KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan tengah melanda perusahaan-perusahaan startup digital. Apa yang sebetulnya terjadi? Terbaru, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) telah melakukan PHK terhadap sekitar 1.300 karyawan pada Jumat (18/11) untuk efisiensi keuangan dan menghadapi tantangan ekonomi global. Manajemen GOTO menyebut perusahaan akan fokus pada layanan inti yaitu on-demand, e-commerce, dan financial technology. Selain itu, induk Shopee yaitu Sea Ltd disebut-sebut telah memangkas sekitar 7.000 karyawan atau 10% dari total karyawan dalam 6 bulan terakhir. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerugian yang membengkak.
Startup bimbingan belajar online, Ruangguru, juga melakukan PHK terhadap ratusan karyawannya akibat dampak memburuknya situasi ekonomi global.
Baca Juga: Ruangguru Akui Melakukan PHK kepada Ratusan Karyawannya Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyampaikan, kasus PHK yang mendera perusahaan-perusahaan teknologi sangat erat kaitannya dengan kondisi ekonomi global dan nasional, di mana terjadi kenaikan inflasi yang direspons dengan kenaikan tingkat suku bunga acuan. Kenaikan tingkat suku bunga acuan menyebabkan investasi akan berkurang dan konsumsi juga akan melemah. Akibatnya, kemampuan perusahaan untuk ekspansi bisnis akan menurun. Di saat yang sama, beban perusahaan akan bertambah dan memaksa perusahaan untuk melakukan efisiensi, salah satunya melalui PHK. “Di Amerika Serikat pun banyak perusahaan besar yang melakukan efisiensi karyawan karena efek kenaikan suku bunga acuan bank sentral,” ujar dia, Jumat (18/11). Indonesia juga merasakan fenomena serupa seiring kebijakan suku bunga acuan yang progresif oleh Bank Indonesia. Alhasil, banyak sektor industri yang mulai kelimpungan, tak terkecuali perusahaan teknologi digital. Perusahaan tersebut melakukan efisiensi karyawan dan memilih memfokuskan layanannya ke industri tertentu supaya mampu bertahan secara berkelanjutan. Tak sedikit pula perusahaan teknologi yang memberlakukan biaya-biaya tambahan atas layanan yang diberikan kepada pelanggan. “Biaya-biaya dari layanan itu dibutuhkan untuk membuat perusahaan lebih sustain dan arus kas mereka membaik,” kata dia Di samping itu, Huda berharap seluruh karyawan yang terdampak PHK diberikan kompensasi atau pesangon yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini supaya kehidupan karyawan yang terkena PHK tidak langsung terganggu.
Winter is Coming
Direktur Eksekutif ICT Institute sekaligus pengamat teknologi Heru Sutadi menilai, bisnis digital tanah air mulai memasuki masa sulit. Dalam istilah global, Heru menyebutnya
Winter Is Coming. Artinya, masa sulit akan mulai memasuki bisnis digital di tanah air. Heru bilang, tidak ada perusahaan digital termasuk unicorn dan decacorn yang kebal terhadap dampak kelesuan bisnis digital global. “Yang bisa jadi ada kaitannya dengan ramalam bahwa 2023 akan jadi tahun berat, gelap dan resesi di mana-mana,” jelas Heru saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (18/11). Hal ini pun berkaitan dengan langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO) dengan jumlah mencapai 1.300 karyawan.
Baca Juga: Ini Alasan GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) PHK 1.300 Karyawan Menurutnya, PHK karyawan merupakan salah satu pilihan untuk efisiensi di perusahaan. Apalagi startup misalnya, yang sedang berkembang dan di sisi lain sekarang menghadapi kesulitan pendanaan baru. “Sehingga banyak startup yang berjatuhan dan sekarang tertatih untuk. Bisa bertahan, harapannya kan menjadi unicorn atau decacorn,” kata Heru. Namun, bilamana efisien berupa PHK dilakukan perusahaan decacorn seperti GoTo, Heru melihat hal ini tentu memberi isyarat lain bagaimana bisnis digital di tanah air. Sebab selain sudah decacorn, GoTo juga merupakan perusahaan yang sudah melantai di bursa. “Mungkin memang ini adalah imbas merger dengan Tokopedia dimana ada duplikasi karyawan di beberapa bagian,” sambung Heru. Di sisi lain, faktor pendorong yang membuat bisnis digital mulai terancam yakni dampak pertumbuhan ekonomi dan ancaman krisis. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di atas kisaran 4,5% - 5,3% pada keseluruhan tahun 2022. Heru melihat, tingginya pertumbuhan ekonomi saat ini terutama ditopang sektor energi yang langsung berdampak ke masyarakat kecil. Sehingga, bisa saja resesi dunia yang nantinya masuk ke Indonesia dapat berdampak ke penurunan daya beli. “Ini yang dikhawatirkan. Meski, sektor UMKM Indonesia terus bergerak dan mendorong ekonomi digital di Indonesia seperti e-commerce, transportasi online, pengiriman makanan online dan lainnya. Namun, bilamana daya beli menurun, ini akan jadi efek domino,” tegasnya. Heru melihat, pandemi Covid-19 memang mendorong transformasi digital dan menggerakan ekonomi digital. Setelah mereda ekonomi digital juga tetap stabil. Hanya saja ancaman PHK, penurunan daya beli tentu akan berpengaruh ke ekonomi digital.
Baca Juga: GOTO PHK Massal, 1300 Karyawan Dijanjikan Kompensasi, Laptop Boleh Dimiliki Dia tetap optimistis bahwa bisnis digital masih akan terus berkembang dan memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, kalau ada penurunan bisa saja, tapi ekonomi digital Indonesia tetap jalan. “Hanya memang ancaman eksternal seperti resesi global sebagai dampak konflik Rusia-Ukraina yang berdampak ke Eropa dan Amerika Serikat tidak bisa diabaikan,” kata Heru Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat