Mengapa Antibiotik Harus Dihabiskan? Waspadai Bahaya Konsumsi Antibiotik Sembarangan



Obat Antibiotik - Jakarta. Mengapa antibiotik harus dihabiskan? Simak bahaya konsumsi obat antibiotik secara sembarangan.

Obat antibiotik sering diresepkan dokter untuk mengobati sejumlah penyakit. Bersamaan itu, dokter juga selalu berpesan untuk menghabiskan obat antibiotik.

Bahkan, jika pasien sudah membaik, obat antibiotik tetap harus dihabiskan. Pasien tidak boleh menyisakan antibiotik.


Lalu, mengapa antibiotik harus dihabiskan?

Dilansir dari Primaya Hospital, antibiotik adalah obat yang mampu membunuh kuman didalam tubuh, dengan berbagai macam cara kerja agar bakteri penyebab infeksi mengalami kematian.  Penggunaan antibiotik pada pasien juga harus mengikuti kebijakan yang mempertimbangkan kondisi klinis pasien, kuman yang dicurigai menginfeksi, dan cara kerja dari obat antibiotik itu sendiri

Tubuh kita sudah ada system yang terbentuk untuk melawan infeksi, namun kemampuannya terbatas sampai titik tertentu sehingga jika terjadi infeksi berat, tubuh memerlukan bantuan dari antibiotik ini untuk menyembuhkan penyakit.

Baca Juga: Obat Antibiotik Amoxicillin, Cek Kegunaan, Dosis, dan Efek Sampingnya

Antibiotik harus dipakai dengan tatacara yang benar, dari dosis, durasi pemberian, cara pemberian dan jenis dari antibiotiknya yang sesuai dengan kuman yang dicurigai menginfeksi.  Semua faktor tersebut harus diperhitungkan untuk kesuksesan dari penyembuhan infeksi

Mengapa antibiotik harus dihabiskan?

Primaya Hospital juga menuliskan, teori yang melatari pendapat bahwa obat antibiotik harus dihabiskan adalah adanya potensi bakteri yang kuat masih tersisa di dalam tubuh walau kondisi sudah membaik. Antibiotik bekerja melawan infeksi bakteri dari hari ke hari hingga tuntas sesuai dengan resep dokter.

Bila pemberian obat itu dihentikan sebelum waktunya, dikhawatirkan cuma bakteri lemah yang terbunuh. Sedangkan bakteri kuat masih hidup.

Bakteri kuat ini bisa bertahan dan berkembang biak hingga menyebabkan infeksi makin parah. Bakteri itu pun jadi lebih mampu mempertahankan diri terhadap obat antibiotik yang sama. Artinya, pasien bisa jadi mesti berganti antibiotik atau meminum obat berdosis lebih tinggi untuk dapat sembuh.

Berapa hari antibiotik digunakan?

Sudah ada banyak riset mengenai berapa lama seharusnya konsumsi antibiotik agar mempan melawan infeksi. Dokter meresepkan antibiotik, termasuk berapa hari konsumsinya, berdasarkan diagnosis lewat pemeriksaan. Sedangkan kondisi pasien berbeda-beda. Maka tidak ada rumus pasti berapa hari antibiotik digunakan.

Lama konsumsi obat antibiotik bergantung pada jenis infeksi, dan kondisi klinis pasien. Yang pasti, semakin pendek konsumsi antibiotik makin baik buat kesehatan karena menurunkan kemungkinan efek samping.

Ada kemungkinan pasien membaik walau antibiotik belum habis. Tapi ada juga pasien perlu datang lagi ke dokter untuk mendapat tambahan antibiotik lantaran belum juga sembuh.

Pastinya, pemberian antibiotik harus mempertimbangkan banyak faktor.  Hal ini menyebabkan pemberian resep antibiotik harus dengan resep dokter sesuai pertimbangan medis. 

Durasi dari pemberian antibiotik juga dilihat dari jenis infeksi dan kesehatan pasiennya.  Oleh karena itu, konsumsi antibiotik harus mengikuti anjuran dokter untuk meminimalisir efek samping obat dan menurunkan kemungkinan timbulnya resistensi antibiotik.

Bahaya minum antibiotik sembarangan

Dilansir dari Kompas.com, menurut Health (6/7/2023) ada beberapa bahaya minum obat antibiotik sembarangan, yakni:

1. Sakit kepala

Sakit kepala adalah efek samping yang umum dari penggunaan antibiotik tertentu. Antibiotik tersebut antara lain:

  • Augmentin (amoksisilin plus klavulanat): Ini mengobati infeksi bakteri pada telinga, paru-paru, sinus, kulit, dan saluran kemih, serta infeksi menular seksual (IMS) tertentu.
  • Keflex (cephalexin): Ini mengobati pneumonia dan infeksi saluran pernafasan lainnya.
  • Monurol (fosfomycin): Ini mengobati infeksi saluran kemih.
  • Nitrofurantoin: Ini mengobati infeksi saluran kemih. Nama mereknya antara lain Furadantin, Macrobid, dan Macrodantin.
  • Vankomisin: Ini mengobati kolitis dan radang usus besar yang disebabkan oleh bakteri. Nama merek termasuk Firvanq dan Vancocin.
  • Kuinolon: Kelompok antibiotik ini termasuk norfloxacin, ciprofloxacin, levofloxacin, dan moxifloxacin yang semuanya mengobati berbagai jenis infeksi bakteri.
Jika pengobatan antibiotik Anda menyebabkan sakit kepala, obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas (OTC) seperti Tylenol atau Motrin dapat membantu meredakannya.

