Meneropong prospek kinerja PTPP mendekati tahun pemilu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT PP Tbk tumbuh positif di kuartal pertama tahun ini. Emiten berkode PTPP ini meraih pendapatan Rp 3,68 triliun, meningkat 26% dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersih perseroan ini juga meningkat 20% menjadi Rp 156,1 miliar pada kuartal pertama lalu.

Analis Kresna Sekuritas Andreas Kristo Saragih mengatakan, kinerja solid PTPP disokong oleh pendapatan bisnis jasa konstruksi yang naik hingga 31% jadi Rp 2,56 triliun. Selain itu, pendapatan bisnis properti juga meningkat 14% jadi Rp 644,1 miliar.

Menurut dia, pertumbuhan pendapatan jasa konstruksi ditopang sejumlah kontrak dari proyek jalan tol. "Pertumbuhan pendapatan properti yang tinggi berasal dari penjualan apartemen PT PP Properti Tbk (PPRO)," terang Andreas dalam riset 2 Mei.


Analis Ciptadana Sekuritas Asia Arief Budiman menambahkan, PTPP juga mencatatkan peningkatan kontrak baru hingga 44% senilai Rp 9,5 triliun. 56% dari total kontrak baru tersebut berasal dari proyek BUMN dan 37% berasal dari proyek swasta.

Yang menarik, hanya 7% kontrak berasal dari proyek pemerintah. "Sejauh ini, PTPP merupakan satu-satunya kontraktor BUMN yang membukukan pertumbuhan positif dalam hal kontrak baru," tulis Arief dalam riset 2 Mei.

Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menyampaikan, pemerintah pada dasarnya tengah mempercepat pembangunan proyek infrastruktur di berbagai daerah menjelang berlangsungnya pemilu 2019 mendatang. Hal ini membuat emiten-emiten konstruksi, seperti PTPP, berpeluang meraih kontrak baru dalam jumlah besar.

Mencari pendanaan

PTPP sendiri masih mengincar sejumlah proyek infrastruktur pada tahun ini. Lewat anak usahanya, PT PP Presisi Tbk (PPRE), perusahaan pelat merah ini mengincar antara lain proyek bendungan di Maluku, proyek pengerjaan jalan di Papua, hingga proyek pembangunan bandara di Kulon Progo, Yogyakarta.

William melanjutkan, banyaknya proyek pembangunan venue Asian Games yang digarap PTPP juga berpotensi membuat kinerja emiten tersebut meningkat. "Kinerja kuartal kedua perusahaan ini dapat meningkat karena saat itu proyek-proyek Asian Games akan selesai," kata dia, Kamis (3/5).

Namun, secara jangka panjang ada potensi kinerja PTPP terganggu. Ini bisa terjadi jika ada pergantian kepemimpinan pasca pemilu 2019 mendatang. Pergantian tersebut berpotensi mengakibatkan adanya perubahan kebijakan terkait proyek infrastruktur. "Bisa saja PTPP tidak mendapatkan kontrak baru untuk proyek yang diincarnya di masa mendatang, karena ada perubahan kebijakan pemerintah," ungkap William.

Dengan jumlah proyek yang tergolong banyak, wajar apabila PTPP gencar mencari pendanaan. Salah satunya dengan cara menerbitkan Surat Berharga Perpetual (SBP) dengan nilai Rp 1 triliun. Di tahap awal, PTPP menawarkan SBP ini dengan membungkusnya dalam bentuk reksadana penyertaan terbatas (RDPT), senilai Rp 250 miliar.

Dana yang diperoleh dari penerbitan instrumen yang biasa disebut obligasi abadi ini digunakan untuk membiayai proyek pembangunan pembangkit listrik bertenaga batubara di Meulaboh, Nangroe Aceh Darussalam.

William mengapresiasi PTPP yang menjadi emiten pertama yang menerbitkan SBP. Menurut dia, SBP akan sangat menguntungkan investor. Pasalnya, selain mendapat pembayaran kupon secara rutin, investor juga berpeluang mendapat tambahan imbal hasil setelah tahun ketiga, jika PTPP tidak melakukan opsi beli. "Daya tarik PTPP dapat meningkat di mata investor setelah penerbitan SBP," jelas William.

Di sisi lain, Arief meyakini, PTPP akan menggunakan opsi beli pada tahun ketiga guna menghindari pembayaran suku bunga. Ini mengingat di 2021 mendatang proyek pembangunan pembangkit listrik di Meulaboh akan selesai.

Arief yakin kinerja PTPP akan terus meningkat hingga akhir tahun nanti. Apalagi, di kuartal empat, kinerja emiten konstruksi biasanya naik tinggi. Ia memprediksi PTPP bisa meraih pendapatan Rp 24,86 triliun akhir tahun nanti, dengan laba bersih Rp 1,86 triliun.

Para analis saat ini sepakat merekomendasikan beli saham PTPP. Arief memasang target harga saham ini di level Rp 3.700 per saham. Sedang William dan Andreas masing-masing mematok target harga di level Rp 2.700 per saham dan Rp 3.130 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati