Mengecat Rupiah Di Atas Sepatu Kanvas



0901m2_15_crl_sepatulukis2aSEPATU kini tak hanya jadi alas kaki semata. Belakangan, sepatu kerap melengkapi penampilan dan menjadi bagian dari gaya hidup seseorang. Seiring dengan itu, mulailah bermunculan usaha rumahan kreatif. Salah satunya, usaha menyulap sepatu kanvas polos menjadi sepatu kanvas dengan lukisan berdesain unik. Mereka yang menggeluti bisnis ini lazimnya berasal dari kaum muda. Contohnya saja Andina Nabila dan Nerissa Arviana, kakak beradik pemilik SpotLight Shop. Dina, sapaan akrab Andina bercerita, usaha sepatu kanvas lukisnya bermula dari kegemarannya menggambar. Hobi mahasiswi Desain Komunikasi Visual ini ternyata klop dengan Ica, panggilan Nerissa yang gemar berbisnis. Bermodalkan duit Rp 700.000, dua bersaudara itu mulai membangun usaha sepatu kanvas lukis. Duit itu mereka belikan 10 pasang sepatu kanvas polos yang harganya bervariasi antara Rp 30.000 - Rp 35.000 sepasang. Sisa modal mereka gunakan membeli berbagai peralatan, seperti cat, kuas, palet, pensil, dan setrika. Setelah semua bahan dan alat kerja lengkap, kedua bersaudara itu pun mulai melukis. Mula-mula sepatu kanvas putih polos digambar sesuai desain yang mereka kehendaki dengan memakai pensil. Selain menyediakan beberapa kreasi sendiri, Dina dan Ica juga membebaskan pembeli memilih desain sendiri yang bisa dikirim lewat e-mail. Setelah desain rampung, sepatu dicat atau diwarnai. Jangan lupa, pinggiran gambar dipertebal atau dibordir dengan spidol kain. Nah, setelah cat kering, sepatu disetrika. Agar tak rusak, sepatu harus dialasi kain. Buat mengerjakan semua proses itu, Dina dan Ica butuh waktu dua hari. Tentu saja harga sepatu garapan SpotLight berbeda, tergantung model dan kerumitannya. Model nya beragam mulai dari flat slip on, flat tali, vans, hingga converse untuk pria. Saat ini, dua gadis belia ini menerapkan tiga level harga. Pertama, Rp 110.000- Rp 120.000 untuk sepasang sepatu kanvas bergambar simpel garis dan bulat. Kedua, Rp 120.000-Rp 130.000 buat sepatu bergambar orang, boneka atau tokoh kartun. Dan, Rp 200.000 untuk sepatu edisi khusus dengan desain bergambar banyak, runut, dan kecil-kecil. Andalkan jualan online Selain Dina dan Ica, ada Arif Satrio yang akrab disapa Rio yang menempuh usaha serupa. Proses pembuatan sepatu kanvas lukis ala Rio pun tak jauh beda dengan SpotLight. Bedanya, Rio tak menyetrika sepatunya. Mahasiswa salah satu universitas swasta di Jakarta ini hanya memakai cat lukis berkualitas baik. Makanya,  Rio mengklaim, gambar di sepatu buatannya tidak pecah dan tak luntur. Hanya, karena masih kecil, usaha ini belum punya label khusus. “Saya masih persiapkan nama,” ucap Rio. Kala membuka usahanya, Rio bermodalkan Rp 500.000. Duit itu buat membeli lima pasang sepatu yang harganya Rp 60.000 sepasang, cat sebanyak lima warna seharga Rp 20.000-Rp 30.000 sebotol, plus kuas dan pensil gambar. Rio mematok harga jual sepatu buatannya seharga Rp 165.000 sepasang. Meski cara pembuatannya sedikit beda, SpotLight dan Rio punya kesamaan soal pemasaran. Selain membidik teman-temannya, anak-anak muda ini sama-sama mengandalkan jualan lewat internet. Selain lebih irit, cara ini mereka nilai efektif menjangkau pasar yang luas. Makanya, Dina dan Ica membuat blog sendiri. Bahkan, dalam waktu dekat mereka berniat membikin website dan flyer. Hasilnya, lumayan. Dalam sebulan, SpotLight lewat tangan enam pelukisnya bisa melego 100 pasang sepatu dengan omzet rata-rata Rp 15 juta. Selain lewat dunia maya, dua gadis Jakarta ini tetap berniat membuka outlet sendiri. Menurut hitungan Dina, outlet itu harus punya minimal empat ruangan.Satu ruangan lukis berukuran minimal 3 m x 4 m, satu tempat data ukuran 5 m x 5 m, satu ruang tempat sepatu, dan satu lagi tempat memajang atau pameran. “Bisa sewa ruko yang berfungsi sebagai outlet sekaligus tempat produksi,” ujar Dina. Adapun Rio memilih menjajakan sepatunya lewat kaskus.com dan blog temannya. Dari sini, Rio dan empat pelukisnya berhasil menjual 10 pasang sepatu dengan omzet Rp 2 juta sebulan. Lantas berapa biaya operasional mereka? Dina dan Ica mengaku mengeluarkan biaya sekitar Rp 4,2 juta per bulan. Periinciannya, Rp 1,3 juta untuk bayar internet, listrik dan telepon, Rp 300.000 buat transportasi, Rp 450.000 untuk membeli sepuluh botol cat warna. Sisanya belanja sepatu, spidol kain, dan pensil. Di luar itu, Dina dan Ica juga mengeluarkan Rp 2 juta-Rp 2,5 juta buat menggaji tujuh karyawan. Perinciannya, enam pelukis mendapat honor Rp 10.000-Rp 15.000 per pasang sepatu plus Rp 500.000 buat gaji satu karyawan yang mengurusi pemesanan. Sementara itu, Rio membutuhkan Rp 100.000 untuk memasang iklan di internet. Dia juga membayar pelukis  Rp 25.000-Rp 30.000 untuk setiap pasang sepatu yang digarapnya. Meski laba bersih tak sampai Rp 1 juta, tapi lantaran bermodal imut dan tak perlu menyewa tempat, SpotLight maupun Rio mengaku bisa balik modal dalam waktu hanya dua bulan. Sulit mencari pelukis Toh, menggarap usaha ini bukan tanpa hambatan. Mencari pelukis yang bisa menggambar persis dengan pesanan pembeli adalah salah satunya. “Susah mencari pelukis bagus dan sesuai bayaran yang ditawarkan,” keluh Rio. Menjamurnya para pemain baru jadi hambatan berikutnya. Tapi, untuk yang satu ini mereka mengaku tidak terlalu khawatir. Yang jelas, agar pembeli tetap melirik, setiap desain sepatu harus memiliki ciri khas tersendiri. Selain itu, mereka pun tak segan memberikan potongan harga buat pembeli. Rio memberi potongan harga Rp 10.000 per pasang bagi mereka yang membeli lebih dari lima pasang. Adapun Dina dan Ica memangkas harga 10%-15% untuk pembelian minimal dua pasang sepatu. Nah, buat mengantisipasi kecenderungan hobi musiman terhadap produk ini, SpotLight tengah bersiap melebarkan sayap bisnis ke lukis kanvas kaos dan tas. “Jadi satu set dengan sepatunya,” cetus Dina. Begitu pula Rio. Anda tertarik mengekor jejak mereka?Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: