KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Geliat bisnis minuman di tanah air menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan dalam dua tahun terkhir. Inovasi varian minuman baru banyak bermunculan. Sebagian orang menyebutnya sebagai minuman kekinian. Pada saat yang sama, minuman asal Thailand mulai membanjiri pasar Indonesia sejak 2017 lalu.
Salah satu varian minuman dari negeri gajah putih yang banyak beredar dua tahun terakhir adalah thai tea. Bisnis thai tea di Indonesia menjamur, gerainya bermunculan seiring penawaran kemitraan yang kian banyak. Mulai gerai di dalam pusat perbelanjaan hingga di pinggir jalan. Varianthai tea yang ditawarkan gerai-gerai itu pun makin banyak. Harganya beragam, mulai Rp 5.000 hingga Rp 20.000 per gelas. Banyaknya pemain, membuat persaingan di bisnis ini mengetat. Hal ini tampak jelas dari harga yang dipatok masing-masing pelaku usaha. Untuk bisa memenangkan persaingan, pelaku usaha harus giat berinovasi. Nah, kali ini KONTAN akan mengulas perkembangan kemitraan usaha thai tea. Sebagai gambaran akan dibahas tiga pelaku usaha, yakni Kako Thai Tea, Street Thai Tea, dan Thai Tea Mekong. - Kako Thai Tea Kako Thai Tea berdiri 2016 lalu. Sang pemilik, Shuma Pradana asal Solo mulai menawarkan kemitraan sejak 2017. Saat KONTAN menulisnya pada Maret 2018 lalu, Kako memiliki 254 gerai yang bercokol hampir di seluruh Indonesia. Setahun berselang, gerai Kako Thai Tea berkembang pesat. "Saat ini kami punya sekitar 500 gerai di seluruh Indonesia. Paling jauh di Batam dan Jayapura," kata Shuma. Sebelumnya, Kako Thai Tea menyediakan tiga paket kemitraan mulai Rp 19,9 juta. Sekarang, hanya ada dua paket yang Shuma tawarkan kepada calon mitra Kako Thai Tea: Paket Ekspress senilai Rp 30 juta, dan Paket Island seharga Rp 100 juta. Dengan modal sebesar itu, mitra mendapat fasilitas kerjasama kemitraan selama lima tahun, satu booth dengan desain eksklusif sesuai paket investasi, peralatan usaha, pelatihan karyawan, kemasan, media promosi, seragam, SOP, dan bahan baku awal. "Perbedaan kedua paket itu ada pada ukuran booth dan lokasi usahanya," ujar Shuma. Harga jual Kako Thai Tea juga berubah. Sebelumnya, kisaran harga jualnya mulai dari Rp 10.000 per cup, kini naik menjadi Rp 15.000-Rp 20.000 per cup. Mitra bebas menentukan harga jual selama masih dalam rentang harga tersebut. Bicara kendala, Shuma tak menampik, pelaku bisnis thai tea makin banyak. Praktis, kondisi itu membuat persaingan makin ketat. Meski begitu, Shuma optimistis Kako Thai Tea bisa langgeng di masyarakat. "Kami terus melakukan inovasi produk. Biasanya, kami ada menu seasonal per bulan, serta promo produk tertentu yang kami tawarkan ke konsumen di tiap wilayah," ungkapnya. - Street Thai Tea Kemitraan thai tea besutan Robin The Putra ini ada sejak Juni 2017 lalu. Saat KONTAN mengupasnya setahun lalu, Street Thai Tea baru punya lima gerai mitra. Berkat gencar promosi lewat media sosial dan pameran, sekarang Street Thai Tea telah memiliki 12 gerai mitra dan satu outlet kepunyaan Robin yang ada di sejumlah daerah. "Saat ini, gerai pusat dan mitra Street Thai Tea sudah berkembang hingga 13 cabang," ujar Robin. Posisinya ada di Bengkulu, Bandarlampung, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bali, Pontianak, Makassar, serta Palu. Paket kemitraan yang ditawarkan Street Thai Tea pun bertambah. Setahun lalu, Robin hanya menawarkan satu paket kemitraan dengan harga Rp 18 juta. Saat ini, ada tiga paket yang dia jajakan, yakni Basic Class dengan nilai Rp 15 juta, Reguler Class seharga Rp 18 juta, dan Premium Class sebesar Rp 80 juta. Paket Premium Class menyasar segmen pelanggan kelas atas dengan konsep kafe berdesain milenial. "Untuk paket premium ini, perbedaannya dari desain booth, karena sistemnya seperti sekat dan ada tempat duduk sehingga orang bisa nongkrong. Booth juga lebih besar dan eksklusif," jelas Robin. Bahan baku untuk Premium Class tentu memiliki kualitas yang lebih tinggi. Makanya, harga menu di Paket Premium Class juga berbeda dari dua paket lainnya. Namun, Robin belum bisa memberikan informasi seluruhnya lantaran masih dalam proses penggodokan. Jika untuk Premium Class masih tahap pemrosesan, maka harga menu di Basic Class dan Reguler Class masih sama, berkisar Rp 15.000-Rp 20.000 per cup. Agar bisa terus berkemban, Robin sudah menyusun sejumlah rencana bisnis. Selain penambahan varian rasa dan pengembangan kemitraan paket premium, Street Thai Tea juga berencana masuk ke pasar luar negeri. "Karena sudah ada investor yang tertarik dengan Premium Class Street Thai Tea untuk buka di Brunei Darussalam dan Malaysia, cuma masih dalam proses penggarapan," imbuhnya. Robi mengklaim Street Thai Tea memiliki keunggulan, yakni keunikan rasa dari hasil perpaduan teh dengan buah-buahan. Street Thai Tea juga gencar mengampanyekan rasa first melon green tea dan first choco banana thai tea di setiap acara. Kata Robi, respons konsumen sangat baik pada varian rasa tersebut. Akhir tahun nanti, Street Thai Tea menargetkan bisa menambah 20-30 mitra. Adapun omzet setiap gerainya, menurut Robin, berkisar Rp 5 juta sampai Rp 10 juta per bulan. Selain menggeluti bisnis thai tea, Robin juga menekuni usaha makanan dengan merek Bakmi Gemes. Tapi, model bisnisnya tidak seperti Street Thai Tea. Bakmi Gemes baru sebatas pemesanan di Go-Food dan Grab Food. - Thai Tea Mekong Pemain kemitraan thai tea lainnya adalah Cepih Faisal Achyar yang mendirikan Thai Tea Mekong pada Januari 2017 di Depok, Jawa Barat. Saat ini, nilai kemitraan yang ia tawarkan masih sama, yakni Rp 10,5 juta. Saat KONTAN mengulas kemitraan ini di 2017, Thai Tea Mekong baru mempunyai lima gerai. Kini, Faisal sudah memiliki tujuh mitra yang aktif dan tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, dan Sukabumi. Sedangkan dia sendiri memiliki tiga gerai di Depok Mitra Thai Tea Mekong akan memperoleh booth, perlengkapan, peralatan, hingga bahan baku awal 100 cup. Alhasil, mitra langsung siap berjualan. Setiap gerai Thai Tea Mekong menjual enam varian thai tea, yaitu thai iced tea, thai ice greentea, thai iced coffe, thai iced chocolate, thai ice hazelnut , dan thai iced strawberry. Satu gelas dibanderol Rp 8.000–Rp 12.000. Faisal memperkirakan, mitra bisa menjual 50 hingga 100 cup sehari. Dengan begitu, mitra bisa balik modal dalam waktu 23 bulan. Karena pesaing di bisnis thai tea terus berdatangan, Faisal mengklaim, dia akan menghadirkan inovasi baru untuk produknya. Hanya, sejauh ini dia mengaku kesulitan mencari karyawan. Tapi, hal itu tak mengurangi semangatnya untuk mengembangkan Thai Tea Mekong. Dia menargetkan, bisa menggaet 10 mitra lagi hingga akhir 2019. Siapa yang berminat?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News