KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri semen yang masih belum bergairah turut menekan kinerja PT Semen Indonesia Tbk. Selain karena masih ada kondisi
oversupply, kenaikan harga batubara juga turut menggerus margin emiten berkode saham SMGR tersebut. Sepanjang tahun lalu, pendapatan SMGR naik 6,4% menjadi Rp 27,81 triliun. Namun, laba bersih perusahaan ini melorot 55,5% dari Rp 4,52 triliun pada 2016 menjadi tinggal Rp 2,01 triliun. Anjloknya laba bersih disebabkan kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 22%
year on year (yoy). Hal ini lantaran biaya bahan baku dan pabrikasi kian menanjak.
Fahressi Fahalmesta, analis Ciptadana Sekuritas Asia, menjelaskan, industri semen di tahun lalu memang masih melambat. Tingginya tingkat persaingan harga membuat SMGR harus terus memangkas
average selling price (ASP) hingga 3,7%. Apalagi, sektor properti masih lesu. Hal ini membuat penjualan semen kantong SMGR sepanjang 2017 merosot 30,4% yoy. Pendapatan dari segmen ini hanya sebesar Rp 63,03 miliar. Padahal, di 2016, SMGR menerima duit Rp 90,53 miliar dari bisnis ini. Sepakat, analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengatakan, kinerja SMGR tahun lalu terpengaruh sektor properti yang belum tumbuh. "Suku bunga acuan ada di level terendah sejak tahun lalu, tapi belum mampu mengangkat sektor properti," ujar William, Rabu (28/3). Pertumbuhan penjualan justru terlihat pada produk semen curah atawa
clinker, yang mencapai 39,4%. Kontribusi pendapatan dari produk ini mencapai Rp 590,62 miliar dari sebelumnya hanya sebesar Rp 423,69 miliar. Menurut Fahressi, semen curah banyak digunakan pada proyek-proyek infrastruktur. "Penjualan produk ini tumbuh seiring maraknya pembangunan infrastruktur tahun lalu," ujar dia. Untungnya, volume penjualan SMGR masih naik 10% yoy menjadi 28,91 juta ton. Penjualan domestik pun tumbuh 5,29% menjadi 27,04 juta ton. Sementara, penjualan ekspor meroket 212,1% yoy menjadi 1,87 juta ton. Fahressi menilai, SMGR memang gencar mendorong penjualan ekspor di saat permintaan domestik lesu. Namun, margin ekspor masih lebih kecil ketimbang margin dari penjualan lokal. Prospek tahun ini Tahun ini, William menilai, kinerja SMGR masih akan tertekan oleh potensi kenaikan harga batubara. "Sejauh ini, harga batu bara masih dalam kondisi
uptrend di kisaran US$ 90-US$ 100 per metrik ton," tutur dia. Selain itu, tanda-tanda sektor properti membaik juga belum terlihat. Malah, properti bisa kembali tertekan jika Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan untuk merespons kenaikan Fed
fund rate. Menurut dia, hal ini akan makin menekan pasar properti. Fahressi memprediksi, pangsa pasar domestik SMGR, juga cenderung stagnan. Tahun lalu, pangsa pasar SMGR sudah turun dari 41,5% menjadi 40,7%. Namun, Fahressi memproyeksikan tahun ini pendapatan SMGR tumbuh lebih baik, sebesar 7,6% menjadi Rp 29,92 triliun. Sementara, laba bersih nya berpotensi naik 9,5% menjadi Rp 2,21 triliun. Faktor pendukungnya masih berasal dari proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Ia juga berharap, SMGR mempertimbangkan untuk mengerek harga jual rata-rata produknya, jika permintaan domestik mulai membaik. "Ini supaya pangsa pasar tetap terjaga, setidaknya di atas 40%," kata Fahressi. Permintaan domestik terlihat mulai membaik pada dua bulan pertama tahun ini. Pertumbuhannya sebesar 2,2%. Jika ditambah penjualan ekspor, volume penjualan SMGR naik 6,6% dibandingkan dengan penjualan Januari-Februari di tahun sebelumnya.
Namun, dari segi valuasi, William menilai harga saham SMGR termasuk mahal. Hitungannya, harga saat ini mencerminkan PER sebesar 28 kali. Sementara, PER sektoral hanya 17 kali. Karena itulah William masih memberi rekomendasi
hold untuk saham SMGR. Ia memberi target harga Rp 9.600 per saham. Sementara itu, Fahressi menurunkan rekomendasi untuk saham SMGR menjadi
hold dengan target harga sebesar Rp 11.200 per saham. Hal ini karena kinerja SMGR diprediksi masih belum akan tumbuh signifikan. Namun, analis Bahana Sekuritas Ricky Ho merekomendasikan
buy SMGR dengan target harga Rp 11.600 per saham. Pada Rabu (28/3), harga SMGR ditutup di Rp 9.875 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati