Meneropong potensi dari pemulihan harga batubara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara Desember sudah naik 13% dan sudah mencapai US$ 80 per ton. Kenaikan harga batubara sudah berlangsung sekitar empat bulan, menunjukkan recovery.

Penguatan ini diprediksi akan terus berlanjut hingga 2021 karena adanya recovery demand dari China dan supply yang terganggu akibat La Nina. Kesepakatan ekspor batubara dengan China juga akan mempengaruhi harga.

China adalah salah satu negara importir batubara besar di dunia, sehingga permintaan dari China akan berpengaruh pada harga batubara. Apalagi, ekonomi China sudah mulai pulih dari efek pandemi.


Ini terlihat dari PMI China yang sudah kembali ekspansif sejak Mei dan terus meningkat hingga November. Di November, PMI China mencapai 54,90. Aktifnya industri manufaktur China akan meningkatkan kebutuhan listrik dan mendorong permintaan batubara.  

Sumber: IHS Markit

Impor batubara China mulai menunjukan kenaikan hingga November lalu. 75% permintaan merupakan batubara thermal yang digunakan untuk pembangkit listrik. 

Sumber: IHS Markit

Kenaikan demand dari China menguntungkan Indonesia sebagai salah satu eksportir besar batubara ke China. Impor Batubara China dari Indonesia sebesar 32%-33% dari total impor batubara.

Dalam laporan IHS Markit, ekspor batubara Indonesia ke China per November mencapai 11,1 juta ton, meningkat 78% dibandingkan Oktober 2020. Per minggu pertama di Desember ini ekspor sudah mencapai 3 juta ton dan diprediksi mencapai 12 juta ton, naik 8% dari November. 

Sumber: IHS Markit

Ekspor batubara Indonesia ke China akan meningkat karena Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) menandatangani kesepakatan dengan China Coal Transportation and Distribution Association (CCTDA). Kesepakatan ini berlaku tiga tahun hingga Desember 2023. Diperkirakan Indonesia bisa mengekspor 200 juta ton batubara ke China di 2021. 

Dari sisi supply, produksi batubara Indonesia masih tertekan. Hal ini terlihat dari volume produksi batubara per Oktober 2020 sebesar 461 juta ton, turun 25% dari 2019.

Selain itu, terjadinya La Nina pada Desember hingga awal tahun 2021 diprediksi akan menggangu supply batubara. Hal ini diprediksi mampu mendongkrak harga batubara. 

Kami melihat prospek sektor batubara cerah, melihat demand yang meningkat dan supply yang berpotensi tertekan. Ini akan meningkatkan harga batubara.

Pemulihan permintaan dari China dan kesepakatan G2G antara Indonesia dan China juga menjadi katalis positif bagi emiten yang ekspor batubara ke China. Ini akan berdampak bagi emiten batubara.

Salah satu yang menikmati dampak tersebut adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Ekspor batubara ADRO ke China per September 2020 mencapai US$ 221 juta, setara dengan 16% dari total pendpaatan ekspor ADRO.

ADRO saat ini memiliki rasio utang yang terbilang sehat dengan DER 0,67 kali. Angka tersebut turun dibandingkan 2019 sebesar 0,81 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Harris Hadinata