2. Masalah Pencernaan

  • Kebanyakan antibiotik dapat menyebabkan berbagai masalah pencernaan. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi adalah: Ketidaknyamanan perut
  • Sakit perut
  • Kurang nafsu makan
  • Kembung
  • Sembelit
  • Mual dan muntah
  • Diare.
Jika Anda mengalami gangguan pencernaan parah yang tidak kunjung sembuh, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan. Ini bisa jadi merupakan tanda Clostridium difficile, infeksi bakteri yang kebal antibiotik yang menyebabkan diare dan dapat menyebabkan kerusakan usus besar yang parah dan mengancam nyawa.

3. Sensitif terhadap sinar matahari

Beberapa antibiotik dapat menyebabkan fotosensitivitas, yaitu mata dan kulit Anda menjadi lebih sensitif terhadap sinar Matahari. Fotosensitivitas dapat menyebabkan iritasi kulit atau bahkan reaksi alergi akibat paparan sinar Matahari, meskipun reaksi tersebut mungkin tertunda hingga beberapa hari.

Antibiotik yang dapat menyebabkan fotosensitivitas meliputi:

  • Cipro (ciprofloxacin): Ini mengobati pneumonia, gonore, diare menular, dan infeksi bakteri pada kulit, tulang, sendi, perut, dan prostat.
  •  
  • Levofloxacin: Ini mengobati pneumonia, dan infeksi bakteri pada ginjal, prostat, dan kulit.
  • Ofloxacin: Ini mengobati pneumonia, dan infeksi bakteri pada kulit, kandung kemih, organ reproduksi, dan prostat.
  • Primsol (trimethoprim): Obat ini mengobati infeksi saluran kemih, diare saat bepergian, dan dapat digunakan dalam kombinasi dengan obat lain untuk mengobati pneumonia.
  • Achromycin V (tetrasiklin): Obat ini mengobati pneumonia, infeksi pada kulit, mata, sistem limfatik, usus, genital, dan saluran kemih, serta infeksi tertentu yang dibawa oleh kutu, kutu, dan tungau.
  • Doxycycline: Ini digunakan untuk mengobati atau mencegah antraks. Ini juga dapat digunakan dengan obat lain untuk mengobati rosacea.
4. Pewarnaan gigi

Antibiotik tetrasiklin kelas lama dapat menyebabkan pewarnaan gigi permanen pada anak di bawah 8 tahun. Bukti menunjukkan bahwa penggunaan doksisiklin dalam waktu singkat, jenis tetrasiklin yang lebih baru, tidak menyebabkan efek samping yang berhubungan dengan gigi seperti noda.

Pastikan untuk berbicara dengan penyedia layanan kesehatan tentang risiko pewarnaan gigi sebelum menggunakan tetrasiklin.

5. Tendinitis

Tendinitis adalah peradangan yang terjadi pada tendon, yaitu jaringan yang menghubungkan otot dan tulang. Penelitian menunjukkan, mungkin ada hubungan antara kerusakan tendon dan antibiotik, meskipun efek samping ini jarang terjadi. Satu studi menunjukkan bahwa antibiotik levofloxacin dapat meningkatkan risiko pecahnya tendon.

Levofloxacin adalah bagian dari kelompok antibiotik yang disebut fluoroquinolones. Antibiotik lain dalam kelas yang sama tidak terkait dengan risiko yang sama.

6. Infeksi jamur

Antibiotik adalah obat yang membunuh bakteri berbahaya. Namun, antibiotik terkadang membunuh bakteri baik yang melindungi manusia dari infeksi jamur dan mengganggu keseimbangan flora alami tubuh. Akibat ketidakseimbangan ini, penggunaan antibiotik dapat menyebabkan infeksi jamur (candida) pada mulut, saluran pencernaan, atau vagina.

Kandidiasis pada mulut dan tenggorokan juga disebut sariawan. Gejala sariawan dapat meliputi:

  • Bercak putih di tenggorokan, pipi, langit-langit mulut, atau lidah
  • Nyeri saat makan atau menelan
  • Pendarahan saat menyikat gigi.
Dokter biasanya meresepkan obat antijamur seperti nistatin untuk mengobati infeksi jamur.

Itulah penjelasan mengapa antibiotik harus dihabiskan serta bahaya minum obat antibiotik sembarangan. Jadi, pastikan minum antibiotik sesuai anjuran dokter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto