KONTAN.CO.ID - BOGOR. PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (
SCNP) membeberkan jika kendala yang dihadapi dalam aksi ekspor
vacuum cleaner ke Amerika Serikat (AS) adalah kenaikan biaya ekspor yang relatif mahal akibat kelangkaan kontainer.
Chief Operation Officer (COO) SCNP Shirly Effendy, menjelaskan hal ini berlangsung cukup lama sejak 2020. Kondisi tersebut mengakibatkan eksportir mengalami kerugian sebab barang ekspor tidak terjual sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan barang di gudang. Menurutnya, kendala ini bersifat umum dan dirasakan oleh hampir setiap pengusaha ekspor di Indonesia. Hal ini juga menyebabkan rendahnya
bargaining power Indonesia dalam penentuan biaya
shipment sehingga cenderung menjadi
price taker dalam industri pelayaran asing dalam perdagangan internasional.
"Namun memang syukurnya, semakin ke sini kondisi kontainer mulai lancar, begitu juga
shipment-nya," tambah dia dalam konferensi pers yang berlangsung di Bogor, Senin (20/12).
Baca Juga: Selaras Citra (SCNP) Berupaya Meningkatkan Ekspor ke AS SCNP sendiri masih sangat optimistis bisa meningkatkan kontribusi penjualan ekspornya tahun depan. Pada 2022 pihaknya menargetkan kontribusi penjualan ekspor sebesar 70% dan penjualan domestik sebesar 30%. Adapun saat ini, posisi kontribusi penjualan ekspor masih berada di angka 60% dan domestik berada di angka 40%. Lebih lanjut, SCNP mengatakan masih terus akan mencari dan terbuka terhadap peluang dalam rangka kemitraan strategis baik dari perusahaan lokal maupun asing untuk lakukan produksi massal. Hal ini dilakukan guna mengisi permintaan pasar domestik maupun pasar global melalui ekspor. "Kami didukung Pemerintah juga untuk melakukan kegiatan produksi massal ini. Kami telah memiliki Kawasan Berikat dan Gudang Berikat yang mempermudah proses produksi yang berorientasi ekspor. Tidak hanya untuk kategori
home appliances, tapi juga produk alat kesehatan," tuturnya.
Sebagaimana diketahui, SCNP memproduksi produk
home appliances seperti blender, kipas angin,
mixer, oven, setrika,
air purifier, rice cooker, kompor gas,
toaster dan
kettle. Adapun produk kesehatan yang diproduksi adalah detektor dini penyakit kardiovaskular bernama
Non Invasive Vascular Analyzer (NIVA). Sementara itu, pada kuartal III 2021, Perseroan tercatat memiliki kinerja yang masih tertatih. Penjualan memang meningkat signifikan 77,81% di angka Rp325,63 miliar. Pada periode yang sama tahun 2020 pihaknya mengantongi Rp183,13 miliar. Sementara itu, rugi tahun berjalan yang diatribusikan kepada entitas induk membengkak menjadi Rp13,77 miliar dari Rp9,97 miliar. Jumlah aset berada di angka Rp497,37 miliar atau meningkat 6,86% secara YTD. Lalu liabilitas berada di angka Rp117,56 miliar meningkat 73,75% dan ekuitas menurun 4,51% secara YTD di angka Rp379,81 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .