Mengapa Saham Emiten Nikel Berguguran pada Jumat (5/5)?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten yang bergelut di bisnis nikel berjatuhan perdagangan Jum'at (5/5). Beberapa saham di antaranya bahkan ambles menyentuh level Auto Rejection Bawah (ARB).

Tengok saja saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) yang harga sahamnya tergerus 6,96% ke posisi Rp 1.270. Begitu juga dengan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang mengalami penurunan 6,96% ke harga Rp 3.610 per lembar saham.

PT Harum Energy Tbk (HRUM) turut ambles dengan pelemahan 6,12% ke harga Rp 1.380. Saham emiten nikel plat merah, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga kompak memerah 4,23% menuju harga Rp 2.040.


Anak usaha MDKA, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) turut melemah, turun 1,86% ke harga Rp 790. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) tak ketinggalan, merosot 0,36% ke harga Rp 7.000 per lembar saham.

Baca Juga: Mulai dari Emas Hingga Nikel, Begini Kinerja Operasional Antam (ANTM) Kuartal I-2023

Rencana pemerintah untuk memotong insentif pajak disinyalir ikut menjadi katalis yang menyeret harga saham emiten nikel. Rencana pemotongan insentif pajak itu dimaksudkan untuk membatasi investasi pada produk nikel berkualitas rendah.

Seperti dilaporkan Reuters, pemerintah akan terus fokus pada industri pemrosesan sumber daya alam tetapi ingin menghemat cadangan nikel. Dengan cadangan terbesar di dunia, Indonesia ingin nikelnya bisa diolah untuk produk bernilai lebih tinggi seperti bahan yang digunakan untuk baterai kendaraan listrik.

Sejak pelarangan ekspor bijih nikel pada tahun 2020, Indonesia telah mengalami lonjakan investasi smelter. Namun sebagian besar hasilnya adalah feronikel atau nickel pig iron (NPI), yang digunakan dalam baja tahan karat. Biasanya hanya mengandung 30% hingga 40% nikel.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah tidak akan lagi memberikan tax holiday untuk investasi ke NPI. Menurut Bahlil. hilirisasi setidaknya harus mencapai 60% hingga 70% kandungan nikel di Indonesia dan tidak hanya untuk produk antara.

"Investasi NPI bisa break even dalam empat tahun sampai lima tahun, kenapa kita berikan tax holiday 10 tahun? Itu tidak fair," kata Bahlil, seperti dikutip Reuters, Kamis (4/5).

Baca Juga: Sepanjang Tahun Ini, Vale Indonesia (INCO) Alokasikan Capex hingga US$ 585 Juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat