KONTAN.CO.ID - Peer-to-Peer Lending atau P2P lending adalah bentuk fintech yang berkembang pesat di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Menurut Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), sejak 2018 hingga November 2022, agregat penyaluran pendanaan mencapai Rp 495,51 triliun. Tren pertumbuhan penyaluran pendanaan P2P Lending sepertinya akan terus berlanjut. Prospek P2P lending di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan akan tergantung pada sejumlah faktor di bawah ini. Pertama
, P2P lending akan terus mengalami pertumbuhan karena adopsi teknologi dan ketersediaan perangkat pintar semakin meningkat di Indonesia. Hal ini akan memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan P2P lending dan meningkatkan jumlah pendana (Lender) dan peminjam (Borrower).
Kedua
, pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian khusus pada industri fintech, termasuk P2P lending. Pemerintah telah memberikan regulasi yang lebih ketat dan memastikan bahwa industri P2P lending beroperasi secara adil dan transparan. Ini akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dan menarik lebih banyak pendana dan peminjam. Ketiga
, perkembangan ekonomi Indonesia yang terus meningkat juga akan berdampak positif pada P2P lending. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, permintaan untuk kredit meningkat dan P2P lending dapat menjadi alternatif bagi peminjam yang kesulitan memperoleh kredit dari bank. Keempat
, literasi keuangan yang semakin baik di Indonesia tentunya akan mendorong semakin banyak masyarakat Indonesia untuk berinvestasi atau mengembangkan dananya. P2P Lending saat ini telah menjadi alternatif instrumen pengembangan dana yang memberikan bunga menarik bagi para pendana, yaitu rata-rata di antara 10% - 15% per tahunnya. Semakin banyak pendana P2P Lending, maka semakin banyak dana yang dapat digunakan untuk dipinjamkan.
P2P Lending Dibutuhkan Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
UMKM memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia karena menyumbang sekitar 60% dari produk domestik bruto (PDB) dan menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 97% dari total angkatan kerja di Indonesia. Akses pembiayaan yang lebih mudah dari P2P Lending dapat membantu UMKM di Indonesia berkembang karena:
- Memperbesar kesempatan untuk mengembangkan usaha: Dengan akses pembiayaan yang lebih mudah, UMKM dapat memperoleh modal yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha mereka. Modal ini dapat digunakan untuk membeli peralatan dan bahan baku, meningkatkan produksi, memperluas jangkauan pemasaran, serta mengembangkan produk baru.
- Meningkatkan daya saing: Dengan modal yang cukup, UMKM dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi sehingga meningkatkan daya saing produk mereka. Hal ini dapat membantu UMKM untuk bertahan dan bersaing dengan pelaku usaha besar yang lebih dominan di pasar.
- Meningkatkan lapangan kerja: Pertumbuhan UMKM yang didukung oleh pembiayaan yang lebih mudah dapat membuka peluang kerja baru bagi masyarakat. Hal ini dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Menurunnya pengangguran akan mendorong roda ekonomi di masyarakat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.
Akses pembiayaan yang lebih mudah akan membantu meningkatkan inklusi keuangan bagi UMKM. Dengan adanya pembiayaan yang tersedia, UMKM yang sebelumnya sulit untuk memperoleh kredit dari bank atau lembaga keuangan formal dapat memperoleh akses ke pembiayaan yang lebih mudah.
Tingkat Gagal Bayar: Tantangan untuk P2P Lending
Namun, ada juga beberapa tantangan yang dapat mempengaruhi prospek P2P lending di Indonesia dalam 5 tahun ke depan, salah satunya adalah risiko kredit. Karena sebagian besar peminjam P2P lending adalah UMKM dan individu dengan kredit yang tidak terlalu baik, risiko gagal bayar atau
Non-Performing Loan (NPL) akan selalu ada. Karena kebanyakan P2P Lending menggunakan konsep
crowdfunding atau urun dana dari masyarakat maupun institusi, jika NPL terlampau besar, maka P2P Lending akan kehilangan pendananya, sehingga menghambat pertumbuhan penyaluran pinjaman. Selain itu, persaingan di industri P2P lending juga semakin meningkat dengan hadirnya pemain baru. Oleh karena itu, P2P lending perlu terus mengembangkan inovasi dan meningkatkan kualitas layanannya agar tetap kompetitif di pasar. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rata-rata NPL di industri P2P Lending Indonesia sempat menyentuh angka 3.07% pada bulan September 2022, akan tetapi membaik menjadi 2.75% pada bulan Januari 2023. OJK sebagai pengawas tentunya terus memantau pergerakan NPL dan mengambil tindakan pada platform-platform P2P Lending yang memiliki NPL tinggi. Secara keseluruhan, prospek P2P lending di Indonesia dalam 5 tahun ke depan terlihat positif. Pertumbuhan ekonomi, adopsi teknologi, regulasi yang lebih ketat, dan kebutuhan masyarakat akan kredit dapat menjadi faktor yang mendorong pertumbuhan industri P2P lending di masa depan.
P2P Lending Akseleran Mendukung UMKM
Akseleran adalah salah satu platform
P2P Lending Terbaik yang mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia kedepannya. Mayoritas penyaluran pinjaman Akseleran ditujukan untuk pinjaman usaha / produktif, dengan sekitar 90% berupa
invoice financing dan
PO financing, dan tidak membutuhkan agunan
fixed asset. Dengan produk pinjaman dengan agunan berbasis
cash flow, maka akan semakin banyak UMKM yang bisa mendapat akses pinjaman. Sejak mulai diperkenalkan di Oktober 2017, P2P Lending Akseleran telah menyalurkan kurang lebih Rp. 7 Triliun untuk hampir 5000 peminjam sampai dengan Desember 2022. Dari sisi kualitas pinjaman pun cukup baik karena mampu mempertahankan Tingkat Keberhasilan pengembalian pinjaman (TKB90) di angka 99.5% per Desember 2022. Dengan semakin kompetitifnya persaingan UMKM di tahun-tahun mendatang, karena adanya inovasi teknologi dan proses, maka UMKM akan dituntut agar bisa berkembang dengan lebih cepat dan meningkatkan daya saingnya. Salah satu yang dapat membantu peningkatan daya saing UMKM ini adalah akses ke pembiayaan melalui P2P Lending Akseleran, sehingga mereka bisa memiliki modal untuk meningkatkan kapabilitas produksi dan layanannya. Dengan dukungan lebih dari 200 ribu pemberi pinjaman (Lender) retail dan 9 pemberi pinjaman institusi, pengalaman yang solid dari manajemen Akseleran, serta inovasi teknologi berkelanjutan, prospek pertumbuhan penyaluran pinjaman Akseleran kepada UMKM ke depannya sangat baik. Terlebih lagi, karena semakin baiknya tingkat literasi keuangan masyarakat serta semakin baiknya regulasi yang mengatur industri P2P Lending ke depannya berpotensi membantu Akseleran untuk dapat tumbuh lebih cepat lagi di masa depan.
Bagi masyarakat yang ingin berkontribusi dalam memajukan ekonomi Indonesia melalui pertumbuhan UMKM, maka dapat menjadi Pendana (
Lender) di Akseleran. Pendana di Akseleran saat ini dapat menikmati bunga rata-rata berkisar antara 10% sampai dengan 12% per tahun dari hasil meminjamkan dananya. Saat ini sedang ada kode promo
KONTAN2023 jika ingin mendaftar sebagai pendana, di mana pendana baru akan mendapatkan saldo promo sebesar Rp. 100 Ribu. Calon pengguna dapat mendaftar melalui
aplikasi maupun website Akseleran. Melihat semua faktor dan tren yang ada, prospek P2P Lending Akseleran untuk tumbuh dalam tahun-tahun ke depan sangatlah cerah, dan tentunya akan menguntungkan bagi terwujudnya inklusi keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Indah Sulistyorini