KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek reksadana pasar uang diyakini masih akan solid pada tahun depan. Walaupun di tengah tren suku bunga rendah, reksadana pasar uang akan menjadi instrumen yang lebih menarik dibanding deposito.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menuturkan, berbagai volatilitas yang terjadi di pasar saat ini tidak akan memberi dampak pada kinerja reksadana pasar uang. Pasalnya, produk ini memang tidak mengutamakan
return setinggi-tingginya sehingga kinerja masih akan bisa stabil. Terlebih lagi, reksadana pasar uang kini bisa dikatakan menjadi pengganti deposito dan tabungan bagi para generasi milenialdan generasi z. Dengan karakteristik yang serupa dengan deposito, namun lebih likuid, murah, serta punya imbal hasil yang lebih tinggi membuat produk ini jadi pilihan para investor, khususnya investor baru.
“Per Oktober kemarin, jumlah investor reksadana sudah tembus 6,1 juta di mana setengahnya berada di reksadana pasar uang. Hal ini menunjukkan reksadana ini jadi sangat diminati dan memiliki prospek yang menjanjikan di tahun depan,” kata Wawan kepada Kontan.co.id, Kamis (18/11). Walau secara kinerja pada tahun depan masih akan stabil, Wawan melihat reksadana pasar uang setidaknya akan mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan yang cukup signifikan. Hal ini didorong oleh pertumbuhan investor reksadana baru yang masih akan tetap tinggi pada tahun depan.
Baca Juga: BNP Paribas AM perluas jangkauan mitra distribusi reksadana bertema teknologi global Senada, Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi juga menyebut reksadana pasar uang akan selalu menarik bagi pemula karena faktor
return dan likuiditas yang tinggi. Namun, untuk tahun depan, ia melihat ada kemungkinan reksadana pasar uang mendapatkan katalis positif yang bisa mengangkat kinerjanya. “Prospek reksadana pasar uang di tahun 2022, mungkin akan mendapatkan sentimen positif jika The Fed jadi mengerek suku bunga dan diiringi oleh Bank Indonesia yang ikut menaikkan suku bunga acuan,” imbuh Reza. Adapun, terbaru BI masih mempertahankan suku bunga acuannya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (18/11). Dalam pengumuman tersebut, BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%. Wawan menilai, kenaikan suku bunga acuan pada tahun depan setidaknya baru akan terjadi selepas kuartal III-2021 mendatang. Jika terjadi, jelas kinerja reksadana pasar uang akan lebih baik dibanding tahun ini. Ia memproyeksikan, dengan asumsi tidak ada kenaikan suku bunga acuan, reksadana pasar uang bisa memberi imbal hasil 3% - 3,5% pada tahun depan.
Baca Juga: Permintaan naik, AUM reksadana terproteksi capai Rp 97,65 triliun per Oktober 2021 Guna memaksimalkan kinerja reksadana pasar uang, Reza mengatakan pihaknya dalam mengatur portofolionya akan menggunakan obligasi korporasi yang memiliki rating AA atau bahkan BBB guna mendongkrak kinerja. Sementara untuk depositonya, bank yang kredibilitas bagus serta angka NPL yang rendah jadi pilihan. Selain itu, HPAM juga akan meningkatkan porsi
fixed income ke angka 40-50 % dari keseluruhan portofolio. Adapun, ia bilang saat ini porsi
fixed income masih di bawah 40%. Dengan kenaikan porsi
fixed income diharapkan akan ikut meningkatkan
return produk reksadana pasar uang milik HPAM., “Kami berharap produk reksadana pasar uang kami bisa memberikan imbal hasil 5-5,5% sesuai dengan kinerja historisnya. Angka ini seharusnya bisa didapat selama angka covid-19 tetap kondusif dan perekonomian masih stabil semua dalam pemulihan yang positif,” tutup Reza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari