Menerka Nasib Twitter Setelah Kedatangan Elon Musk



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Miliarder Elon Musk terus memperluas lini bisnis dengan mengambil 9,2% saham di Twitter Inc senilai US$ 2,89 miliar. Dengan demikian, ia tercatat sebagai pemegang saham terbesar platform tersebut, mengutip Bloomberg pada Selasa (5/4). 

Saham Twitter melonjak sebanyak 27% setelah pembelian Musk terungkap pada hari Senin dalam pengajuan peraturan. Keuntungan tersebut menandai kenaikan intraday saham terbesar sejak hari pertama perdagangan setelah penawaran umum perdana di 2013 lalu.

Elon Musk merupakan bos sekaligus pendiri berbagai perusahaan teknologi. Karir pertamanya mendirikan perusahaan Zip2 yang menyediakan membuat peta internet 1995. Empat tahun kemudian, AltaVista, anak usaha perusahaan komputer Compaq, mengakuisisi Zip2 dengan nilai tunai US$ 307 juta dan opsi saham US$ 34 juta. 


Pada tahun 1999 tersebut, Musk mendirikan perusahaan start-up bernama X.com. Perusahaan ini menyediakan layanan keuangan online yang kemudian menjadi perusahaan pembayaran global berbasis kartu kredit, bernama Paypal. 

Baca Juga: Menilik Persaingan Bisnis Cloud di Tengah Perminataan yang Meningkat

Pada 2002 eBay membeli Paypal seharga US$ 1,5 miliar dan Musk memperoleh US$ 165 juta dari transaksi tersebut. Kecintaan Musk pada dunia teknologi tak berhenti sampai situ. Di tahun yang sama, Musk memulai mengembangkan ambisi besarnya dengan mendirikan Space Exploration Technologies.

Perusahaan yang populer dengan nama SpaceX ini menyediakan jasa logistik luar angkasa. Perusahaan ini dibentuk karena Musk merupakan anggota dari Society Mars, sebuah organisasi nirlaba yang mendukung eksplorasi Mars. 

SpaceX telah membuat sejarah karena berhasil menerbangkan dan memulangkan astronot NASA ke stasiun ISS dari tanah Amerika setelah hampir 10 tahun. Biasanya NASA menerbangkan astronotnya menggunakan roket milik badan antariksa Rusia, Roscosmos.

Tak sampai di situ, Musk yang ingin mengurangi efek rumah kaca juga menjalankan bisnis yang mengatasi pemanasan global. Tahun 2004, Musk telah mendirikan Tesla Motors yang merakit kendaraan berbahan bakar listrik dan 2006 mendirikan SolarCity perusahaan keuangan dan produsen panel surya. 

Di luar Tesla dan SpaceX, dia adalah pendiri Boring Company, sebuah perusahaan jasa konstruksi terowongan dan infrastruktur Amerika Serikat. Proyeknya saat ini dan direncanakan adalah rancangan untuk sistem transit intra-kota.

Baca Juga: Rusia Didesak untuk Berhenti Gunakan Ranjau Darat di Ukraina

Musk yang berusia 50 tahun melakukan polling pada lebih dari 80 juta pengikutnya di Twitter bulan lalu, menanyakan apakah perusahaan mematuhi prinsip-prinsip kebebasan berbicara. Setelah lebih dari 70% mengatakan tidak, dia bertanya apakah platform baru diperlukan dan mengatakan dia mempertimbangkan dengan serius untuk memulai platformnya sendiri.

“Mengingat komentar Elon sebelumnya tentang keinginan untuk memulai perusahaan media sosial, saya akan mengatakan bahwa dia mungkin akan meningkatkan kepemilikannya di Twitter atau mengambil alih saham perusahaan dalam waktu dekat,” kata Tom Forte, seorang analis di DA Davidson & Co.

Musk telah menjadi salah satu tokoh terbesar di Twitter dan secara teratur mengalami masalah di platform itu. CEO Tesla Inc tersebut berusaha untuk keluar dari kesepakatan 2018 dengan Komisi Sekuritas dan Bursa AS yang menerapkan kontrol terkait dengan tweetnya tentang pembuat mobil listrik hingga saat ini.

Editor: Tendi Mahadi