Mengapa AS Menjatuhkan Sanksi kepada Dua Putri Putin? Ini Alasannya



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Putaran sanksi terbaru Amerika Serikat terhadap Rusia mencakup dua target baru. Yakni, dua orang putri Presiden Rusia Vladimir Putin, Katerina dan Maria, yang diyakini para pejabat AS menyembunyikan kekayaan Putin.

Melansir Reuters, menurut rincian dalam paket sanksi AS yang diumumkan pada hari Rabu, putri Putin Katerina Vladimirovna Tikhonova adalah seorang eksekutif teknologi yang pekerjaannya mendukung pemerintah Rusia dan industri pertahanannya.

Putrinya yang lain Maria Vladimirovna Vorontsova memimpin program yang didanai pemerintah yang telah menerima miliaran dolar dari Kremlin untuk penelitian genetika, dan secara pribadi diawasi oleh Putin, kata Amerika Serikat.


"Kami memiliki alasan untuk percaya bahwa Putin, dan banyak kroninya, dan oligarki, menyembunyikan kekayaan mereka, menyembunyikan aset mereka, dengan anggota keluarga yang menempatkan aset dan kekayaan mereka di sistem keuangan AS," kata seorang pejabat senior pemerintah AS kepada wartawan.

Dia menambahkan, "Kami percaya bahwa banyak aset Putin disembunyikan dengan anggota keluarga, dan itulah mengapa kami menargetkan mereka," kata pejabat itu, yang berbicara tanpa menyebut nama.

Baca Juga: Akhirnya, AS Jatuhkan Sanksi kepada Putri Putin dan Lebih Banyak Bank Rusia

Reuters tidak segera dapat menghubungi putri Putin, perwakilan mereka atau Kremlin untuk mendapatkan komentar mereka.

Sanksi yang diumumkan Rabu juga termasuk putri dan istri menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov. AS juga melarang orang Amerika berinvestasi di Rusia, dan menargetkan lembaga keuangan Rusia dan pejabat Kremlin, sebagai tanggapan atas apa yang dikecam Presiden Joe Biden sebagai "kekejaman" Rusia di Ukraina.

Rusia membantah sengaja menyerang warga sipil dan mengatakan gambar mayat di Bucha utara Kyiv ditampilkan untuk membenarkan sanksi lebih terhadap Moskow.

Moskow mengatakan pihaknya terlibat dalam "operasi militer khusus" yang dirancang untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina. Ukraina dan pemerintah Barat menolak itu sebagai dalih palsu untuk invasi Rusia.

Baca Juga: Ragu-Ragu Jatuhkan Sanksi, India Ingin Menstabilkan Transaksi Dagang dengan Rusia

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie