Menerka peluang terjadinya sell in may di pasar saham pada bulan depan



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ada sebuah teori yang berlaku di pasar saham, yakni sell in may and go away. Teori ini menjelaskan bahwa investor cenderung melakukan aksi jual di bulan Mei. Hal ini bertujuan menghindari penurunan kinerja pasar modal pada bulan Mei hingga Oktober.

Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso mengatakan, istilah sell in may berawal dari kecenderungan para pengelola dana di ‘Barat’ yang melepas posisi investasi jangka pendek untuk liburan musim panas.

Lantas, apakah teori sell in may juga akan berlaku bagi pasar modal Tanah Air untuk tahun ini? Aria menilai, dalam kondisi saat ini, sudah tidak ada sentimen tekanan jual yang besar dalam jangka pendek.


“Hal ini disebabkan karena sebelumnya pasar sudah mengalami panic selling,” ujar Aria saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (26/4).

Baca Juga: Sepekan dana asing keluar Rp 2,67 triliun, ini saham yang masih diburu asing

Melansir RTI, investor asing telah meninggalkan pasar saham bahkan sejak awal tahun atau secara year-to-date. Sejak awal tahun, jumlah dana asing yang kabur dari pasar ekuitas mencapai Rp 17,57 triliun di semua pasar dan Rp 21,07 triliun di pasar regular.

Aria menilai, kondisi pasar dalam negeri saat ini lebih dipengaruhi oleh kewaspadaan investor atas potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik.

Asal tahu, beberapa lembaga telah memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh melambat seiring sentimen penyebaran virus corona (Covid-19). Lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) misalnya, memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 1,8% tahun ini.

Bahkan, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di kisaran 0,5% untuk tahun ini. Jauh berbeda dengan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang mencapai 5,1%.

Baca Juga: Ini 7 saham net buy terbesar asing dalam sepekan

Sementara itu, analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, peluang terjadinya aksi sell in may masih terbuka lebar. Sebab, sejauh ini pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang April 2020 masih memberikan return yang positif.

Sejak awal tahun, IHSG memang masih melemah 28,63%. Namun, dalam periode sebulan perdagangan, IHSG sudah memberi return positif 3,62%.

“Lihat saja selama bulan April IHSG dibikin menguat. Itu menjadikan bulan Mei sebagai masa yang bagus untuk profit taking,” ujar William. Dus, ia menilai aksi jual pun masih akan terjadi pada bulan depan.

Baca Juga: Investor asing jual bersih non-stop empat pekan total Rp 7,59 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat