Mengayuh laba dari usaha kurir sepeda



KONTAN.CO.ID - Kemacetan menjadi musuh bersama bagi yang tinggal dan beraktivitas di kota-kota besar di Indonesia, terutama Jakarta dan sekitarnya. Bahkan tak jarang, pengendara sepeda motor sulit menembus kemacetan di Ibu Kota RI yang kian menggila.

Padahal, motor jadi andalan perusahaan jasa pengiriman untuk mengantarkan paket ke jantung kota, dengan tingkat kemacetan yang parah. Alhasil, mengirimkan paket dengan cepat menjadi tantangan.

Tapi, tantangan ini justru menjadi peluang buat Hendi Rachmat, yang kemudian merintis usaha jasa pengiriman dengan menggunakan sepeda. Mengusung nama Westbike Messenger Service, ia memulai bisnis ini sejak 2013 lalu.


Kini, usahanya berkembang pesat dan telah menjangkau empat kota besar di luar Jakarta, yakni Medan, Bandarlampung, Bandung, serta Surabaya. Hendi bilang, bisnis jasa pengirimannya berkembang cepat seiring kemacetan lalu lintas yang kian parah di Jakarta.

Dengan memakai kereta angin, urusan menembus kemacetan terutama di pusat-pusat bisnis jauh lebih mudah. Sebab, rambu-rambu lalu lintas lebih fleksibel dan sepeda mampu melewati ruang-ruang sempit.

Belum lagi, mengirimkan paket dengan menggunakan sepeda bisa mengurangi polusi udara. “Semangat go green juga ikut membantu perkembangan usaha ini,” imbuh Hendi.

Pengiriman surat dan paket dengan sepeda dulu jadi andalan perusahaan jasa pengiriman di seluruh dunia termasuk PT Pos Indonesia. Di negara kita, pengantarnya populer dengan panggilan Pak Pos yang memakai sepeda ontel.

Di Amerika Serikat (AS), kurir sepeda sudah lebih dulu hadir kembali, meliuk-liuk di jalan-jalan kota besar. Bahkan, ada filmnya berjudul Premium Rush yang menceritakan kurir sepeda di Manhattan.

Margin bisa 50%

Saat ini setiap bulan, Westbike Messenger Service yang berkantor daerah Kebon Jeruk, Jakarta Selatan, melakukan 4.500 hingga 5.000 pengiriman dengan biaya Rp 30.000 per delivery untuk VIP dan Rp 60.000 untuk VVIP. Untuk corporate atawa mitra yang bekerjasama, tarifnya Rp 15.000 per pengiriman.

“Untuk VIP, paket sampai di hari yang sama, lalu VVIP dua jam sampai,” katanya. Alhasil, rata-rata omzet yang bisa Hendi kantongi mencapai Rp 250 juta. Sementara margin usaha ini berkisar 30% hingga 35%.

Pemain lain yang sedang mencoba peruntungan di jasa pengiriman dengan menggunakan kurir bersepeda adalah Rizki Hermansyah, pemilik Biker Messenger Solution asal Serpong, Tangerang Selatan. Memulai usaha satu tahun lalu, sekarang ia melayani permintaan 1.000 sampai 1.500 pengiriman paket setiap bulan.

Dengan tarif mulai Rp 20.000 hingga Rp 75.000 per pengiriman, Rizki mampu meraih omzet sekitar Rp 100 juta per bulan.

Menurut Rizki, permintaan terus meningkat sejalan makin populernya jasa kurir bersepeda di pusat-pusat perkantoran dan bisnis. Makanya, ia tengah mematangkan rencana untuk ekspansi ke kota besar lainnya dalam waktu satu tahun ke depan.

Harus punya passion

Untuk bisa menggeluti usaha ini, Rizki mengatakan, yang terpenting adalah memiliki passion terhadap dunia sepeda, selain tentu kemampuan manajemen dan pemasaran. Hendi memiliki pandangan serupa. Ia bercerita, salah satu alasannya tertarik terjun ke usaha itu adalah kecintaan akan sepeda terutama tanpa rem (fixie).

Hendi mengungkapkan, ada beberapa rekannya yang juga menjajal usaha jasa pengiriman dengan sepeda. Tapi, gara-gara tidak punya passion terhadap sepeda, bisnisnya gagal.

Tak heran, di awal usaha,  Hendi merekrut kurir dari anggota komunitas sepeda. Baru pada 2016, ia melakukan rekrutmen terbuka. “Kini, sudah ada 85 biker tersebar di lima kota. Di Jakarta saja sudah ada 55 orang,” ungkap Hendi.

Begitu juga dengan Rizki. Awal merintis bisnis ini, ia memulai dengan lima sepeda. Setahun kemudian, sejalan perkembangan bisnis, jumlah armada untuk pengantaran paket bertambah jadi 20 unit.

Untuk modal awal, Hendi merogoh kocek sebesar Rp 2,5 juta buat mencetak tanda terima pengiriman. Ia tak perlu membeli sepeda sebagai armada lantaran menerapkan sistem bagi hasil dengan kurir.

Jadi, kurir yang bergabung dengan Hendi harus memiliki sepeda sendiri. Namun, ia tetap memberikan pelatihan dan asuransi kepada para biker. Dari setiap pengiriman, biker mendapat bagian 70% sementara Hendi memperoleh 30%.

Bagi yang ingin mengirimkan paket, bisa langsung menghubungi Westbike Messenger Service. Selanjutnya, biker Westbike Messenger Service menjemput paket di lokasi dan mengantarnya ke tujuan.

Urusan pemasaran, Rizki menyebutkan, promosi dengan mengangkat isu ramah lingkungan dan eco green jadi salah satu kunci. Dia juga memanfaatkan kanal daring, dengan memasang iklan di Facebook dan Instagram. Jurus ini ampuh untuk menggaet pasar dari perusahaan dan komunitas.

Hendi juga melakukan promosi besar-besaran di dunia maya, mulai website, Facebook, Instagram dan platform media sosial lainnya. Hingga kini, strategi itu belum ia ubah karena terbukti masih mujarab.

Selanjutnya, menentukan pasar jadi kunci kesuksesan usaha ini berikutnya. Sebaiknya, untuk masa-masa awal, Anda fokus ke pusat perkantoran dan bisnis. Soalnya, mayoritas permintaan pengiriman datang dari segmen itu. Setelah eksis dan berkembang, Anda bisa memperluas ke pasar lainnya.

Hendi pun optimistis, usaha ini akan terus berkembang. Pasalnya, industri e-commerce di tanah air semakin tumbuh pesat. Apalagi, banyak perusahaan asing yang ingin berinvestasi di Indonesia. “Setidaknya, lima tahun ke depan kue usaha ini masih manis,” ucap dia.

Nada penuh keyakinan juga juga keluar dari mulut Rizki. Menurut pria 41 tahun ini, komunitas sepeda punya peluang untuk booming kembali dalam beberapa waktu mendatang. Ketika masa itu terjadi, usaha jasa pengiriman dengan menggunakan sepeda akan terkena imbasnya. Minimal, bakal semakin banyak orang yang tahu tentang keberadaan kurir sepeda yang ramah lingkungan.

Tertarik mengayuh keuntungan dari usaha Pak Pos?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan