola dan memasarkannya kepada wisatawan dunia. Menurut hitungan United Nations World Tourism Organization (UNWTO), jumlah turis global sepanjang tahun lalu mencapai 1 miliar orang.Keunggulan umum yang dimiliki oleh para pengelola wisata di Eropa dan Timur Tengah, kata Anna, ialah mereka menyediakan informasi berbagai hal seputar objek pariwisata dan bagaimana menuju ke lokasi. Selain mudah, juga lengkap. “Hal ini tidak saya temui di Indonesia. Di Indonesia, bisa menemukan akomodasi bagus saja sudah lumayan,” tutur Anna.Di samping itu, pengelola pariwisata di luar negeri selalu mencari terobosan dalam strategi pemasaran. Pemerintah Uni Emirat Arab memberikan subsidi harga tiket kepada penumpang Etihad Airways, maskapai penerbangan milik pemerintah Uni Emirate Arab. Akibatnya harga tiket Etihad jauh lebih murah daripada maskapai lain. ”Pengalaman kemarin, tiket pulang dari Eropa ke Indonesia naik Etihad hanya Rp 5 juta, sedangkan tiket Garuda sekitar Rp 9 juta,” tutur Anna.Tak cuma itu, setiap penumpang Etihad akan transit cukup lama di Abu Dhabi. Ternyata itu adalah strategi pemerintah Uni Emirat Arab agar turis mengenal Abu Dhabi sehingga para penumpang Etihad berniat datang lagi ke kota tersebut.Masalah kreativitas juga menjadi perhatian Muhammad Syarifullah, pelancong Indonesia lainnya asal Indonesia yang tinggal di Jakarta. Catatan Syarifullah, pengelola pariwisata Hong Kong dan Thailand sering berpromosi di mal-mal Jakarta seperti Plaza Senayan. “Mereka juga sering mengeluarkan promo harga murah untuk acaraacara tertentu,” tutur Syarief, sapaan akrab Syarifullah kepada KONTAN.Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memang menggelar acara tahunan untuk menarik wisatawan. Sebut saja, Tour de Singkarak V, Sumatera Barat, Borobudur Jazz Festival, atau yang baru-baru ini digelar, yakni Jakarta Marathon pada pekan terakhir Oktober lalu. Namun acara-cara tersebut seperti berdiri sendiri, tanpa dibarengi dengan promosi gencar dari pihak lain.Perbanyak penerbanganSelain itu, menurut pengamatan Kenneth LIM, Direktur Regional ASEAN Singapore Tourism Board, strategi wisata pemerintah Indonesia cenderung disesuaikan dengan karakter wisata Indonesia. Kata Kenneth, pariwisata di Singapura pada dasarnya menawarkan tur dalam kota (city tour). Ini jauh berbeda dengan Indonesia yang memiliki banyak spot pariwisata dan beraneka ragam.Salah satu strategi pemerintah Singapura untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dari luar negeri adalah memperbanyak jumlah penerbangan ke Singapura. Saat ini penerbangan dari berbagai kota di Indonesia melalui Singapura Airlines ada 400 kali penerbangan per minggu. “Kami memposisikan diri sebagai perpanjangan gaya hidup orang Indonesia di Singapura,” ujar Kenneth.Jika ingin berjalan-jalan ke Singapura, saat ini warga Indonesia tak perlu bikin rencana dari jauh-jauh hari seperti dulu. Cukup sebulan sebelumnya, atau sekedar mengisi akhir pekan panjang karena akses penerbangan yang melimpah.Jadi meski produsen fashion branded kelas dunia membuka gerai di Jakarta, Singapura tidak khawatir kehilangan pasar mereka. Negeri Jiran itu optimistis mereka tetap menarik bagi orang Indonesia.Menurut Kenneth, pemerintah Singapura sangat mendukung bisnis pariwisata, di antaranya mendukung promosi pariwisata dengan sistem multi platform. Maksudnya berpromosi secara terintegrasi, melalui media cetak, digital, kerjasama dengan media, penerbangan, biro perjalanan hingga penerbit kartu kredit.Strategi yang sama diterapkan pemerintah Thailand. Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand mendukung penuh strategi pariwisata yang dilakukan oleh Tourism Authority of Thailand (TAT).TAT dan pemerintah Thailand sekarang memiliki kerjasama Ayeyawady-Chao Phraya-Mekong Economic Cooperation Strategy (ACMECS). ACMECS adalah kebijakan satu visa antara Thailand dan Kamboja terhadap 35 negara. Belakangan, Laos dan Myanmar juga masuk dalam grup ACMECS.Di antara sekian banyak tawaran wisata di Thailand, yang cukup menarik adalah pertunjukan kabaret alias cabaret show. Alih-alih mendiskriminasi para waria, Thailand justru dengan cerdik memanfaatkan para ladyboy.Di atas adalah contoh dari negara lain buat pengelola pariwisata Indonesia. Contoh ini menunggu dijalankan agar wisata menjadi sumber devisa. ***Sumber : KONTAN MINGGUAN 7 - XVIII, 2013 Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Imanuel Alexander