JAKARTA. Setiap memasuki pusat-pusat perbelanjaan atau mal, hampir dipastikan Anda akan melihat deretan gerai-gerai ritel fesyen kenamaan yang berasal dari luar negeri sepanjang mata memandang. Bila demikian, bagaimana dengan gerai ritel fesyen asli Indonesia? Sebab, seperti kita ketahui, jumlahnya tak semarak merek ritel internasional. Kondisi yang sering terlihat semacam ini terkadang memunculkan anggapan adanya diskriminasi yang dilakukan pihak mal terhadap produk-produk lokal. Benarkah demikian? "Produk-produk lokal juga menempati lokasi strategis di mal. Misalnya Johnny Andrean dengan J.Co-nya. Dia membangun brand sendiri dan sekarang bisa menempati lokasi strategis. Iwan Tirta juga sudah masuk ke Plaza Indonesia. Batik Keris, Seba (Sebastian Gunawan) dan Biyan juga," ujar Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, di Kantor Kementerian Perdagangan RI.
Mengapa mal di Indonesia dikuasai fesyen asing?
JAKARTA. Setiap memasuki pusat-pusat perbelanjaan atau mal, hampir dipastikan Anda akan melihat deretan gerai-gerai ritel fesyen kenamaan yang berasal dari luar negeri sepanjang mata memandang. Bila demikian, bagaimana dengan gerai ritel fesyen asli Indonesia? Sebab, seperti kita ketahui, jumlahnya tak semarak merek ritel internasional. Kondisi yang sering terlihat semacam ini terkadang memunculkan anggapan adanya diskriminasi yang dilakukan pihak mal terhadap produk-produk lokal. Benarkah demikian? "Produk-produk lokal juga menempati lokasi strategis di mal. Misalnya Johnny Andrean dengan J.Co-nya. Dia membangun brand sendiri dan sekarang bisa menempati lokasi strategis. Iwan Tirta juga sudah masuk ke Plaza Indonesia. Batik Keris, Seba (Sebastian Gunawan) dan Biyan juga," ujar Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, di Kantor Kementerian Perdagangan RI.