KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transisi penanganan Covid-19 dari pandemi menjadi endemi membuat mobilitas masyarakat kembali meningkat. Kondisi ini membawa angin segar bagi sejumlah sektor bisnis, termasuk untuk emiten perhotelan. Hal itu tampak dari kinerja sejumlah emiten hotel yang berhasil mendongkrak pendapatan pada periode kuartal pertama 2022. Tengok saja PT Sunter Lakeside Hotel Tbk (
SNLK) yang mencatatkan kenaikan pendapatan 65,09% secara
year on year (yoy) menjadi Rp 7,33 miliar dalam tiga bulan pertama tahun ini. Selain SNLK, pendapatan PT Hotel Fitra International Tbk (
FITT) melesat 37,41% menjadi Rp 2,13 miliar pada kuartal I 2022. Kemudian, ada PT Eastparc Hotel Tbk (
EAST) yang juga membukukan kenaikan pendapatan.
EAST mengantongi pendapatan sebesar Rp 18,53 miliar sepanjang kuartal I 2022, melesat 95,67% dibanding periode yang sama tahun lalu. Laba periode berjalan EAST meroket lebih tinggi, dengan kenaikan 385,93% menjadi Rp 6,22 miliar hingga Maret 2022.
Baca Juga: Emiten Konstruksi Swasta Mulai Kebanjiran Kontrak Baru Dari sisi pergerakan harga saham, PT Hotel Sahid Jaya Tbk (
SHID) menjadi salah satu
top gainers dengan kenaikan 191,03% secara
year to date. Adapun dalam sepekan terakhir, mayoritas saham emiten perhotelan mengalami penguatan, kendati tidak terlalu signifikan. Misalnya saja SHID, yang harga sahamnya masih ada di zona hijau dengan kenaikan 1,79% sepanjang pekan lalu ke posisi Rp 2.270. Kemudian FITT yang mencatatkan kenaikan 1,55% ke level Rp 262. Lalu ada SNLK yang harga sahamnya meningkat 3,39% ke angka Rp 915. Contoh lainnya ada PT Menteng Heritage Realty Tbk (
HRME) yang harga sahamnya naik 1,89% sepekan lalu. PT Red Planet Indonesia Tbk (
PSKT) juga parkir di zona hijau, dengan mencetak kenaikan harga saham 1,47%.
Equity Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas, Desy Israhyanti, melihat transisi pandemi ke endemi serta terjaganya pemulihan konsumsi masyarakat, menjadi faktor utama penggerak bisnis dan saham emiten perhotelan. Kinerja emiten di sektor ini sejalan dengan geliat pariwisata yang semakin ramai. Namun, Desy memberikan catatan. Menurutnya, perlu dicermati bahwa kinerja bisnis dan harga saham emiten perhotelan belum tentu bisa melaju secara berkelanjutan. Sebab, hal itu akan tergantung dari bagaimana realisasi perubahan pandemi menjadi endemi.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham-Saham Emiten Sektor Consumer Cyclicals Pilihan Analis "Saat ini kita masih dalam masa transisi menuju endemi. Jadi, seberapa cepat kebijakan endemi diberlakukan akan menjadi kunci penopang pertumbuhan dan stabilitas kinerja emiten perhotelan," kata Desy kepada Kontan.co.id, Minggu (29/5). Faktor lain yang menentukan terkait dengan kondisi ekonomi ke depan. Misalnya saja jika harga-harga kebutuhan pokok terus meningkat, prioritas masyarakat tidak akan ditujukan untuk kebutuhan sekunder, apalagi tersier. Kondisi ini bisa menghambat laju pertumbuhan sektor perhotelan. Menimbang kondisi tersebut, Desy lebih menyarankan pelaku pasar untuk
wait and see terlebih dulu terhadap saham perhotelan. Selain menunggu realisasi endemi covid-19, investor juga bisa mencermati kinerja Q2-2022 emiten di sektor ini. Lebih lanjut, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya, memperkirakan kenaikan mayoritas saham emiten perhotelan pekan lalu berpotensi berlangsung sesaat. Ketika pasar saham berfluktuasi seperti di minggu lalu, biasanya
trader lebih menyukai saham-saham berkapitalisasi kecil, seperti emiten perhotelan. "Umumnya saat bursa koreksi, maka trader menyukai saham-saham kapitalisasi kecil, sehingga pergerakannya cukup signifikan," kata Cheryl. Meski begitu, ada peluang yang terbuka cukup lebar bagi emiten perhotelan untuk mengangkat kinerja bisnisnya di tahun ini. Sembari mencermati peluang tersebut, Cheryl memberikan rekomendasi
hold untuk saham perhotelan.
Baca Juga: Hajatan IPO Semarak, Ini Perusahaan yang Menarik Dicermati Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai secara sektoral, saham-saham di sektor
consumer cyclicals masih punya peluang untuk menguat dalam jangka pendek. Bagi emiten perhotelan, keringanan syarat perjalanan menjadi katalis positif yang bisa mendorong tingkat okupansi secara signifikan, terutama di daerah wisata. Pelaku pasar pun bisa mempertimbangkan untuk melakukan
buy atau
speculative buy pada sejumlah saham emiten perhotelan. Adapun, saham yang menurut Herditya bisa dicermati antara lain SNLK dengan memperhatikan
support di Rp 850 dan
resistance di harga Rp 1.015. Kemudian HRME pada area
support Rp 51 dan
resistance di level harga Rp 57. Lalu, saham PSKT dengan mencermati area
support di Rp 67 dan
resistance pada harga Rp 83. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli