KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi penawaran tender sukarela oleh Trinugraha Capital & Co SCA atas saham PT BFI Finance Indonesia Tbk (
BFIN) akan berlangsung mulai besok. Periode penawaran tender sukarela BFIN dijadwalkan pada 15 Maret-13 April 2022. Aksi tersebut telah mengantongi pernyataan efektif oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 11 Maret 2022 lalu. Saham BFIN yang menjadi objek dari penawaran tender sukarela ini sebanyak-banyaknya 9,13 miliar saham, yang mewakili 57,19% dari jumlah seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh di dalam BFIN. Harga penawaran dalam aksi ini Rp 1.200 per saham. Dengan demikian total penawaran tender sukarela sebanyak-banyaknya sebesar Rp 10,96 triliun.
Baca Juga: Perusahaan Multifinance Masih Mencuri Perhatian Investor Asing Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana melihat bahwa untuk investor jangka panjang, penawaran tender sukarela BFIN ini tidak menjadi soal. Sebab, ada peluang untuk perkembangan bisnis BFIN ke depan. Meski tetap membutuhkan waktu karena akan ada volatilitas. "Laporan keuangan BFIN sudah membaik dari sisi net income, meski memang penjualan belum kembali ke level sebelum pandemi. Dengan
recovery ekonomi dan digitalisasi prospek BFIN untuk meningkatkan kinerjanya terbuka," kata Wawan kepada Kontan.co.id, Senin (14/3). Sebagai informasi, jumlah saham BFIN yang dapat dimiliki oleh Trinugraha Capital setelah diselesaikannya penawaran tender sukarela ini adalah sebesar 15,97 miliar saham atau 100%.
Baca Juga: Penawaran Tender Sukarela BFI Finance (BFIN) dimulai besok Jika Trinugraha Capital memiliki 100% saham BFIN setelah
tender offer, maka Trinugraha Capital akan mengalihkan saham tersebut kepada pihak lain atau BFIN dapat melakukan penerbitan saham baru, sehingga BFIN segera dapat memenuhi ketentuan bursa efek. Adapun harga saham BFIN berada di posisi Rp 1.300 atau ditutup turun Rp 20 (1,52%) pada perdagangan Senin (14/3) ini. Menurut Wawan, harga saham BFIN memang akan cenderung terkoreksi mendekati harga
tender offer. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menambahkan bahwa pergerakan saham BFIN bisa saja turun lantaran harga penawaran berada di bawah harga saham saat ini. Terlebih, Azis menilai saham BFIN sekarang secara valuasi
price to book value (PBV) sudah di atas rata-rata lima tahun yang mengindikasikan saham BFIN sudah
overvalued.
Baca Juga: Kinerja Pulih, Simak Rekomendasi Untuk Saham Sektor Multifinance Namun secara teknikal, Azis memandang saham BFIN memiliki potensi penguatan terbatas. Oleh sebab itu, dia lebih merekomendasikan pelaku pasar untuk
wait and see terlebih dulu. "Melihat bagaimana pergerakan saham yang terjadi besok, jika ada penguatan bisa dilakukan
trading buy," ujar Azis. Sementara itu, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menilai secara teknikal saham BFIN saat ini masih di fase konsolidasi dan hendak menguji
resistance di Rp 1.375. Mengingat hari ini harga menolak untuk naik dan Indikator Stochastic mengarah ke bawah, maka ada potensi harga akan melanjutkan penurunan, menguji
support penting di area Rp 1.210 per saham. Menurut William, para investor dapat memanfaatkan peluang untuk menambah posisi dengan memakai strategi
buy on weakness. Mengingat BFIN secara
timeframe yang lebih besar masih berpotensi untuk melanjutkan penguatannya.
Baca Juga: Pengajuan Restrukturisasi Pembiayaan Multifinance Tunjukkan Tren Melandai "Investor juga dapat mempertimbangkan potensi deviden yang akan diperoleh mengingat tahun lalu kinerja BFIN yang semakin solid dan kondisi ekonomi Indonesia yang semakin baik," sebut William. Senada, Azis juga berpandangan bahwa kinerja multifinance membaik, didorong pulihnya kondisi ekonomi. Sehingga untuk kinerja bisnis, masih ada potensi membukukan raihan positif. "Tetapi perlu di cermati juga risiko yang ada karena daya beli yang belum pulih total bisa menjadi faktor resiko dari lini bisnis BFIN," ujar Azis. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati