Menerawang arah dan gerak rupiah pekan ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat melemah di awal pekan lalu, rupiah berhasil menguat di akhir pekan. Jumat (7/9) lalu, Data kurs tengah versi Bank Indonesia (BI) menunjukkan rupiah naik tipis 0,05% menjadi Rp 14.884 per dollar AS. Namun, dihitung dalam sepekan, rupiah sudah terdepresiasi hingga sedalam 1,18%.

Di pasar spot rupiah berhasil menguat 0,49% ke Rp 14.820 per dollar Amerika Serikat (AS). Namun, lagi-lagi, jika dihitung dalam sepekan, pergerakan mata uang Garuda masih melemah 0,75%.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal melihat rupiah tertekan hebat awal pekan lalu akibat kekhawatiran pasar terhadap kelanjutan perang dagang antara AS dengan China.


Apalagi di pekan ini Negeri Paman Sam berniat menerapkan tarif baru terhadap produk impor asal Tiongkok yang bernilai total sekitar US$ 200 miliar. Alhasil, mayoritas mata uang negara emerging market melemah.

Sentimen negatif juga datang dari potensi kenaikan suku bunga The Federal Reserve yang kesekian kalinya pada akhir September. Peluang Fed menaikkan bunga kian terbuka seiring membaiknya sejumlah data ekonomi AS. Sentimen ini pun kembali menekan rupiah.

Untunglah, pelemahan rupiah untuk sementara bisa ditahan. Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana menilai, pelaku pasar merespon positif intervensi Bank Indonesia (BI) serta kebijakan fiskal yang diambil pemerintah.

Untuk menjaga rupiah, BI mengintervensi pasar valas dan pasar obligasi hingga senilai Rp 7,1 triliun. "Intervensi BI sudah cukup. Terlalu riskan kalau BI terus mengguyur pasar," kata dia, Jumat (7/9).

Meski demikian, penguatan rupiah saat ini, menurut Fikri, belum signifikan.

Ia memprediksikan pekan depan rupiah berada di kisaran Rp 14.750–Rp15.050 per dollar AS. Sedangkan Faisyal memproyeksikan, mata uang Garuda bergerak dalam rentang Rp 14.730–15.000 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana