Meneropong Arah Bursa Saham di Sisa Bulan Mei



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan sepanjang bulan Mei ini sebesar 2,01%. Indeks saham acuan Indonesia ini juga melemah atau turun 2,53% sepanjang tahun 2024.

Secara historis, tekanan pada perdagangan bursa di Indonesia cenderung terjadi setiap bulan Mei. Selain itu, perdagangan bursa di Indonesia cenderung memilki banyak hari libur yang ditengarai berimplikasi pada likuiditas dan performanya.

Bulan Mei ini efektif perdagangan berlangsung hanya selama 19 hari. Dalam periode tahun 2024 perdagangan bursa dijadwalkan sebanyak 27 hari untuk libur dan cuti nasional. Hal ini cenderung lebih banyak bila dibandingkan dengan bursa internasional.


Dari internasional, Amerika Serikat (AS) hanya memiliki 13 hari total libur di 2024, Inggris 11 hari, dan Jerman hanya 11 hari. Sedangkan dari regional, China memiliki hari libur sebanyak 22 hari, Jepang 17 hari, dan Vietnam sebanyak 11 hari.

Dari aspek kinerja, sepanjang tahun 2024 Taiwan mencatatkan kinerja terbaik di Asia dengan kenaikan indeks sebesar 16,87%, disusul oleh China yang naik 16,60%, Jepang naik 15,35%, dan Vietnam dengan kenaikan 10,51%.

Baca Juga: Pesta Dividen Belum Usai, Ini Rekomendasi Saham Layak Koleksi Pilihan Analis

Head Customer Literation and Education PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi melihat secara tren historis, IHSG cenderung terkoreksi setiap bulan Mei. Dalam 10 tahun terakhir, IHSG tercatat 70% mengalami performa negatif dengan rata-rata terkoreksi sebesar 0,86%.

Tekanan pada IHSG diakibatkan oleh ketidakpastian kebijakan bank sentral yang terlihat akan menahan suku bunga acuan untuk jangka waktu yang lebih panjang dari perkiraan. Selain itu, penurunan kinerja pada beberapa sektor di kuartal I-2024, seperti dari emiten komoditas, otomotif, semen dan rokok memberikan kondisi riil market sedang alami tekanan.

Menurutnya, sepanjang bulan Mei ke depan IHSG masih akan bergerak dalam tekanan. Bayang-bayang dari sentimen akan tingginya suku bunga menyebabkan terjadinya outflow asing dengan shifting ke aset yang memberikan return yang lebih besar.

“Selain itu, kekhawatiran akan tergerusnya daya beli masyarakat juga menjadi sentimen negatif dari suku bunga,” kata Oktavianus kepada Kontan.co.id, Minggu (12/5).

Baca Juga: IHSG Diprediksi Masih Rawan Terkoreksi pada Senin (13/5)

Oktavianus berpandangan, banyaknya libur bursa akan berdampak pada spekulasi investor di IHSG. Semakin banyak libur investor dinilai investor akan mengalami lag infomartion yang berpotensi akan berdampak pada nilai investasi di saham.

Sebagai informasi, secara rata-rata nilai transaksi di bursa masih cenderung menguat dengan nilai sebesar Rp 11,71 triliun per harinya sepanjang 2024.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi menyebut, terdapat tiga sentimen atas tertekannya IHSG sepanjang bulan Mei. Di antaranya terdapat kebijakan arah suku bunga acuan dari hasil Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed yang berlangsung pada 30 April-1 Mei 2024.

Selain daripada itu, pasar mencermati perkembangan eskalasi geopolitik yang memengaruhi harga komoditas serta prospek ekonomi global. Ditambah lagi perilisan laporan keuangan kuartal I-2024 oleh emiten yang memiliki pengaruh terhadap sentimen pasar dan pergerakan saham.

Secara historis, dia melihat di bulan Mei memiliki kecenderungan negatif dengan rata-rata pelemahan sebesar 1,30% dalam lima tahun terakhir. “Adapun arus dana dari investor asing terlihat belum kembali mengalir deras pada bulan ini,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Minggu (12/5).

Menurutnya, hari libur dapat mempengaruhi volatilitas dan pergerakan pasar saham, serta berkurangnya likuiditas pasar akibat perdagangan yang terhenti. Likuiditas dan aktivitas perdagangan inilah yang nantinya akan berimplikasi pada kinerja bursa.

“Meski demikian, bursa juga bergantung pada aktivitas pasar global dan sentimen investor,” paparnya.

Baca Juga: Wall Street Menguat Jelang Pernyataan Pejabat Fed; Dow Jones Mendekati Angka 40.000

Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada menilai, adanya asumsi maupun penilaian atas penurunan kinerja perbankan secara kuartalan membawa tekanan jual di market. Sehingga, dalam hal ini IHSG pun turut melemah karena terimbas pelemahan saham-saham perbankan terutama oleh big caps.

Dirinya mencermati, adanya idiom sell in may and go away dirasa mempengaruhi minat pelaku pasar di market. Secara psikologis, justru pelaku pasar sendirilah yang membuat arah market. “Artinya kekhawatiran itu mereka juga yang buat yang pada akhirnya berimbas pada kondisi pasar,” terang Reza Priyambada kepada Kontan.co.id, Minggu (12/5).

Harapannya, dengan masih adanya sentimen positif dari sejumlah emiten yang menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan untuk menyampaikan salah 1 agendanya, yaitu pembagian dividen setidaknya mampu meredam aksi jual.

Apabila kondisi global membaik maka market pun akan cenderung lebih positif. Hal ini dirasa dapat mampu mengimbangi dan bahkan mematahkan idiom tersebut.

Baca Juga: Begini Proyeksi IHSG Awal Pekan Depan Usai Libur Panjang

Lebih lanjut, Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan, pasar kini lebih memperhatikan kepada sentimen dinamika The Fed. Sikap dovish yang tampak mulai menguat. Di saat yang sama, Vix and Move Index mulai bergerak menurun.

“Hal ini menunjukkan sinyal dari global financial volatility yang sudah mereda,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Minggu (12/5).

Kemudian, data yield US Treasury maupun juga Surat Berhaga Negara (SBN) 10 tahun mengalami penurunan secara year on year (YoY). Hal tersebut menandakan inflow di pasar obligasi mulai menguat.

Seiring adanya musim RUPS dan dividen, Reza Priyambada lebih mencermati saham-saham yang tengah bagi dividen, di antaranya saham PTBA, ADRO, ANTM, SMGR, BUAH,TAPG, dan EXCL.

Adapun Reza Fahmi mencermati pada saham INKP dan MNCN dengan target harga masing-masing di angka Rp 10.000 dan Rp 386.

Sedangkan Oktavianus melihat, Investor dapat menyesuaikan alokasi portofolio aset investasinya. Hal ini terlebih jika IHSG masih mampu mempertahankan support psikologisnya di level 7.000 hingga akhir Mei 2024.

Di tengah ketidakpastian atas tertahannya suku bunga di level tinggi untuk jangka waktu yang panjang investor dapat meningkatkan porsi defensive stock ke dalam portofolio, seperti kesehatan, infrastruktur, dan konsumer.

Di antara saham yang dijagokan, Oktavianus merekomendasikan untuk buy pada saham ANTM dengan target harga Rp 1.970, TLKM berkisar di level Rp 4.300, INDF di angka Rp 8.300, dan JSMR di harga Rp 6.400, serta SILO di harga Rp 2.870.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati