Mengapa saat listing perdana IPO SRTG melempem?



JAKARTA. Tak semua emiten yang melakukan initial public offering (IPO) mengalami keberuntungan di hari perdana pencatatan saham Bursa Efek Indonesia. Volatilitas pasar saham serta lini bisnis emiten turut mempengaruhi minat investor dalam mengoleksi saham di hari pertama pencatatan efek di BEI.

Berdasarkan data yang dihimpun KONTAN, dari 15 emiten baru yang mencatatkan sahamnya di BEI tahun ini, ada enam emiten baru yang  harga sahamnya mengalami penurunan. Kisaran penurunannya pun beragam, antara -0,83% sampai -12,73%.

Salah satu emiten yang terbilang kurang beruntung itu adalah PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), yang  mencatatkan sahamnya pada hari ini (26/6). Pagi tadi, harga perdana saham SRTG adalah Rp 5.500 per saham. Namun, per pukul 13.00 waktu JATS, harga sahamnya sudah mengalami penurunan -13,18%.Tidak hanya itu, sebelumnya, harga penawaran saham perdana pun telah turun dibandingkan saat SRTG melakukan masa penawaran awal dengan penetapan harga kisaran Rp 6.100-Rp 7.800 per saham.


Direktur Utama PT Indo Premier Securities Moleonoto The mengatakan, saat melakukan masa penawaran awal, pihaknya telah menetapkan perhitungan berdasarkan diskon nilai aset bersih (net asset value/NAV) perseroan dengan menjumlahkan nilai aset bersih yang ada di portofolio perseroan. "Diskon NAV tersebut juga mengikuti NAV anak usaha SRTG yang telah lebih dulu tercatat di BEI. Namun karena ada penyesuaian pasar (terhadap harga saham anak usaha SRTG), maka kami juga melakukan penyesuaian terhadap NAV SRTG dan harga saham perdananya," kata Moleonoto di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (26/6). Meski begitu, Moleonoto menegaskan, kisaran harga IPO yang ditetapkan itu juga masih menyertakan diskon terhadap NAV perseroan. Moleonoto juga menyayangkan investasi yang dilakukan oleh sebagian investor yang lebih berhorizon jangka pendek.

Menurutnya, investasi di saham ini seharusnya lebih ke jangka menengah dan jangka panjang karena prospek investasi yang prospektif. Namun hal ini tentu bukan hal yang mudah, melihat kondisi China dan Amerika Serikat yang kurang kondusif. "Kami melihat kondisi ini sangat normal," ujar Moleonoto. Penjamin emisi IPO SRTG mengaku, pada saat roadshow, saham perdana perseroan mengalami kelebihan permintaan di atas satu kali namun di bawah dua kali. Sekitar 10% saham IPO SRTG diserap investor domestik dan 90% investor asing. Adapun alokasi jenis investornya adalah 10% saham IPO diserap investor ritel dan 90% investor institusional. Co-founder Remax Capital, Lucky Bayu Purnomo menguraikan, kondisi pasar saat ini kurang kondusif bagi emiten yang melaksanakan IPO. Hal ini lantaran pasar masih dipenuhi oleh sentimen negatif. Bursa regional, kata Lucky, memberikan tekanan negatif yang tinggi kepada IHSG lantaran indeks Hang Seng dan juga Nikkei melemah. "Ini tentu memberikan pengaruh kepada bursa Asia secara keseluruhan, termasuk kepada IHSG," kata Lucky kepada KONTAN.Lucky bilang, karena ramai sentimen negatif ini, pelaku pasar menilai emiten yang melakukan IPO tidak memberikan prospek karena acuan utama yaitu IHSG belum stabil. Karena itu, emiten yang melakukan IPO turut terkena tekanan. Jika dilihat secara fundamental, Saratoga memiliki fundamental yang baik. Saratoga merupakan emiten yang cocok untuk investasi jangka panjang, karena sifat usaha perseroan tersebut beraset jangka panjang.  "Potensi Saratoga bagus selama 5-10 tahun ke depan. Cocok bagi investor dengan profil risiko jangka menengah dan panjang. Tidak cocok untuk investor profil agresif jangka pendek," ujar Lucky.Berikut Daftar Emiten Baru 2013:

1. PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM), nilai emisi Rp 138 miliar, waktu listing 9 Januari 2013, harga pembukaan Rp 230, ditutup Rp 230, persentase 0%2. PT Saraswati Griya Lestari Tbk (HOTL), nilai emisi Rp 101,75 miliar, waktu listing 10 Januari 2013, harga pembukaan Rp 185, ditutup Rp 200, naik 8,11%3. PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME), nilai emisi Rp 72 miliar, waktu listing 11 Januari 2013, harga pembukaan Rp 400, ditutup Rp 455, naik 13,75%4. PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk (MAGP), nilai emisi Rp 440 miliar, waktu listing 16 Januari 2013, harga pembukaan Rp 110, ditutup Rp 96, turun -12,73%5. PT Trans Power Marine Tbk (TPMA), nilai emisi Rp 90,85 miliar, waktu listing 20 Februari 2013, harga pembukaan Rp 230, ditutup Rp 345, naik 50%6. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP), nilai emisi Rp 855,5 miliar, waktu listing 22 Februari 2013, harga pembukaan Rp 295, ditutup 290, turun -1,69%7. PT Dyandra Media International Tbk (DYAN), nilai emisi Rp 448,7 miliar, waktu listing 25 Maret 2013, harga pembukaan Rp 350, ditutup Rp 385, naik 10%8. PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT), nilai emisi Rp 400,02 miliar, waktu listing 8 Mei 2013, harga pembukaan Rp 1.200, ditutup Rp 1.190, turun -0,83%9. PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU), nilai emisi Rp 808,43 miliar, waktu listing 20 Mei 2013, harga pembukaan Rp 375, ditutup Rp 430, naik 14,67%10. PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), nilai emisi Rp 1,45 triliun, waktu listing 29 Mei 2013, harga pembukaan Rp 1.500, ditutup Rp 1.460, turun -2,67%11. PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX), nilai emisi Rp 0 (relisting saham), waktu listing 5 Juni 2013, harga pembukaan Rp 1.562, ditutup Rp 2.325, naik 48,85%12. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), nilai emisi Rp 508,75 miliar, waktu listing 14 Juni 2013, harga pembukaan Rp 1.850, ditutup Rp 1.870, naik 1,08%13. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), nilai emisi Rp 1,34 triliun, waktu listing 17 Juni 2013, harga pembukaan Rp 240, ditutup Rp 235, turun -2,08%14. PT Acset Indonesia Tbk (ACST), nilai emisi Rp 387,5 miliar, waktu listing 24 Juni 2013, harga pembukaan Rp 2.500, ditutup Rp 2.825, naik 13% 15. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), nilai emisi Rp 1,49 triliun, waktu listing 26 Juni 2013, harga pembukaan Rp 5.500, ditutup Rp 4.775, turun -13,18%

Total Emisi Rp 8,542 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie