Shisha atau sering juga disebut rokok arab bukan hal baru bagi banyak orang, khususnya kaum urban di Jakarta. Bagi mereka,
shisha sudah menjadi "teman" untuk menghabiskan waktu berjam-jam sambil ngobrol ngalor ngidul di kafe. Bukan hanya laki-laki. Banyak perempuan di kota metropolitan sudah biasa menghisap dan menjadi penikmat
shisha. "
Shisha rasa lemon orange adalah aroma favorit saya," kata Adherianty Putri, auditor di salah satu bank BUMN yang pertama kali menyedot
shisha tahun 2005. Sejak itu, dia rutin nongkrong di salah satu kafe di Kemang sambil menikmati
shisha. Sri Prastowo Sri Nugroho Jati, seorang laki-laki yang berprofesi sebagai
hypno-terapist di Jakarta, juga mengenal
shisha sejak 2005 lalu. "Semua aroma
shisha sudah pernah saya rasakan. Hanya, saya tidak suka yang strong karena terkadang bikin pusing," katanya.
Andi Marwan,
account executive sebuah surat kabar di Jakarta, mengaku kebiasaan menghisap
shisha merupakan bagian dari pekerjaannya untuk membicarakan bisnis bersama klien-kliennya. Dalam seminggu Andi bisa empat kali nongkrong sambil menyedot
shisha di Cilandak Town Square bersama klien-kliennya. "Pekerjaan menuntut saya untuk bisa menjalin
relationship yang baik dengan klien, dan
shisha media yang tepat untuk mewujudkannya,” ungkap lelaki berbadan tambun ini. Konon,
shisha sebenarnya dari India, yang diciptakan oleh seorang dokter sebagai alternatif untuk mengurangi bahaya merokok. Dari tangan sang dokter lahirlah
shisha, semacam peralatan untuk membakar tembakau beraroma buah-buahan. Peralatan
shisha berupa pipa berbentuk gelas piala atau biasa disebut bong. Bentuk bong ini mirip lampu minyak, dengan tabung utama yang terhubung ke sejumlah pipa pengisap. Papan pemanas berisi bara api terdapat di bagian paling atas, dan berfungsi untuk membakar tembakau yang telah dicampur aroma buah-buahan. Tabung utama biasanya terbuat dari kaca, dan berisi air sebagai filter. Untuk menikmati
shisha diperlukan selang yang ujungnya terdapat pipa untuk menyedot asap yang dihasilkan dari proses pembakaran tembakau. Sejak alat ini ditemukan, banyak orang beranggapan menghisap
shisha aman dan tidak merusak kesehatan. Terlebih lagi, kegiatan yang berasal dari negeri-negeri di jazirah Arab itu bisa menenangkan sekaligus menyenangkan. Menghisap
shisha memang bisa mendapatkan sensasi berbeda. Pasalnya, asap yang dihirup tersedia dalam beragam aroma, dari buah-buahan hingga bau bebungaan yang segar. Dengan berbagai kelebihannya itu, mengisap
shisha mulai menjadi sebuah gaya hidup di kalangan masyarakat urban di Jakarta. Apalagi, jika dilakukan sambil nongkrong bersama teman-teman, atau bisa juga dinikmati sendirian di kala stres melanda. Tak perlu heran jika restoran atau kafe yang menyediakan
shisha makin menjamur bak cendawan di musim penghujan. Cara enak menikmati sensasi shisha Ada beberapa hal yang sangat penting bagi para penikmat
shisha, khususnya penikmat pemula, agar bisa menikmati
shisha dengan enak. Menurut Prastowo Sri Nugroho Jati, salah seorang
hypno-therapist, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar Anda bisa menikmati
shisha.
Pertama, untuk menjaga aroma dan rasa
shisha tetap ciamik, perhatikan selang pengisap yang digunakan. Jangan sekali-kali memakai selang
shisha yang telah dipakai sebelumnya dengan aroma berbeda. Itu akan merusak rasa dan aroma dari
shisha. Langsung saja komplen jika ada kafe
shisha yang melakukan hal seperti itu.
Kedua, pastikan pipa dari selang
shisha selalu baru. Sebab, selalu ada risiko tertular penyakit jika pipa yang digunakan telah dipakai sebelumnya.
Ketiga, jangan sekali-sekali memilih aroma strong jika belum pernah menghisap
shisha, apalagi jika Anda bukan perokok. Alih-alih menghisap kenikmatan, kepala Anda malah pusing karena terlalu kaget dengan asapnya. Fakta ilmiah yang dibantah penikmat shisha
Sah-sah saja jika sejumlah riset di penjuru dunia sempat menyebutkan bahwa mengisap satu
shisha setara dengan 15 hingga 52 batang rokok. Itu baru kandungan karbon monoksidanya. Belum lagi tar satu
shisha yang konon menyamai 27 hingga 102 batang rokok. Toh, Prastowo Sri Nugroho Jati yang berprofesi sebagai
hypno-therapist dan seorang auditor bernama Adherianty Putri menepis fakta ini. Setelah empat tahun menghisap
shisha, keduanya membantah rokok arab itu menganggu kesehatan. Mereka juga mengatakan, aktivitas menghisap
shisha tidak menguras stamina mereka. Tapi, “Semua kegiatan menghisap
shisha juga harus diimbangi berolah raga,” cetus Prastowo bersemangat. Pengakuan serupa meluncur dari Andi Marwan.
Account executive sebuah surat kabar yang juga perokok berat ini mengklaim tidak pernah mengalami keluhan kesehatan setelah menghisap
shisha. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News