Mengajak para perempuan kepala keluarga berbisnis



JAKARTA. Kerap kita jumpai perempuan yang menjadi kepala keluarga, baik karena ditinggal suami ataupun suami mereka tak mampu bekerja. Padahal, menjadi perempuan kepala keluarga bukanlah posisi yang mudah. Kesulitan inilah yang membuat Nani Zulminarni terpanggil memberdayakan mereka dengan mendirikan kelompok Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) 2001 silam.Kesempatan ini diambil bertepatan dengan permintaan Sekjen Komnas Perempuan Kamala Chandra Kirana kala itu agar ia menjadi koordinator dari upaya pendokumentasian dan pemberdayaan janda di wilayah konflik.  "Saya meminta agar program tersebut tak sekadar mendokumentasikan, tapi juga memberi nilai lebih bagi para janda," ujarnya. Dari situ  Pekka terlahir.  Kepedulian Nani terhadap perempuan kepala keluarga tak lepas dari latar belakangnya. Mantan Direktur Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) di 1995 ini harus menjadi kepala keluarga dari ketiga anaknya karena bercerai dengan suaminya. "Saya kehilangan suami, pekerjaan dan sumber penghasilan kala itu," kenang Nani. Namun, melihat keteguhan hati para janda-janda miskin di daerah konflik, ia terpanggil berjuang bersama lewat Pekka.

Pekka merangkul perempuan yang menyandang status kepala keluarga, baik janda, istri yang ditinggal suami atau suaminya sakit, serta wanita lajang yang menanggung ekonomi keluarga. Kelompok pertama didirikan di Pulau Adonara, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Di sana, Nani merintis kelompok simpan pinjam dan koperasi.  Awalnya, anggota kelompok diminta menyetor simpanan rutin. Simpanan ini bisa dipinjam anggota untuk membuka usaha dengan bunga yang disepakati bersama. "Kami latih mereka menabung, kredit  sekaligus melatih mengelola dana agar bisa buka usaha," papar Nani.  Tapi, tidak mudah mengajak para ibu untuk belajar menabung, sebab mereka ingin mendapat bantuan langsung. Namun, setelah melihat keberhasilan anggota Pekka yang sebelumnya hanya menjadi buruh, kini bisa membuka usaha sendiri, mulai banyak yang bergabung."Dengan ada modal dari simpan pinjam, mereka bisa menambah modal usaha, atau beralih dari buruh menjadi majikan," terang Nani. Dalam perkembangannya, Pekka juga mengajarkan anggotanya keterampilan membuka usaha, seperti membatik, sistem pertanian berbasis organik dan aneka keterampilan yang bisa dikembangkan di setiap daerah. Misalnya, di Cianjur, para ibu merintis usaha kerupuk wortel, lantaran di sana menjadi salah satu penghasil utama wortel.Nani mengaku, sekarang Pekka mengelola 820 kelompok yang tersebar di 18 provinsi. "Total, 20.000 perempuan kepala keluarga yang jadi anggota Pekka," ujar ibu tiga anak ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini